Din: Konflik Agama karena Kurangnya Dialog
Jumat, 28 Januari 2011, 21:56 WIB
REPUBLIKA.CO.ID,MEDAN--
Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Din Syamsudin mengatakan konflik agama yang terjadi selama ini disebabkan kurangnya pertemuan yang dialogis untuk menyelesaikan masalah.
"Harus sering berdialog, tetapi yang dialogis, dua arah," katanya di Medan, Jumat malam. Ia mengatakan hal itu pada acara dialog dalam rangka Yubileum 50 Tahun Hirarki Gereja Katolik Keuskupan Agung Medan dengan topik 'Menguatkan persaudaraan sejati dalam membangun bangsa'.
Menurut dia, dalam pemantauan selama ini di tanah air konflik umat beragama sering terjadi antara umat Islam dan Kristen. "Padahal Islam dan Kristen 'satu keturunan', yakni anak cucu Nabi Ibrahim," kata Din.
Namun, kata dia, yang sering terlibat dalam konflik tersebut adalah kelompok aliran keras yang dinilai kurang dapat memahami perbedaan dua agama tersebut. "Sedangkan yang moderat justru salam-salaman dan peluk-pelukan," katanya.
Untuk mengurangi kemungkinan dan potensi konflik itu, kedua agama tersebut harus sering diajak berkomunikasi secara dialogis agar dapat memahami perbedaan yang ada. Selama ini, dialog sudah ada tetapi belum dialogis. "Hanya satu atau dua sumber saja," katanya.
Din Syamsudin mengatakan pernah membuat pertemuan antara tokoh Islam dan Kristen serta menyiapkan daftar isian tentang ganjalan dan ketidaksenangan terhadap kedua agama itu. Ternyata, kata dia, hampir tidak ada masalah yang paling krusial selain dari metode penyebaran agama dan pendirian tempat ibadah.
Oleh karena itu, menurut dia, komunikasi yang dialogis harus terus diintensifkan agar ganjalan dan ketidaksenangan terhadap agama lain dapat diminimalisir, bahkan dituntaskan. "Saya tidak ingin kalau jumpa senyum-senyuman. Namun ternyata, masih ada dusta di antara kita," katanya, yang disambut tepuk tangan peserta dialog.
Red: Krisman Purwoko
Sumber: antara
Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Din Syamsudin mengatakan konflik agama yang terjadi selama ini disebabkan kurangnya pertemuan yang dialogis untuk menyelesaikan masalah.
"Harus sering berdialog, tetapi yang dialogis, dua arah," katanya di Medan, Jumat malam. Ia mengatakan hal itu pada acara dialog dalam rangka Yubileum 50 Tahun Hirarki Gereja Katolik Keuskupan Agung Medan dengan topik 'Menguatkan persaudaraan sejati dalam membangun bangsa'.
Menurut dia, dalam pemantauan selama ini di tanah air konflik umat beragama sering terjadi antara umat Islam dan Kristen. "Padahal Islam dan Kristen 'satu keturunan', yakni anak cucu Nabi Ibrahim," kata Din.
Namun, kata dia, yang sering terlibat dalam konflik tersebut adalah kelompok aliran keras yang dinilai kurang dapat memahami perbedaan dua agama tersebut. "Sedangkan yang moderat justru salam-salaman dan peluk-pelukan," katanya.
Untuk mengurangi kemungkinan dan potensi konflik itu, kedua agama tersebut harus sering diajak berkomunikasi secara dialogis agar dapat memahami perbedaan yang ada. Selama ini, dialog sudah ada tetapi belum dialogis. "Hanya satu atau dua sumber saja," katanya.
Din Syamsudin mengatakan pernah membuat pertemuan antara tokoh Islam dan Kristen serta menyiapkan daftar isian tentang ganjalan dan ketidaksenangan terhadap kedua agama itu. Ternyata, kata dia, hampir tidak ada masalah yang paling krusial selain dari metode penyebaran agama dan pendirian tempat ibadah.
Oleh karena itu, menurut dia, komunikasi yang dialogis harus terus diintensifkan agar ganjalan dan ketidaksenangan terhadap agama lain dapat diminimalisir, bahkan dituntaskan. "Saya tidak ingin kalau jumpa senyum-senyuman. Namun ternyata, masih ada dusta di antara kita," katanya, yang disambut tepuk tangan peserta dialog.
Red: Krisman Purwoko
Sumber: antara
0 comments:
Post a Comment
Syalom. Terimakasih atas kunjungan dan komentarnya.Semoga Tuhan memberkati para Saudara.