RENUNGAN PEKAN PASKAH III, Jumat 13 Mei 2011
(SP Maria dr Fatima, Maria Dominika Mazzarello)
Kis 9:1-20, Mzm 117:1,2, Yoh 6:52-59
(SP Maria dr Fatima, Maria Dominika Mazzarello)
Kis 9:1-20, Mzm 117:1,2, Yoh 6:52-59
Hanya dengan makan tubuh Yesus dan minum darah-Nya, kita akan diselamatkan.
BACAAN INJIL:
Orang-orang Yahudi bertengkar antara sesama mereka dan berkata: "Bagaimana Ia ini dapat memberikan daging-Nya kepada kita untuk dimakan." Maka kata Yesus kepada mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jikalau kamu tidak makan daging Anak Manusia dan minum darah-Nya, kamu tidak mempunyai hidup di dalam dirimu. Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia mempunyai hidup yang kekal dan Aku akan membangkitkan dia pada akhir zaman. Sebab daging-Ku adalah benar-benar makanan dan darah-Ku adalah benar-benar minuman. Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia. Sama seperti Bapa yang hidup mengutus Aku dan Aku hidup oleh Bapa, demikian juga barangsiapa yang memakan Aku, akan hidup oleh Aku. Inilah roti yang telah turun dari sorga, bukan roti seperti yang dimakan nenek moyangmu dan mereka telah mati. Barangsiapa makan roti ini, ia akan hidup selama-lamanya." Semuanya ini dikatakan Yesus di Kapernaum ketika Ia mengajar di rumah ibadat.
Demikianlah Injil Tuhan bagi kita hari ini.
RENUNGAN:
Semua orang pasti butuh makan. Tidak ada orang yang tidak membutuhkan makan dalam hidupnya. Bahkan seringkali dianjurkan agar kita memakan makanan yang sehat dan bergiji. Makan makanan yang sehat dan bergiji akan membuat kita sehat dan memiliki daya untuk hidup dan daya tahan atau kekebalan terhadap penyakit. Oleh karena itulah dokter atau para ahli kesehatan selalu menganjurkan agar kita tidak sembarang makan makanan yang seakan-akan makan itu hanya untuk kesenangan atau biar tidak lapar dan tetap hidup. Walaupun demikian, kita seringkali makan hanya untuk sekedar agar tidak lapar dan bagi banyak orang makan seringkali bukan lagi kebutuhan hidup tetapi hanya sebagai pemuasan kesenangan dan bahkan gengsi.
Namun perlu kita ingat bahwa makanan yang kita makan, fungsinya hanya lebih pada pemenuhan kebutuhan fisik kita atau untuk kesehatan tubuh fisik kita. Makanan itu tidak menjamin daya tahan kita untuk menghadapi hidup dan persoalan-persoalan yang kita hadapi. Terlebih makanan itu tidak bisa menjadi jaminan kebahagiaan dan kehidupan kekal. Oleh karena itu, selain makanan yang biasa itu, kita membutuhkan makanan rohani demi kesehatan rohani kita, yang bisa memberi kita daya hidup dan daya juang dalam menjalani hidup yang penuh dengan tantangan dan persoalan. Hal yang satu ini seringkali justru kita lupakan. Kita hanya sibuk mengupayakan makanan jasmani, lupa bahwa kita juga membutuhkan makanan rohani.
Dalam Injil hari ini, kembali Yesus menegaskan bahwa diri-Nya adalah makanan atau roti yang turun dari surga. Yesus mengatakaan bahwa setiap orang yang mendambakan keselamatan kekal, maka harus makan tubuh-Nya dan minum darah-Nya. Pernyataan ini tentu menggemparkan para pendengar saat itu. Sebab secara manusiawi kita sulit menerima pernyataan Yesus bahwa kita harus makan tubuh-Nya dan minum darah-Nya agar kita memiliki kehidupan kekal. Namun kiranya yang dimaksud oleh Yesus bukan memakan diri-Nya sebagaimana yang kita lakukan terhadap makanan pada umumnya. Makan tubuh Yesus dan minum darah-Nya berarti seperti makanan yang kita makan, makanan itu masuk dalam tubuh kita dan memberi daya hidup atau tenaga atau kesehatan kepada kita. Dengan demikian, maksud pernyataan Yesus adalah bahwa kita tidak hanya sekedar menjadi pengikut-Nya, tidak hanya sekedar mengagumi Yesus dan ajaran-Nya tetapi sungguh-sungguh kita bersatu dengan Dia dan Dia bersatu dengan kita. Persatuan kita dengan Yesus harus sungguh-sungguh mendalam, sehingga Yesus menjadi daya hidup yang memberi kekuatan bagi hidup kita. Sehingga bila kita mendambakan keselamatan kekal, kita harus sungguh-sungguh bersatu dengan Yesus sendiri, Yesus harus sungguh memasuki hidup kita dan tinggal di dalam diri kita.
Bagi kita umat Katolik, sebenarnya tidaklah terlalu sulit untuk mengerti bagaimana kita memakan tubuh Yesus dan meminum darah-Nya. Sebab di dalam perayaan ekaristi, kita percaya bahwa berkat daya Roh Kudus, hosti yang kita terima adalah tubuh dan darah Yesus sendiri yang dipersmebahkan untuk kita. Dalam perayaan Ekaristi kita menerima komuni suci, itu berarti kita makan tubuh Yesus dan minum darah-Nya. Sehingga dengan menerima komuni, jelaslah kita mengalami persatuan yang sungguh dengan Yesus sendiri. Hanya persoalannya, tidak semua umat yang menyadari hal ini, sehingga tidak ada kerinduan untuk bersatu dengan Kristus dalam perayaan ekaristi, dan tidak semua umat yang telah menerima komuni menyadari dan merasakan persatuan dengan Yesus sendiri. Sehingga komuni suci yang diterimanya tidak memberi daya hidup baginya dan tidak menunjukkan persatuannya dengan Yesus yang sudah masuk dalam dirinya.
Ada orang yang mengatakan, “Bila seorang anak pada waktu bayi hanya diberik susu sapi, bukan ASI, maka anak itu akan berperilaku ‘seperti sapi’. Mungkin ada benarnya, karena bagaimanapun unsure-unsur sapi terkadung dalam susu sapi, dan itu akan memperngaruhi perilaku anak yang minum susu sapi.
Anekdot ini bisa kita pakai untuk mengerti persatuan kita dengan Yesus lewat makan tubuh dan minum darah-Nya dalam perayaan ekaristi. Bila kita sungguh mengimani bahwa komuni suci yang kita terima adalah Yesus sendiri, tentu kita memiliki daya hidup dan persatuan itu memberi kekuatan bagi kita dalam menjalani hidup dengan segala perjuangan karena percaya bahwa kita tidak lagi hidup sendiri tetapi ada Yesus Tuhan dalam diri kita sendiri. Persatuan kita dengan Yesus juga hendaknya membuahkan perutusan kita untuk mewartakan keselamatan bagi semua orang. Sebab sebagaimana dikatakan oleh Yesus sendiri bahwa barang siapa yang memakan Dia, harus hidup oleh Dia. Itu berarti bahwa kita yang sudah bersatu dalam Dia lewat perayaan Ekaristi, kitapun harus hidup oleh Dia, seperti Dia yang diutus oleh Allah Bapa mewartakan keselamatan, demikianpun kita mewartakan keselamatan kepada sesama kita. Kita hendaknya mewartakan Kristus yang karena kasih-Nya kepada manusia, rela menderita, wafat dan disalipkan, kitapun ikut mewartakan keselamatan itu. Sehubungan dengan hal ini, dalam bacaan pertama kepada kita diberi contoh bagaimana persatuan Paulus dengan Yesus telah mengubah hidup paulus. Setelah Yesus bersatu dengan Paulus dan Paulus bersatu dengan Yesus, Paulus yang semula anti Kristus berubah menjadi rasul yang mewartakan Kristus. Oleh karena itulah dalam setiap perayaan Ekaristi pada liturgy penutup ada perutusan bagi kita. Pada perutusan itu dengan jelas dikatakan bahwa kita yang telah bersatu dengan Kristus lewat komuni suci, persatuan kita tidak hanya dalam perayaan itu, tetapi persatuan kita mengandung konsekuensi perutusan untuk mewartakan Kristus. Bahkan persatuan kita dengan Kristus, harus kita wartakan dalam dalam hidup keseharian kita dengan mewartakan Kristus dan keselamatan-Nya.
Maka semoga kita sungguh mengimani persatuan kita dengan Yesus Kristus saat kita menyambut komuni suci. Persatuan kita dengan Kristus, memberi kita daya hidup, kekuatan untuk hidup dengan segala persoalan yang pasti akan kita hadapi dan persatuan itu juga kita nyatakan dengan ikut ambil bagian mewartakan Yesus yang telah menderita, wafat dan bangkit demi keselamatan manusia. Hanya dengan makan tubuh Yesus dan minum darah-Nya, kita akan diselamatkan. Amin.
BACAAN INJIL:
Orang-orang Yahudi bertengkar antara sesama mereka dan berkata: "Bagaimana Ia ini dapat memberikan daging-Nya kepada kita untuk dimakan." Maka kata Yesus kepada mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jikalau kamu tidak makan daging Anak Manusia dan minum darah-Nya, kamu tidak mempunyai hidup di dalam dirimu. Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia mempunyai hidup yang kekal dan Aku akan membangkitkan dia pada akhir zaman. Sebab daging-Ku adalah benar-benar makanan dan darah-Ku adalah benar-benar minuman. Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia. Sama seperti Bapa yang hidup mengutus Aku dan Aku hidup oleh Bapa, demikian juga barangsiapa yang memakan Aku, akan hidup oleh Aku. Inilah roti yang telah turun dari sorga, bukan roti seperti yang dimakan nenek moyangmu dan mereka telah mati. Barangsiapa makan roti ini, ia akan hidup selama-lamanya." Semuanya ini dikatakan Yesus di Kapernaum ketika Ia mengajar di rumah ibadat.
Demikianlah Injil Tuhan bagi kita hari ini.
RENUNGAN:
Semua orang pasti butuh makan. Tidak ada orang yang tidak membutuhkan makan dalam hidupnya. Bahkan seringkali dianjurkan agar kita memakan makanan yang sehat dan bergiji. Makan makanan yang sehat dan bergiji akan membuat kita sehat dan memiliki daya untuk hidup dan daya tahan atau kekebalan terhadap penyakit. Oleh karena itulah dokter atau para ahli kesehatan selalu menganjurkan agar kita tidak sembarang makan makanan yang seakan-akan makan itu hanya untuk kesenangan atau biar tidak lapar dan tetap hidup. Walaupun demikian, kita seringkali makan hanya untuk sekedar agar tidak lapar dan bagi banyak orang makan seringkali bukan lagi kebutuhan hidup tetapi hanya sebagai pemuasan kesenangan dan bahkan gengsi.
Namun perlu kita ingat bahwa makanan yang kita makan, fungsinya hanya lebih pada pemenuhan kebutuhan fisik kita atau untuk kesehatan tubuh fisik kita. Makanan itu tidak menjamin daya tahan kita untuk menghadapi hidup dan persoalan-persoalan yang kita hadapi. Terlebih makanan itu tidak bisa menjadi jaminan kebahagiaan dan kehidupan kekal. Oleh karena itu, selain makanan yang biasa itu, kita membutuhkan makanan rohani demi kesehatan rohani kita, yang bisa memberi kita daya hidup dan daya juang dalam menjalani hidup yang penuh dengan tantangan dan persoalan. Hal yang satu ini seringkali justru kita lupakan. Kita hanya sibuk mengupayakan makanan jasmani, lupa bahwa kita juga membutuhkan makanan rohani.
Dalam Injil hari ini, kembali Yesus menegaskan bahwa diri-Nya adalah makanan atau roti yang turun dari surga. Yesus mengatakaan bahwa setiap orang yang mendambakan keselamatan kekal, maka harus makan tubuh-Nya dan minum darah-Nya. Pernyataan ini tentu menggemparkan para pendengar saat itu. Sebab secara manusiawi kita sulit menerima pernyataan Yesus bahwa kita harus makan tubuh-Nya dan minum darah-Nya agar kita memiliki kehidupan kekal. Namun kiranya yang dimaksud oleh Yesus bukan memakan diri-Nya sebagaimana yang kita lakukan terhadap makanan pada umumnya. Makan tubuh Yesus dan minum darah-Nya berarti seperti makanan yang kita makan, makanan itu masuk dalam tubuh kita dan memberi daya hidup atau tenaga atau kesehatan kepada kita. Dengan demikian, maksud pernyataan Yesus adalah bahwa kita tidak hanya sekedar menjadi pengikut-Nya, tidak hanya sekedar mengagumi Yesus dan ajaran-Nya tetapi sungguh-sungguh kita bersatu dengan Dia dan Dia bersatu dengan kita. Persatuan kita dengan Yesus harus sungguh-sungguh mendalam, sehingga Yesus menjadi daya hidup yang memberi kekuatan bagi hidup kita. Sehingga bila kita mendambakan keselamatan kekal, kita harus sungguh-sungguh bersatu dengan Yesus sendiri, Yesus harus sungguh memasuki hidup kita dan tinggal di dalam diri kita.
Bagi kita umat Katolik, sebenarnya tidaklah terlalu sulit untuk mengerti bagaimana kita memakan tubuh Yesus dan meminum darah-Nya. Sebab di dalam perayaan ekaristi, kita percaya bahwa berkat daya Roh Kudus, hosti yang kita terima adalah tubuh dan darah Yesus sendiri yang dipersmebahkan untuk kita. Dalam perayaan Ekaristi kita menerima komuni suci, itu berarti kita makan tubuh Yesus dan minum darah-Nya. Sehingga dengan menerima komuni, jelaslah kita mengalami persatuan yang sungguh dengan Yesus sendiri. Hanya persoalannya, tidak semua umat yang menyadari hal ini, sehingga tidak ada kerinduan untuk bersatu dengan Kristus dalam perayaan ekaristi, dan tidak semua umat yang telah menerima komuni menyadari dan merasakan persatuan dengan Yesus sendiri. Sehingga komuni suci yang diterimanya tidak memberi daya hidup baginya dan tidak menunjukkan persatuannya dengan Yesus yang sudah masuk dalam dirinya.
Ada orang yang mengatakan, “Bila seorang anak pada waktu bayi hanya diberik susu sapi, bukan ASI, maka anak itu akan berperilaku ‘seperti sapi’. Mungkin ada benarnya, karena bagaimanapun unsure-unsur sapi terkadung dalam susu sapi, dan itu akan memperngaruhi perilaku anak yang minum susu sapi.
Anekdot ini bisa kita pakai untuk mengerti persatuan kita dengan Yesus lewat makan tubuh dan minum darah-Nya dalam perayaan ekaristi. Bila kita sungguh mengimani bahwa komuni suci yang kita terima adalah Yesus sendiri, tentu kita memiliki daya hidup dan persatuan itu memberi kekuatan bagi kita dalam menjalani hidup dengan segala perjuangan karena percaya bahwa kita tidak lagi hidup sendiri tetapi ada Yesus Tuhan dalam diri kita sendiri. Persatuan kita dengan Yesus juga hendaknya membuahkan perutusan kita untuk mewartakan keselamatan bagi semua orang. Sebab sebagaimana dikatakan oleh Yesus sendiri bahwa barang siapa yang memakan Dia, harus hidup oleh Dia. Itu berarti bahwa kita yang sudah bersatu dalam Dia lewat perayaan Ekaristi, kitapun harus hidup oleh Dia, seperti Dia yang diutus oleh Allah Bapa mewartakan keselamatan, demikianpun kita mewartakan keselamatan kepada sesama kita. Kita hendaknya mewartakan Kristus yang karena kasih-Nya kepada manusia, rela menderita, wafat dan disalipkan, kitapun ikut mewartakan keselamatan itu. Sehubungan dengan hal ini, dalam bacaan pertama kepada kita diberi contoh bagaimana persatuan Paulus dengan Yesus telah mengubah hidup paulus. Setelah Yesus bersatu dengan Paulus dan Paulus bersatu dengan Yesus, Paulus yang semula anti Kristus berubah menjadi rasul yang mewartakan Kristus. Oleh karena itulah dalam setiap perayaan Ekaristi pada liturgy penutup ada perutusan bagi kita. Pada perutusan itu dengan jelas dikatakan bahwa kita yang telah bersatu dengan Kristus lewat komuni suci, persatuan kita tidak hanya dalam perayaan itu, tetapi persatuan kita mengandung konsekuensi perutusan untuk mewartakan Kristus. Bahkan persatuan kita dengan Kristus, harus kita wartakan dalam dalam hidup keseharian kita dengan mewartakan Kristus dan keselamatan-Nya.
Maka semoga kita sungguh mengimani persatuan kita dengan Yesus Kristus saat kita menyambut komuni suci. Persatuan kita dengan Kristus, memberi kita daya hidup, kekuatan untuk hidup dengan segala persoalan yang pasti akan kita hadapi dan persatuan itu juga kita nyatakan dengan ikut ambil bagian mewartakan Yesus yang telah menderita, wafat dan bangkit demi keselamatan manusia. Hanya dengan makan tubuh Yesus dan minum darah-Nya, kita akan diselamatkan. Amin.
0 comments:
Post a Comment
Syalom. Terimakasih atas kunjungan dan komentarnya.Semoga Tuhan memberkati para Saudara.