RENUNGAN HARIAN: Selasa 17 Januari 2012
MASA BIASA TAHUN B: Pekan II:
(Antonius)
1Sam 16:1-13, Mzm 89:20,21-22,27-28, Mrk 2:23-28
MASA BIASA TAHUN B: Pekan II:
(Antonius)
1Sam 16:1-13, Mzm 89:20,21-22,27-28, Mrk 2:23-28
BACAAN INJIL:
Pada suatu kali, pada hari Sabat, Yesus berjalan di ladang gandum, dan sementara berjalan murid-murid-Nya memetik bulir gandum. Maka kata orang-orang Farisi kepada-Nya: "Lihat! Mengapa mereka berbuat sesuatu yang tidak diperbolehkan pada hari Sabat?" Jawab-Nya kepada mereka: "Belum pernahkah kamu baca apa yang dilakukan Daud, ketika ia dan mereka yang mengikutinya kekurangan dan kelaparan, bagaimana ia masuk ke dalam Rumah Allah waktu Abyatar menjabat sebagai Imam Besar lalu makan roti sajian itu yang tidak boleh dimakan kecuali oleh imam-imam?dan memberinya juga kepada pengikut-pengikutnya. Lalu kata Yesus kepada mereka: "Hari Sabat diadakan untuk manusia dan bukan manusia untuk hari Sabat, jadi Anak Manusia adalah juga Tuhan atas hari Sabat."
RENUNGAN:
Pernah Paroki mengirimkan permohonan untuk pembangunan Gereja katolik lewat FB kepada beberapa orang yang dalam foto FB mereka, mereka orang berada, aktif dalam kegiatan menggereja dan tampaknya sudah beberapa kali mengadakan ziarah ke tempat-tempat ziarah di luar negeri. Paroki beranggapan bahwa mereka itu orang beriman yang tentunya rela berbagi berkat Tuhan. Namun hasil yang muncul sangat beragam, ada yang mendiamkan atau mengabaikan begitu saja proposal permohonan lewat Mail atau pesan di Fb-nya. Kalau dicek, mereka bukannya tidak lagi Ol, karena status FB nya selalu diperbaharui. Ada pula yang memberi nasihat panjang dan cara-cara mencari dana, tetapi ujung-ujungnya tetap tidak berbuat apa-apa. Ada juga yang sedikit baik, dengan mengatakan bahwa mereka hanya bisa mendukung dan mendoakan atau memberi semangat. Lumayanlah kalau ditanggapi baik-baik, daripada tanggapan yang mengatakan kalau tidak punya dana, jangan membangun besar-besar, ada pula yang mengatakan mending membangun iman umat daripada membangun gedung Gereja.
Iman seseorang bukan diukur dari kesetiaan dan ketaatan dalam beriman. Atau hidup beriman, tentu bukan hanya sekedar mentaati aturan atau banyaknya seseoarang mengiktui kegiatan iman, tetapi diukur dari buah iman itu sendiri bagi dirinya dan berbuah bagi orang lain. Banyak orang yang begitu rajin dan taat dalam beriman, tetapi iman itu tidak berbuah dalam hidup mereka. Iman yang dijalani tidak mengubah hidup seseorang itu sesuai dengan iman yang dijalani. Misalnya kita begitu rajin mengikuti perayaan ekaristi dan seakan begitu rindu untuk selalu merayakan perayaan ekaristi, namun kita tidak punya cinta kasih dan sikap rela berkorban bagi sesama. Tentu hal ini tidak benar. Sebab kita ketahui bahwa dalam perayaan ekaristi kita rayakan Yesus yang karena cinta kasih-Nya kepada manusia, Dia rela membarikan nyawa-Nya bagi keselamatan manusia sehingga Ekaristi mengajarkan agar kita juga mempunyai sikap penuh cinta kasih kepada sesama dan punya sikap rela berkorban bagi sesama. Bahkan ada orang yang begitu taat beribadah tetapi hidupnya jauh dari apa yang dirayakannya.
Kiranya hal demikian yang kita dengarkan dalam Injil hari ini. Dalam Injil dikatakan bahwa Yesus dan murid-muridnya sedang dalam perjalanan melewati ladang gandum. Sambil berjalan para murid memetik gandum dan memakannya. Mereka melakukan itu, tentu karena kelaparan sehabis dalam perjalanan pelayanan. Melihat hal itu, orang-orang Farisi menegur Yesus karena membiarkan para murid-Nya melakukan perbuatan yang dilarang pada hari Sabat yakni memetik gandum dan memakannya. Memang benar bahwa tindakan para murid tidak baik, karena memetik buah gandum dari ladang orang lain. Namun dalam kesempatan ini, Yesus balik mengkritik orang-orang Farisi yang hanya taat pada aturan tetapi hidup tanpa cinta kasih.
Apa yang dilakukan oleh para murid memang salah. Namun orang-orang Farisi yang melihat hal itu, tentunya sadar bahwa para murid sedang kelaparan sehingga memetik gandum dari ladang yang mereka lewati dan memakannya. Para murid sedang kelaparan karena sehabis mengadakan perjalanan dalam pelayanan mendampingi Yesus, namun orang-orang farisi yang melihat hal itu, bukannya membantu para murid dengan memberi makan, tetapi malah mencela Yesus dan para murid. Sebagai orang yang taat beragama, tentunya dengan melihat hal itu, mereka bukan mencela tetapi membantu para murid dengan memberi makan. Mereka lebih mementingkan ketaatan pada aturan daripada melakukan perbuatan cinta kasih.
Hal semacam ini pasti masih banyak kita temui dalam kehidupan beriman. Banyak orang yang lebih mengutakan peraturan atau kegiatan-kegiatan ibadah daripada berbuat cinta kasih. Tidak sedikit orang yang melakukan perjalanan rohani ke tempat-tempat ziarah, tetapi tidak peduli dengan orang-orang miskin atau orang-orang yang membutuhkan cinta kasih yang ada di sekitar mereka. Bahkan mungkin bila ada orang yang datang untuk meminta bantuan pada mereka, mereka malah menceramahi dan mengatakan orang yang meminta-minta itu sebagai orang pemalas dan bahkan mungkin ada yang mengusir. Oleh karena itu, iman yang kita hanyati harus tampak atau berbuah dalam hidup dan perbuatan cinta kasih kepada sesama. Bahkan cinta kasih yang merupakan buah dari iman, harus melampau batas, tanpa sekat dan tidak dibatasi oleh waktu dan tempat. Amin.
Pada suatu kali, pada hari Sabat, Yesus berjalan di ladang gandum, dan sementara berjalan murid-murid-Nya memetik bulir gandum. Maka kata orang-orang Farisi kepada-Nya: "Lihat! Mengapa mereka berbuat sesuatu yang tidak diperbolehkan pada hari Sabat?" Jawab-Nya kepada mereka: "Belum pernahkah kamu baca apa yang dilakukan Daud, ketika ia dan mereka yang mengikutinya kekurangan dan kelaparan, bagaimana ia masuk ke dalam Rumah Allah waktu Abyatar menjabat sebagai Imam Besar lalu makan roti sajian itu yang tidak boleh dimakan kecuali oleh imam-imam?dan memberinya juga kepada pengikut-pengikutnya. Lalu kata Yesus kepada mereka: "Hari Sabat diadakan untuk manusia dan bukan manusia untuk hari Sabat, jadi Anak Manusia adalah juga Tuhan atas hari Sabat."
RENUNGAN:
Pernah Paroki mengirimkan permohonan untuk pembangunan Gereja katolik lewat FB kepada beberapa orang yang dalam foto FB mereka, mereka orang berada, aktif dalam kegiatan menggereja dan tampaknya sudah beberapa kali mengadakan ziarah ke tempat-tempat ziarah di luar negeri. Paroki beranggapan bahwa mereka itu orang beriman yang tentunya rela berbagi berkat Tuhan. Namun hasil yang muncul sangat beragam, ada yang mendiamkan atau mengabaikan begitu saja proposal permohonan lewat Mail atau pesan di Fb-nya. Kalau dicek, mereka bukannya tidak lagi Ol, karena status FB nya selalu diperbaharui. Ada pula yang memberi nasihat panjang dan cara-cara mencari dana, tetapi ujung-ujungnya tetap tidak berbuat apa-apa. Ada juga yang sedikit baik, dengan mengatakan bahwa mereka hanya bisa mendukung dan mendoakan atau memberi semangat. Lumayanlah kalau ditanggapi baik-baik, daripada tanggapan yang mengatakan kalau tidak punya dana, jangan membangun besar-besar, ada pula yang mengatakan mending membangun iman umat daripada membangun gedung Gereja.
Iman seseorang bukan diukur dari kesetiaan dan ketaatan dalam beriman. Atau hidup beriman, tentu bukan hanya sekedar mentaati aturan atau banyaknya seseoarang mengiktui kegiatan iman, tetapi diukur dari buah iman itu sendiri bagi dirinya dan berbuah bagi orang lain. Banyak orang yang begitu rajin dan taat dalam beriman, tetapi iman itu tidak berbuah dalam hidup mereka. Iman yang dijalani tidak mengubah hidup seseorang itu sesuai dengan iman yang dijalani. Misalnya kita begitu rajin mengikuti perayaan ekaristi dan seakan begitu rindu untuk selalu merayakan perayaan ekaristi, namun kita tidak punya cinta kasih dan sikap rela berkorban bagi sesama. Tentu hal ini tidak benar. Sebab kita ketahui bahwa dalam perayaan ekaristi kita rayakan Yesus yang karena cinta kasih-Nya kepada manusia, Dia rela membarikan nyawa-Nya bagi keselamatan manusia sehingga Ekaristi mengajarkan agar kita juga mempunyai sikap penuh cinta kasih kepada sesama dan punya sikap rela berkorban bagi sesama. Bahkan ada orang yang begitu taat beribadah tetapi hidupnya jauh dari apa yang dirayakannya.
Kiranya hal demikian yang kita dengarkan dalam Injil hari ini. Dalam Injil dikatakan bahwa Yesus dan murid-muridnya sedang dalam perjalanan melewati ladang gandum. Sambil berjalan para murid memetik gandum dan memakannya. Mereka melakukan itu, tentu karena kelaparan sehabis dalam perjalanan pelayanan. Melihat hal itu, orang-orang Farisi menegur Yesus karena membiarkan para murid-Nya melakukan perbuatan yang dilarang pada hari Sabat yakni memetik gandum dan memakannya. Memang benar bahwa tindakan para murid tidak baik, karena memetik buah gandum dari ladang orang lain. Namun dalam kesempatan ini, Yesus balik mengkritik orang-orang Farisi yang hanya taat pada aturan tetapi hidup tanpa cinta kasih.
Apa yang dilakukan oleh para murid memang salah. Namun orang-orang Farisi yang melihat hal itu, tentunya sadar bahwa para murid sedang kelaparan sehingga memetik gandum dari ladang yang mereka lewati dan memakannya. Para murid sedang kelaparan karena sehabis mengadakan perjalanan dalam pelayanan mendampingi Yesus, namun orang-orang farisi yang melihat hal itu, bukannya membantu para murid dengan memberi makan, tetapi malah mencela Yesus dan para murid. Sebagai orang yang taat beragama, tentunya dengan melihat hal itu, mereka bukan mencela tetapi membantu para murid dengan memberi makan. Mereka lebih mementingkan ketaatan pada aturan daripada melakukan perbuatan cinta kasih.
Hal semacam ini pasti masih banyak kita temui dalam kehidupan beriman. Banyak orang yang lebih mengutakan peraturan atau kegiatan-kegiatan ibadah daripada berbuat cinta kasih. Tidak sedikit orang yang melakukan perjalanan rohani ke tempat-tempat ziarah, tetapi tidak peduli dengan orang-orang miskin atau orang-orang yang membutuhkan cinta kasih yang ada di sekitar mereka. Bahkan mungkin bila ada orang yang datang untuk meminta bantuan pada mereka, mereka malah menceramahi dan mengatakan orang yang meminta-minta itu sebagai orang pemalas dan bahkan mungkin ada yang mengusir. Oleh karena itu, iman yang kita hanyati harus tampak atau berbuah dalam hidup dan perbuatan cinta kasih kepada sesama. Bahkan cinta kasih yang merupakan buah dari iman, harus melampau batas, tanpa sekat dan tidak dibatasi oleh waktu dan tempat. Amin.
0 comments:
Post a Comment
Syalom. Terimakasih atas kunjungan dan komentarnya.Semoga Tuhan memberkati para Saudara.