RENUNGAN HARIAN :
SELASA 22 JANUARI 2013
(Vincentius, Laura Vicuna, Hari kelima Pekan Doa Sedunia)
Ibr. 6:10-20; Mzm. 111:1-2,4-5,9,10c; Mrk. 2:23-28
BACAAN INJIL:
Pada suatu kali, pada hari Sabat, Yesus berjalan di ladang gandum, dan sementara berjalan murid-murid-Nya memetik bulir gandum. Maka kata orang-orang Farisi kepada-Nya: "Lihat! Mengapa mereka berbuat sesuatu yang tidak diperbolehkan pada hari Sabat?" Jawab-Nya kepada mereka: "Belum pernahkah kamu baca apa yang dilakukan Daud, ketika ia dan mereka yang mengikutinya kekurangan dan kelaparan, bagaimana ia masuk ke dalam Rumah Allah waktu Abyatar menjabat sebagai Imam Besar lalu makan roti sajian itu, yang tidak boleh dimakan kecuali oleh imam-imam dan memberinya juga kepada pengikut-pengikutnya. Lalu kata Yesus kepada mereka: "Hari Sabat diadakan untuk manusia dan bukan manusia untuk hari Sabat, jadi Anak Manusia adalah juga Tuhan atas hari Sabat."
RENUNGAN:
Kita tentu masih ingat peraturan yang diberlakukan di tanah Aceh, yakni larangan bagi wanita untuk ngangkang saat dibonceng naik sepeda mator. Tindakan ngangkang saat dibonceng itu dianggap haram, tidak sesuai dengan budaya Aceh. Peraturan ini mendapat protes dari berbagai pihak, bahkan dari kalangan islam sendiri.
Banyak orang berpikir bahwa peraturan itu tidak logis dan tidak manusiawi karena mengabaikan keselamatan wanita yang dibonceng.
Pemerintah dan orang yang menyetujui peraturan itu, lebih mementingkan aturan dibanding nyawa, keselamatan atau kelangsungan hidup wanita yang dibonceng. Sebab bagi wanita tertentu, sangat berbahaya bila dibonceng dengan menyambping.
Inilah gambaran yang sering terjadi dalam kehidupan kita. Banyak orang atau pemerintah membuat peraturan tanpa memperhatikan kehidupan banyak orang. Peraturan seringkali dibuat demi kepentingan orang tertentu atau kelompok tertentu. Bahkan tidak sedikit peraturan yang merugikan banyak orang.
Hal yang demikian kita dengarkan dalam injil hari ini. Bangsa Yahudi sangat ketat soal hukum hari Sabat. Bahkan pada hari sabat orang dilarang untuk bekerja. Berbuat baik kepada sesama juga itu dianggap bekerja sehingga dilarang dilakukan pada hari sabat. Karena itulah orang-orang Farisi merasa aneh ketika melihat murid-murid Yesus memetik gandum pada hari sabat dan memakannya. Orang-orang Farisi itu lebih mementingkan aturan dibandingkan dengan situasi para murid yang pasti sedang kelaparan karena mengadakan perjalan dalam pelayanan bersama dengan Yesus.
Orang-orang Farisi tentu melihat bahwa para murid pasti sedang kelaparan sehabis perjalanan dalam pelayanan. Namun mereka tidak peduli akan hal itu, malah mengkritik ketika para murid memetik gandum dan memakannya. Mereka lebih mementingkan aturan daripada memberi para murid makan.
Demikianlah juga yang seringkali mungkin terjadi dalam kehidupan kita. Banyak orang yang menyatakan diri sebagai orang beriman, begitu rajin dalam kegiatan gereja dan taat pada aturan. Namun sayang, seringkali semuanya itu hanya sebatas ketaatan dan liturgi saja, tidak berbuah dalam kasih dan perbuatan baik kepada sesama. Bahkan seringkali juga, orang yang begitu rajin dan taat dalam kehidupan menggereja, begitu risih dan langsung mengkritik orang yang dianggap tidak menghayati imannya. Malahan tidak sedikit pula orang yang lebi mementingkan kegiatan liturgi, peraturan dibandingkan dengan perbuatan kasih kepada sesama.
Mungkin bisa dikatakan bahwa tidak sedikit orang yang menghabiskan banyak waktu dan uang untuk melakukan ziarah ke tempat-tempat ziarah, tetapi begitu pelit dalam membantu atau berbagi dengan sesama yang menderita dan mendambakan pertolongan.
Padahal seharusnya, kehidupan iman dan semua ulah kesalehan yang kita lakukan hendaknya berbuah dalam perbuatan baik kepada sesama. Oleh sebab itu, semoga kita lebih mengutamakan cinta kasih dan perbuatan baik kepada sesama dibanding dengan ketaatan pada aturan-aturan. Amin.
0 comments:
Post a Comment
Syalom. Terimakasih atas kunjungan dan komentarnya.Semoga Tuhan memberkati para Saudara.