RENUNGAN HARIAN PEKAN PASKAH III
SABTU 28 APRIL 2012
(Petrus Chanel, Lukhesius,Louis-Marie Grignion de Montfort)
Kis 9:31-42, Mzm 116:12-13,14-15,16-17, Yoh 6:60-69
BACAAN INJIL:
Sesudah mendengar semuanya itu banyak dari murid-murid Yesus yang berkata: "Perkataan ini keras, siapakah yang sanggup mendengarkannya?" Yesus yang di dalam hati-Nya tahu, bahwa murid-murid-Nya bersungut-sungut tentang hal itu, berkata kepada mereka: "Adakah perkataan itu menggoncangkan imanmu? Dan bagaimanakah, jikalau kamu melihat Anak Manusia naik ke tempat di mana Ia sebelumnya berada? Rohlah yang memberi hidup, daging sama sekali tidak berguna. Perkataan-perkataan yang Kukatakan kepadamu adalah roh dan hidup. Tetapi di antaramu ada yang tidak percaya." Sebab Yesus tahu dari semula, siapa yang tidak percaya dan siapa yang akan menyerahkan Dia. Lalu Ia berkata: "Sebab itu telah Kukatakan kepadamu: Tidak ada seorangpun dapat datang kepada-Ku, kalau Bapa tidak mengaruniakannya kepadanya." Mulai dari waktu itu banyak murid-murid-Nya mengundurkan diri dan tidak lagi mengikut Dia. Maka kata Yesus kepada kedua belas murid-Nya: "Apakah kamu tidak mau pergi juga?" Jawab Simon Petrus kepada-Nya: "Tuhan, kepada siapakah kami akan pergi? Perkataan-Mu adalah perkataan hidup yang kekal; dan kami telah percaya dan tahu, bahwa Engkau adalah Yang Kudus dari Allah."
RENUNGAN:
“Kalau Gereja tidak menerima pernikahan anaknya itu pastor, mereka akan pindah ke Gereja lain, dan nanti pasti banyak juga yang akan ikut mereka pindah ke gereja lain!”
Inilah pernyataan seorang pengurus yang pernah terlontar ketika datang mengurus pernikahan di stasi mereka. Dengan terpaksa Gereja tidak bisa memenuhi permintaan itu karena tidak memenuhi persyaratn yang ditentukan oleh Gereja.
Setelah beberpa hari, saya sengaja kunjungan stasi, merayakan misa hari Minggu di sana. Pengurus Gereja menceritakan bahwa pasangan pengantin yang kemarin durus ke paroki akhirnya menikah di Gereja Pentekosta dan orang tua dan keluarganya juga akhirnya pindah ke Gereja Pentekosta itu. Umat dan pengurus seakan mempersalahkan saya dan mengatakan bahwa saya terlalu keras dalam peraturan dan Gereja Katolik terlalu kaku, banyak peraturannya. Saya menanggapinya dengan memberi penjelasan dan pada akhir penjelasan, saya bertanya kepada mereka, “Apakah ada umat lain selain keluarga mereka, yang akhirnya ikut pindah ke Gereja lain?” “Apakah masih ada umat lain yang ingin pindah Gereja hanya karena mengikuti kemauan umat yang tidak mau taat pada aturan Gereja Katolik?” Semua umat diam, tidak berani menjawab pertanyaan saya.
Setelah satu bulan berlalu, pengurus Gereja dari stasi itu bercerita bahwa keluarga yang dulu pindah ke Gereja Pentekosta kembali lagi ke Gereja Katolik, dengan alasan di tempatnya yang baru tidak enak dan ternyata lebih rumit peraturannya, tidak jelas.
Memang sering kali beberapa orang atau umat beranggapan bahwa menjadi katolik itu sulit, banyak peraturannya yang kadang kala berat untuk dilaksanakan. Apakah memang demikian adanya? Tentu tidak. Orang beranggapan demikian, karena mereka hanya ingin memenuhi kepentingan atau keinginan mereka.
Dalam Injil hari ini kita juga mendengar bahwa beberapa murid pergi meninggalkan Yesus setelah mendengar pengajaran Yesus bahwa diri-Nya adalah roti hidup yang turun dari surga. Yesus mengatakan bahwa untuk masuk ke dalam kerajaan surga, para murid harus makan tubuh-Nya dan minum darah-Nya. Para murid merasa perkataan ini sungguh keras, karena mengunkapkan bahwa para murid harus bersedia seperti Yesus, meneladan seluruh hidup Yesus. Mereka merasa tidak sanggup dan mereka mengundurkan diri, pergi meninggalkan Yesus. Melihat hal itu, Yesus bertanya kepada para murid yang lain, “Apakah kamu tidak mau pergi juga?" Mendapat pertanyaan itu, Simon Petrus memberi jawaban yang sangat menarik: "Tuhan, kepada siapakah kami akan pergi? Perkataan-Mu adalah perkataan hidup yang kekal; dan kami telah percaya dan tahu, bahwa Engkau adalah Yang Kudus dari Allah."
Mungkin kitapun seringkali menganggap bahwa perkataan Yesus sungguh keras, sulit untuk kita mengerti dan kita hidupi. Anggapan bahwa sabda Yesus keras, kita jadikan alasan untuk tidak melaksanakannya. Tindakan demikian kiranya bisa disamakan dengan meninggalkan Yesus. Juga masih banyak hal yang bisa membuat kita seakan mau meninggalkan Yesus dalam hidup kita. Tidak jarang orang pergi meninggalkan Yesus karena persoalan hidup, penderitaan, dan juga mencari kesenangan diri sendiri. Ada pula yang meninggalkan Yesus demi mengejar harta, kekayaan, pangkat dan demi orang lain.
Pada umumnya kita mau meninggalkan Yesus, hanya karena kita tidak mau berkorban dalam mengikuti sabda dan teladan hidupnya. Tidak mau berkorban itu berarti kita tidak mau kehilangan kesenangan diri sendiri. Seringkali kita lebih mementingkan kepentingan dan kehendak sendiri. Bahkan terkadan kita menganggap bahwa sudah seharusnya Yesus memenuhi kehendak hati kita. Padahal dalam mengikuti Yesus dan untuk menuju kebahagiaan dan kehidupan kekal, kita mengikuti Dia, bukan Dia mengikuti kehendak kita. Kita harus selalu ingat bahwa pergi meninggalkan Yesus, kita bukan menemukan kebahagiaan hidup, tetapi kita menuju kebinasaan hidup. Mari kita merenungkan jawaban Petrus yang mengatakan bahwa Yesus adalah Kudus yang diutus oleh Allah untuk menyelamatkan kita dan sabda Yesus akan menghantar kita kepada kebahagiaan hidup dan keselamatan kekal. Semoga kita berpikir dengan matang bila kita punya niat mau meninggalkan Yesus. Semoga kita tidak pernah berpikir untuk meninggalkan Yesus. Amin.
0 comments:
Post a Comment
Syalom. Terimakasih atas kunjungan dan komentarnya.Semoga Tuhan memberkati para Saudara.