RENUNGAN HARIAN :
RABU 23 JANUARI 2013
(Yosepha Maria dr Beniganim)
Ibr. 7:1-3,15-17; Mzm. 110:1,2,3,4; Mrk. 3:1-6
BACAAN INJIL:
Kemudian Yesus masuk lagi ke rumah ibadat. Di situ ada seorang yang mati sebelah tangannya. Mereka mengamat-amati Yesus, kalau-kalau Ia menyembuhkan orang itu pada hari Sabat, supaya mereka dapat mempersalahkan Dia. Kata Yesus kepada orang yang mati sebelah tangannya itu: "Mari, berdirilah di tengah!" Kemudian kata-Nya kepada mereka: "Manakah yang diperbolehkan pada hari Sabat, berbuat baik atau berbuat jahat, menyelamatkan nyawa orang atau membunuh orang?" Tetapi mereka itu diam saja. Ia berdukacita karena kedegilan mereka dan dengan marah Ia memandang sekeliling-Nya kepada mereka lalu Ia berkata kepada orang itu: "Ulurkanlah tanganmu!" Dan ia mengulurkannya, maka sembuhlah tangannya itu.
RENUNGAN:
Perbuatan baik tidak selamanya mendapat pujian atau disukai oleh semua orang. Seringkali perbuatan baik malah mendapat kritikan dari orang-orang yang tidak menyukainya, apalagi bila perbuatan itu dianggap menyalahi kebiasaan yang berlaku umum. Perbuatan baik itu semakin mendapat tantangan apabila hal itu ada orang yang tidak suka pada orang itu, malah perbautan baik itu bisa menjadi alasan untuk semakin membenci dengan menuduh bahwa orang itu punya niat tertentu. Malahan juga seringkali orang lebih gampang melihat kekurangan orang lain, daripada kebaikan yang dilakukan orang.
Demikianlah kiranya yang dialami oleh Yesus. Orang-orang Farisi sudah tahu bahwa Yesus selalu berbuat baik kepada orang lain, bahkan Yesus tidak mengenal waktu dalam perbuatan baik-Nya. Bagi Yesus yang terutama adalah kasih dan perbuatan nyata bagi manusia. Namun hal ini tidak disukai oleh orang-orang Farisi. Alasan utama ketidaksenangan orang-orang Farisi adalah kecemburuan. Mereka cembut sebab semakin banyak orang yang mengikuti Yesus dan mereka kekurangan bahkan kekuarangan pengikut. Alasan utama ini pulalah yang sebenarnya mendasari ketidaksetujuan mereka akan perbuatan baik yang dilakukan Yesus pada hari sabat. Oleh karena itulah ketika Yesus bertanya, “Manakah yang diperbolehkan pada hari Sabat, berbuat baik atau berbuat jahat, menyelamatkan nyawa orang atau membunuh orang?" mereka hanya diam, tidak berani menjawab. Mereka sebenarnya meyakini bahwa berbuat baik dan menyelamatkan orang pada hari sabat itu yang diperbolehkan. Namun mereka tidak berani menjawab karena mereka sudah dirasuki oleh rasa cemburu.
Walaupun Yesus menghadapi kedegilan hati orang-orang Farisi, Yesus tetap melakukan perbautan baik kepada sesama. Bagi Yesus yang utama adalah perbuatan kasih dan perbuatan kasih itu tidak mengenal waktu. Terlebih Yesus menyatakan kasih-Nya bukan dengan kata-kata tetapi dengan perbuatan baik yang nyata.
Memang demikianlah seharusnya kita dalam hidup sebagai orang beriman. Kita harus mengutamakan kasih dan perbuatan kasih yang nyata dalam hidup sehari-hari.
Namun seringkali kita lebih banyak berkata-kata tentang kasih, tetapi tidak melakukannya secara nyata kepada sesama. Bahkan bungkin kita seperti orang Farisi, ketika melihat orang berbuat baik, kita malah berpikiran negatif atas kebaikan orang itu. Hal ini terjadi karena tanpa sadar kita merasa cemburu. Sikap cemburu seringkali membuat kita galap mata, sehingga tidak berani mengakui kebaikan orang tetapi malah mencela perbuatan baik itu. Maka semoga kita meneladan Yesus, bukan seperti orang-orang Farisi itu. Amin.
0 comments:
Post a Comment
Syalom. Terimakasih atas kunjungan dan komentarnya.Semoga Tuhan memberkati para Saudara.