RENUNGAN HARI BIASA:
SENIN 12 NOPEMBER 2012
(Yosafat, Theodorus Studit)
Tit 1:1-9, Mzm 24:1-2,3-4ab,5-6, Luk 17:1-6
BACAAN INJIL:
Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: "Tidak mungkin tidak akan ada penyesatan, tetapi celakalah orang yang mengadakannya. Adalah lebih baik baginya jika sebuah batu kilangan diikatkan pada lehernya, lalu ia dilemparkan ke dalam laut, dari pada menyesatkan salah satu dari orang-orang yang lemah ini. Jagalah dirimu! Jikalau saudaramu berbuat dosa, tegorlah dia, dan jikalau ia menyesal, ampunilah dia. Bahkan jikalau ia berbuat dosa terhadap engkau tujuh kali sehari dan tujuh kali ia kembali kepadamu dan berkata: Aku menyesal, engkau harus mengampuni dia." Lalu kata rasul-rasul itu kepada Tuhan: "Tambahkanlah iman kami!" Jawab Tuhan: "Kalau sekiranya kamu mempunyai iman sebesar biji sesawi saja, kamu dapat berkata kepada pohon ara ini: Terbantunlah engkau dan tertanamlah di dalam laut, dan ia akan taat kepadamu."
RENUNGAN:
Tantangan hidup beriman, itu pasti akan kita alami, bahkan kita pasti akan mengalami tantangan yang berusaha untuk menyesatkan iman kita. Tantangan saat ini atau godaan yang bisa menyesatkan kita dari iman, bentuknya banyak dan bahkan cara kerjanyapun lebih halus lagi. Untuk itu Yesus mengatakan tidak mungkin tidak ada penyesatan. Dengan kata lain, Yesus mengatakan bahwa para murid pasti akan mengalai penyesatan yang menjauhkan mereka dari iman kepada Tuhan.
Dengan demikian, kita harus senantiasa waspada.
Namun kiranya kita juga harus ingat nasihat Yesus, agar kita jangan malah jadi orang yang menyesatkan sesama dari imannya. Hukuman bagi para penyesat dikatakan lebih baik baginya jika sebuah batu kilangan diikatkan pada lehernya, lalu ia dilemparkan ke dalam laut, dari pada menyesatkan salah satu dari orang-orang yang lemah ini. Sungguh Yesus mengharapkan kita jangan malah menjadi penyesat sesama kita. Ini kiranya yang perlu kita renungkan. Sebab bisa jadi kita orang beriman tanpa sadar ataupun dengan sadar menjadi penyesat iman sesama kita lewat perkataan dan perilaku kita.
Kita bisa menyesatkan sesama kita, bila hidup kita membuat orang menjadi berdosa. Hal ini bisa terjadi bila hidup kita tidak selaras dengan iman kita. Salah satu contoh menjadi penyesat orang lain adalah bila orang melihat kita sebagai orang yang aktif dalam kegiatan Gereja, rajin berdoa, ternyata hidup dan perilaku kita kepada sesama tidak dapat dibanggakan. Oleh sebab itu, Yesus mengajak kita supaya waspada.
Yesus memberi arahan kepada kita dalam sikap waspada yakni dalam hal memaafkan. Memaafkan bukanlah hal yang mudah, apalagi bila orang melakukan perbuatan yang sangat menyakitkan kepada kita. Namun kita harus memiliki sikap pemaaf kepada sesama kita. Orang yang memiliki sikap pemaaf pasti dia tidak gampang menghakimi orang lain. Orang yang tidak memiliki sikap pemaaf akan dengan mudah menghakimi orang lain. Sikap memaafkan orang lain, membuat kita terlepas dari penyesatan kepada sesama kita, sebab bisa saja orang yang bersalah dan meminta maaf kepada kita, tetapi karena kita tidak mau memaafkan, orang itu menjadi tersesat. Maka memaafkan adalah kekuatan yang melepaskan kita dari perbuatan dosa menyesatkan orang lain dan juga membebaskan orang lain dari kesesatan.
Jalan lain yang diajarkan oleh Yesus agar kita waspada adalah dengan selalu hidup dalam iman. Kita adalah manusia lemah, yang bisa dengan gampang jatuh dalam kelemahan dan dosa. Kita memiliki keterbatasan dalam menghadapi hidup dengan segala persoalannya. Untuk itu Yesus mengingatkan kita agar senantiasa hidup dalam iman. Iman adalah kekuatan yang dasyat bagi kita dalam menghadapi hidup dan hidup sebagai orang beriman. Iman itu menjadi kekuatan yang besar karena bukan kita lagi yang bekerja atau kita tidak lagi mengandalkan kekuatan kita yang terbatas tetapi Tuhan sendirilah yang bekerja. Sehingga orang yang hidup dalam iman, mereka tidak lagi mengandalkan kekuatannya sendiri, tetapi membiarkan Allah bekerja dalam dirinya. Amin.
0 comments:
Post a Comment
Syalom. Terimakasih atas kunjungan dan komentarnya.Semoga Tuhan memberkati para Saudara.