RENUNGAN PEKAN PASKAH III, Rabu 11 Mei 2011
(Ignasius dr Laconi)
Kis 8:1b-8, Mzm 66:1-3a,4-5,6-7a, Yoh 6:35-40
(Ignasius dr Laconi)
Kis 8:1b-8, Mzm 66:1-3a,4-5,6-7a, Yoh 6:35-40
"Sungguhpun kamu telah melihat Aku, kamu tidak percaya!"
BACAAN INJIL:
Kata Yesus kepada mereka: "Akulah roti hidup; barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan lapar lagi, dan barangsiapa percaya kepada-Ku, ia tidak akan haus lagi. Tetapi Aku telah berkata kepadamu: Sungguhpun kamu telah melihat Aku, kamu tidak percaya. Semua yang diberikan Bapa kepada-Ku akan datang kepada-Ku, dan barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan Kubuang. Sebab Aku telah turun dari sorga bukan untuk melakukan kehendak-Ku, tetapi untuk melakukan kehendak Dia yang telah mengutus Aku. Dan Inilah kehendak Dia yang telah mengutus Aku, yaitu supaya dari semua yang telah diberikan-Nya kepada-Ku jangan ada yang hilang, tetapi supaya Kubangkitkan pada akhir zaman. Sebab inilah kehendak Bapa-Ku, yaitu supaya setiap orang, yang melihat Anak dan yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal, dan supaya Aku membangkitkannya pada akhir zaman."
RENUNGAN:
Kita tentu sudah sering ikut dalam perayaan Ekaristi. Pada saat konsekrasi Yesus sendiri hadir dan lewat imam menyatakan kepada kita bahwa roti yang dipersembahkan adalah tubuh-Nya sendiri dan anggur adalah darah-Nya sendiri. Pada saat konsekrasi imam mengatakan, “Terimalah dan makanlah! Inilah tubuh-Ku…” dan “Terimalah dan minumlah! Inilah piala darah-Ku…” Pada saat itu, Yesus menyatakan kehadiran-Nya kepada kita dan mengajak untuk melihat kehadiran-Nya. Namun kita yang melihat kehadiran-Nya dalam rupa roti dan anggur itu belum tentu sungguh percaya bahwa Yesus sungguh hadir menjadi roti kehidupan bagi kita. Sehingga tepatlah apa yang dikatakan oleh Yesus kepada kita hari ini, “Sungguhpun kamu telah melihat Aku, kamu tidak percaya.” Sebab nyatanya, banyak diantara umat katolik yang telah menyaksikan itu dalam perayaan ekaristi, tetapi tetap belum sungguh percaya akan kehadiran Yesus yang adalah roti hidup bagi manusia, juga masih banyak yang tidak percaya sungguh bahwa hosti yang diterima adalah Yesus sendiri.
Yesus adalah roti hidup yang telah memberikan diri-Nya menjadi santapan rohani bagi kita. Yesus mau menjadi roti yang dibagi-bagikan agar kita memperoleh hidup kekal. Inilah yang kita rayakan setiap kita merayakan perayaan Ekaristi kudus. Roti dan anggur setelah dikonsekrir dalam perayaan ekaristi adalah Yesus sendiri yang mengasihi kita, Dia mau bersatu dengan kita. Inilah bukti nyata cinta kasih-Nya kepada kita. Ini pulalah salah satu bukti nyata janji yang pernah dikatakan-Nya kepada para murid bahwa Dia akan senantiasa menyertai para murid sepanjang segala masa. Namun sungguhkah kita percaya akan semuanya itu? Sungguhkah kita percaya bahwa komuni yang kita terima adalah Yesus sendiri dan kita merasakan persatuan dengan Yesus?
Dalam Injil hari ini, kembali Yesus engatakan bahwa orang yang datang kepada-Nya, dia tidak akan lapar dan haus lagi. Sehingga bisa kita katakan bahwa barang siapa yang percaya dan menyambut tubuh dan darah-Nya lewat komuni suci, tidak akan lapar dan haus lagi. Lapar dan haus yang dimaksudkan adalah bukan dalam arti harafiah. Tentu yang dimaksudkan bukanlah dalam arti bahwa seseorang tidak perlu lagi makan atau minum. Namun yang mau dikatakan lebih dari itu. Sebagaimana makanan dan minuman adalah pemberi daya hidup bagi manusia, maka orang yang percaya kepada Yesus dan kehadiran-Nya dalam komuni suci, juga memiliki daya hidup, Yesuslah menjadi daya hidup bagi dirinya. Untuk mengerti perakataan ini, kita bisa belajar dari pengalaman Paulus yang mengatakan, “Malahan segala sesuatu kuanggap rugi, karena pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhanku, lebih mulia dari pada semuanya. Oleh karena Dialah aku telah melepaskan semuanya itu dan menganggapnya sampah, supaya aku memperoleh Kristus.” (Flp 3:8). Sebelum mengenal dan mengimani Yesus Kristus, Paulus sungguh seperti orang yang lapar dan haus akan kekuasaan, gila hormat dan tentunya lapar dan haus akan harta. Tetapi setelah bersatu dengan Yesus, semuanya itu dia anggap tidak bernilai apa-apa, dan malah dianggap sampah. Persatuan dengan Yesus, itulah kebahagiaan tertinggi bagi dia sehingga dia tidak lagi merasa kekurangan dan seakan tidak lagi membutuhkan hal-hal duniawi ini, malah dia sperti orang yang telah memiliki segala-galanya sehingga membagikan dirinya bagi sesama.
Demikianlah kiranya halnya kita bila kita sungguh percaya bahwa Yesus adalah roti hidup dan kita sudah bersatu dengan Dia lewat komunis suci yang kita terima dalam perayaan Ekaristi suci. Maka semoga kita sungguh percaya bahwa Yesus-lah roti hidup yang memberi kita hidup kekal. Dia yang telah memberikan diri sebagai roti hidup, nyata dalam perayaan Ekaristi lewat komuni suci yang kita terima. Sehingga dengan menerima komunis suci, kita sungguh mengalami persatuan dengan Yesus sendiri. Amin.
Kata Yesus kepada mereka: "Akulah roti hidup; barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan lapar lagi, dan barangsiapa percaya kepada-Ku, ia tidak akan haus lagi. Tetapi Aku telah berkata kepadamu: Sungguhpun kamu telah melihat Aku, kamu tidak percaya. Semua yang diberikan Bapa kepada-Ku akan datang kepada-Ku, dan barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan Kubuang. Sebab Aku telah turun dari sorga bukan untuk melakukan kehendak-Ku, tetapi untuk melakukan kehendak Dia yang telah mengutus Aku. Dan Inilah kehendak Dia yang telah mengutus Aku, yaitu supaya dari semua yang telah diberikan-Nya kepada-Ku jangan ada yang hilang, tetapi supaya Kubangkitkan pada akhir zaman. Sebab inilah kehendak Bapa-Ku, yaitu supaya setiap orang, yang melihat Anak dan yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal, dan supaya Aku membangkitkannya pada akhir zaman."
RENUNGAN:
Kita tentu sudah sering ikut dalam perayaan Ekaristi. Pada saat konsekrasi Yesus sendiri hadir dan lewat imam menyatakan kepada kita bahwa roti yang dipersembahkan adalah tubuh-Nya sendiri dan anggur adalah darah-Nya sendiri. Pada saat konsekrasi imam mengatakan, “Terimalah dan makanlah! Inilah tubuh-Ku…” dan “Terimalah dan minumlah! Inilah piala darah-Ku…” Pada saat itu, Yesus menyatakan kehadiran-Nya kepada kita dan mengajak untuk melihat kehadiran-Nya. Namun kita yang melihat kehadiran-Nya dalam rupa roti dan anggur itu belum tentu sungguh percaya bahwa Yesus sungguh hadir menjadi roti kehidupan bagi kita. Sehingga tepatlah apa yang dikatakan oleh Yesus kepada kita hari ini, “Sungguhpun kamu telah melihat Aku, kamu tidak percaya.” Sebab nyatanya, banyak diantara umat katolik yang telah menyaksikan itu dalam perayaan ekaristi, tetapi tetap belum sungguh percaya akan kehadiran Yesus yang adalah roti hidup bagi manusia, juga masih banyak yang tidak percaya sungguh bahwa hosti yang diterima adalah Yesus sendiri.
Yesus adalah roti hidup yang telah memberikan diri-Nya menjadi santapan rohani bagi kita. Yesus mau menjadi roti yang dibagi-bagikan agar kita memperoleh hidup kekal. Inilah yang kita rayakan setiap kita merayakan perayaan Ekaristi kudus. Roti dan anggur setelah dikonsekrir dalam perayaan ekaristi adalah Yesus sendiri yang mengasihi kita, Dia mau bersatu dengan kita. Inilah bukti nyata cinta kasih-Nya kepada kita. Ini pulalah salah satu bukti nyata janji yang pernah dikatakan-Nya kepada para murid bahwa Dia akan senantiasa menyertai para murid sepanjang segala masa. Namun sungguhkah kita percaya akan semuanya itu? Sungguhkah kita percaya bahwa komuni yang kita terima adalah Yesus sendiri dan kita merasakan persatuan dengan Yesus?
Dalam Injil hari ini, kembali Yesus engatakan bahwa orang yang datang kepada-Nya, dia tidak akan lapar dan haus lagi. Sehingga bisa kita katakan bahwa barang siapa yang percaya dan menyambut tubuh dan darah-Nya lewat komuni suci, tidak akan lapar dan haus lagi. Lapar dan haus yang dimaksudkan adalah bukan dalam arti harafiah. Tentu yang dimaksudkan bukanlah dalam arti bahwa seseorang tidak perlu lagi makan atau minum. Namun yang mau dikatakan lebih dari itu. Sebagaimana makanan dan minuman adalah pemberi daya hidup bagi manusia, maka orang yang percaya kepada Yesus dan kehadiran-Nya dalam komuni suci, juga memiliki daya hidup, Yesuslah menjadi daya hidup bagi dirinya. Untuk mengerti perakataan ini, kita bisa belajar dari pengalaman Paulus yang mengatakan, “Malahan segala sesuatu kuanggap rugi, karena pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhanku, lebih mulia dari pada semuanya. Oleh karena Dialah aku telah melepaskan semuanya itu dan menganggapnya sampah, supaya aku memperoleh Kristus.” (Flp 3:8). Sebelum mengenal dan mengimani Yesus Kristus, Paulus sungguh seperti orang yang lapar dan haus akan kekuasaan, gila hormat dan tentunya lapar dan haus akan harta. Tetapi setelah bersatu dengan Yesus, semuanya itu dia anggap tidak bernilai apa-apa, dan malah dianggap sampah. Persatuan dengan Yesus, itulah kebahagiaan tertinggi bagi dia sehingga dia tidak lagi merasa kekurangan dan seakan tidak lagi membutuhkan hal-hal duniawi ini, malah dia sperti orang yang telah memiliki segala-galanya sehingga membagikan dirinya bagi sesama.
Demikianlah kiranya halnya kita bila kita sungguh percaya bahwa Yesus adalah roti hidup dan kita sudah bersatu dengan Dia lewat komunis suci yang kita terima dalam perayaan Ekaristi suci. Maka semoga kita sungguh percaya bahwa Yesus-lah roti hidup yang memberi kita hidup kekal. Dia yang telah memberikan diri sebagai roti hidup, nyata dalam perayaan Ekaristi lewat komuni suci yang kita terima. Sehingga dengan menerima komunis suci, kita sungguh mengalami persatuan dengan Yesus sendiri. Amin.
0 comments:
Post a Comment
Syalom. Terimakasih atas kunjungan dan komentarnya.Semoga Tuhan memberkati para Saudara.