Renungan Harian : Selasa 1 Pebruari 2011
Ibr 12: 1-4, Mzm 21:26b-27,28,30,31-32, Mrk 5:21-43
(Randelaria dr. St.Josef, Maria Anna Vaillot & Odilia Baumgarten)
Ibr 12: 1-4, Mzm 21:26b-27,28,30,31-32, Mrk 5:21-43
(Randelaria dr. St.Josef, Maria Anna Vaillot & Odilia Baumgarten)
"Hai anak-Ku, imanmu telah menyelamatkan engkau. Pergilah dengan selamat dan sembuhlah dari penyakitmu!"
BACAAN INJIL:
Sesudah Yesus menyeberang lagi dengan perahu, orang banyak berbondong-bondong datang lalu mengerumuni Dia. Sedang Ia berada di tepi danau, datanglah seorang kepala rumah ibadat yang bernama Yairus. Ketika ia melihat Yesus, tersungkurlah ia di depan kaki-Nya dan memohon dengan sangat kepada-Nya: "Anakku perempuan sedang sakit, hampir mati, datanglah kiranya dan letakkanlah tangan-Mu atasnya, supaya ia selamat dan tetap hidup." Lalu pergilah Yesus dengan orang itu. Orang banyak berbondong-bondong mengikuti Dia dan berdesak-desakan di dekat-Nya. Adalah di situ seorang perempuan yang sudah dua belas tahun lamanya menderita pendarahan. Ia telah berulang-ulang diobati oleh berbagai tabib, sehingga telah dihabiskannya semua yang ada padanya, namun sama sekali tidak ada faedahnya malah sebaliknya keadaannya makin memburuk. Dia sudah mendengar berita-berita tentang Yesus, maka di tengah-tengah orang banyak itu ia mendekati Yesus dari belakang dan menjamah jubah-Nya. Sebab katanya: "Asal kujamah saja jubah-Nya, aku akan sembuh." Seketika itu juga berhentilah pendarahannya dan ia merasa, bahwa badannya sudah sembuh dari penyakitnya. Pada ketika itu juga Yesus mengetahui, bahwa ada tenaga yang keluar dari diri-Nya, lalu Ia berpaling di tengah orang banyak dan bertanya: "Siapa yang menjamah jubah-Ku?" Murid-murid-Nya menjawab: "Engkau melihat bagaimana orang-orang ini berdesak-desakan dekat-Mu, dan Engkau bertanya: Siapa yang menjamah Aku?" Lalu Ia memandang sekeliling-Nya untuk melihat siapa yang telah melakukan hal itu. Perempuan itu, yang menjadi takut dan gemetar ketika mengetahui apa yang telah terjadi atas dirinya, tampil dan tersungkur di depan Yesus dan dengan tulus memberitahukan segala sesuatu kepada-Nya. Maka kata-Nya kepada perempuan itu: "Hai anak-Ku, imanmu telah menyelamatkan engkau. Pergilah dengan selamat dan sembuhlah dari penyakitmu!"
Ketika Yesus masih berbicara datanglah orang dari keluarga kepala rumah ibadat itu dan berkata: "Anakmu sudah mati, apa perlunya lagi engkau menyusah-nyusahkan Guru?" Tetapi Yesus tidak menghiraukan perkataan mereka dan berkata kepada kepala rumah ibadat: "Jangan takut, percaya saja!" Lalu Yesus tidak memperbolehkan seorangpun ikut serta, kecuali Petrus, Yakobus dan Yohanes, saudara Yakobus. Mereka tiba di rumah kepala rumah ibadat, dan di sana dilihat-Nya orang-orang ribut, menangis dan meratap dengan suara nyaring. Sesudah Ia masuk Ia berkata kepada orang-orang itu: "Mengapa kamu ribut dan menangis? Anak ini tidak mati, tetapi tidur!" Tetapi mereka menertawakan Dia. Maka diusir-Nya semua orang itu, lalu dibawa-Nya ayah dan ibu anak itu dan mereka yang bersama-sama dengan Dia masuk ke kamar anak itu. Lalu dipegang-Nya tangan anak itu, kata-Nya: "Talita kum," yang berarti: "Hai anak, Aku berkata kepadamu, bangunlah!" Seketika itu juga anak itu bangkit berdiri dan berjalan, sebab umurnya sudah dua belas tahun. Semua orang yang hadir sangat takjub. Dengan sangat Ia berpesan kepada mereka, supaya jangan seorangpun mengetahui hal itu, lalu Ia menyuruh mereka memberi anak itu makan.
Demikianlah Injil Tuhan bagi kita hari ini.
RENUNGAN:
Seminggu yang lalu, ada seorang anak gadis remaja seusia kelas 2 SMP, meninggal dunia. Dia mengidap penyakit ayan. Penyakit itu seringkali kambuh dan tentu dia sangat menderita. Orang tuanya sudah berupaya membawanya berobat tetapi tidak sembuh juga. Anak tersebut karena penyakitnya menjadi pendiam, suka mengeluh atas sakitnya dan tertekan, demikian juga halnya orang tuanya. Namun setahun sebelum dia meninggal, anak ini ikut dalam persekutuan doa karismatik Katolik di Sidikalang. Dia begitu rajin ikut dalam persekutuan doa karismatik, disamping kelompok doa ini emmberi perhatian dengan menjemput dan menghantarnya. Sejak saat itu ada perubahan dalam hidupnya, yakni dia sudah mulai ceria dan tidak lagi mengeluhkan penyakitnya. Penyakit ayan yang dia derita memang tidak sembuh tetapi dia tidak lagi mengeluhkan penyakitnya itu dan sudah bisa ceria. Orang tuanya mengakui hal ini, pada saat kematian puteri mereka itu mengatakan bahwa sejak anak itu ikut dalam keolompok doa karismatik, dia tidak lagi mengeluhkan penyakitnya, dia menjadi rajin berdoa dan mengingatkan orang tuanya supaya tidak usah terlalu memikirkan penyakitnya dan supaya rajin berdoa. Sehingga saat Tuhan memanggil anak mereka itu, orang tua menghantarnya dengan iklas karena yakin anak mereka meninggal bukan karena penyakitnya tetapi karena Tuhan yan gemanggilnya.
Anak tersebut dan juga anggota kelompok doa Karismatik berdoa baginya memohonkan kesmebuhan anak ini dari penyakitnya, tetapi penyakit itu masih tetap ada dalam diri anak itu. Apakah itu berarti bahwa Tuhan tidak mendengarkan doa mereka? Apakah Tuhan tidak melakukan mukjizat penyembuhan atas anak itu?
Dalam doa permohonan penyembuhan seringkali orang hanya melihat dan mengukur dengan kesembuhan fisik dari penyakit, kurang melihat dalam arti lebih dalam yakni kesembuhan rohani si sakit dan keluarganya. Seperti dalam cerita anak itu, penyakit ayan memang masih dideritanya, tetapi dia beroleh kesembuhan rohani, yang mana penyakit itu tidak lagi mengekang kegembiraannya sebagai remaja puteri, penyakit itu tidak lagi membuat dia tertekan, mengeluh tetapi dia menjadi ceria dan bahkan dia semakin rajin berdoa juga malah menasehati orang tuanya supaya rajin berdoa. Tuhan juga memberi kesembuhan rohani kepada orang tuanya karena orang tuanya tidak lagi menjadi putus asa, menjadi rajin berdoa dan bisa menghadapinya dalam iman. Mukjizat Allah terjadi dalam peristiwa ini, bagi iman anak ini dan orang tuanya. Bahkan ini juga menjadi mukjizat yang besar, karena bisa saja orang disembuhkan secara fisik tetapi dia dan kaum keluarganya tidak semakin dekat dengan Tuhan.
Dalam Injil hari ini, kita mendengarkan 2 kisah mukjizat sekaligus yang diperbuat oleh Yesus. Dalam kisah penyembuhan wanita yang mengalami pendarahan itu, diceritakan bahwa dia sudah menderita begitu lama dan sudah berobat kemana-mana sampai menghabiskan hartanya, namun tidak sembuh juga. Pada puncak upaya dan kerinduannya untuk sembuh, dia hanya berharap dari Yesus sendiri. Wanita itu punya keyakinan bahwa Yesus mampu menyembuhkannya, keyakinannya begitu kuat sehingga dia berpikir bahwa hanya dengan menyentuh jubah Yesus saja, dia yakin akan sembuh. Apa yang dirindukan dan diyakini wanita itu memang terjadi, dia merasa sudah sembuh ketika menjamah jubah Yesus.
Namun dalam kisah ini, menurut kami, wanita itu belumlah sembuh secara fisik dari penyakitnya, dia hanya merasakan semangat hidupnya kembali, penyakit itu tidak membuatnya menderita dan semakin yakin bahwa Tuhan akan menyembuhkan penyakitnya. Hal ini terbukti dari kata-kata Yesus, "Hai anak-Ku, imanmu telah menyelamatkan engkau. Pergilah dengan selamat dan sembuhlah dari penyakitmu!" Dari kata-kata Yesus ini jelas bahwa wanita itu sembuh secara fisik baru setelah Yesus mengatakan ‘perfilah dengan selamat dan sembuhlah penyakitmu.’ Mukjizat kesembuhan yang pertama terjadi atas wanita itu adalah kesembuhan rohani, baru setelah itu Yesus memberi kesembuhan fisik atas wanita itu.
Demikian juga halnya yang terjadi dalam kisah mukjizat yang dilakukan oleh Yesus kepada rumah ibadat yang bernama Yairus. Yairus datang menghadap Yesus dan memohon kesembuhan bagi anak puterinya yang sudah hampir mati. Yairus percaya bahwa Yesus sanggup dan mau melakukannya. Namun saat Yesus sampai ke rumahnya, anaknya telah mati. Dalam situasi demikian, tentu iman Yairus tentu menjadi goyah, apalagi mendengar perkataan orang-orang saat itu yang mengatakan "Anakmu sudah mati, apa perlunya lagi engkau menyusah-nyusahkan Guru?" Iman Yairus menjadi semakin goyah ketika orang menertawakan Yesus yang mengatakan bahwa anaknya tidak mati tetapi tidur. Iman Yairus menjadi goyah dan orang-orang menertawakan Yesus karena memang dari pengalaman hidup mereka, tidak ada orang yang bisa menghidupkan kembali orang yang sudah meninggal.
Dalam peristiwa ini, Yesus tidak langsung beraksi dengan menghidupkan kembali anak yang telah mati itu, tetapi Dia terlebih dahulu menyembuhkan iman Yairus dan juga orang disekitarnya dengan berkata "Jangan takut, percaya saja!" Yesus bisa saja langsung menghidupkan kembali anak itu, tetapi Dia terlebih dahulu menguatkan iman Yairus, memberi kesembuhan iman kepada Yairus, baru setelah itu Yesus menghidupkan kembali anak itu.
Bermenung dari kisah-kisah ini, jelaslah bagi kita bahwa:
Jelaslah bagi kita bahwa Yesus adalah Tuhan, Dia mahakuasa yang mampu memberi kesembuhan dan menghidupkan orang mati. Dengan iman ini, kita hendaknya selalu datang kepada-Nya dan menyerahkan hidup kita kepada kuasa dan kasih-Nya. Kita hendkanya selalu yakin bahwa Yesus tidak akan pernah menolak permohonan yang kita sampaikan dengan penuh iman kepada-Nya, namun Dia akan memberikan yang terbaik kepada kita. Dalam doa permohonan penyembuhan baik untuk diri kita dan juga bagi orang lain, hendaknya kita tidak hanya terpusat pada kesembuhan fisik saja tetapi juga melihat pentingnya kesembuhan rohani. Kesembuhan rohani membuat orang percaya kepada Tuhan, semakin mendekatkan diri kepada Tuhan, penyerahan diri dan terbuka akan karya mukijzat Tuhan atas dirinya. Semoga dengan Injil hari ini iman kita kepada Yesus semakin diteguhkan. Amin.
Sesudah Yesus menyeberang lagi dengan perahu, orang banyak berbondong-bondong datang lalu mengerumuni Dia. Sedang Ia berada di tepi danau, datanglah seorang kepala rumah ibadat yang bernama Yairus. Ketika ia melihat Yesus, tersungkurlah ia di depan kaki-Nya dan memohon dengan sangat kepada-Nya: "Anakku perempuan sedang sakit, hampir mati, datanglah kiranya dan letakkanlah tangan-Mu atasnya, supaya ia selamat dan tetap hidup." Lalu pergilah Yesus dengan orang itu. Orang banyak berbondong-bondong mengikuti Dia dan berdesak-desakan di dekat-Nya. Adalah di situ seorang perempuan yang sudah dua belas tahun lamanya menderita pendarahan. Ia telah berulang-ulang diobati oleh berbagai tabib, sehingga telah dihabiskannya semua yang ada padanya, namun sama sekali tidak ada faedahnya malah sebaliknya keadaannya makin memburuk. Dia sudah mendengar berita-berita tentang Yesus, maka di tengah-tengah orang banyak itu ia mendekati Yesus dari belakang dan menjamah jubah-Nya. Sebab katanya: "Asal kujamah saja jubah-Nya, aku akan sembuh." Seketika itu juga berhentilah pendarahannya dan ia merasa, bahwa badannya sudah sembuh dari penyakitnya. Pada ketika itu juga Yesus mengetahui, bahwa ada tenaga yang keluar dari diri-Nya, lalu Ia berpaling di tengah orang banyak dan bertanya: "Siapa yang menjamah jubah-Ku?" Murid-murid-Nya menjawab: "Engkau melihat bagaimana orang-orang ini berdesak-desakan dekat-Mu, dan Engkau bertanya: Siapa yang menjamah Aku?" Lalu Ia memandang sekeliling-Nya untuk melihat siapa yang telah melakukan hal itu. Perempuan itu, yang menjadi takut dan gemetar ketika mengetahui apa yang telah terjadi atas dirinya, tampil dan tersungkur di depan Yesus dan dengan tulus memberitahukan segala sesuatu kepada-Nya. Maka kata-Nya kepada perempuan itu: "Hai anak-Ku, imanmu telah menyelamatkan engkau. Pergilah dengan selamat dan sembuhlah dari penyakitmu!"
Ketika Yesus masih berbicara datanglah orang dari keluarga kepala rumah ibadat itu dan berkata: "Anakmu sudah mati, apa perlunya lagi engkau menyusah-nyusahkan Guru?" Tetapi Yesus tidak menghiraukan perkataan mereka dan berkata kepada kepala rumah ibadat: "Jangan takut, percaya saja!" Lalu Yesus tidak memperbolehkan seorangpun ikut serta, kecuali Petrus, Yakobus dan Yohanes, saudara Yakobus. Mereka tiba di rumah kepala rumah ibadat, dan di sana dilihat-Nya orang-orang ribut, menangis dan meratap dengan suara nyaring. Sesudah Ia masuk Ia berkata kepada orang-orang itu: "Mengapa kamu ribut dan menangis? Anak ini tidak mati, tetapi tidur!" Tetapi mereka menertawakan Dia. Maka diusir-Nya semua orang itu, lalu dibawa-Nya ayah dan ibu anak itu dan mereka yang bersama-sama dengan Dia masuk ke kamar anak itu. Lalu dipegang-Nya tangan anak itu, kata-Nya: "Talita kum," yang berarti: "Hai anak, Aku berkata kepadamu, bangunlah!" Seketika itu juga anak itu bangkit berdiri dan berjalan, sebab umurnya sudah dua belas tahun. Semua orang yang hadir sangat takjub. Dengan sangat Ia berpesan kepada mereka, supaya jangan seorangpun mengetahui hal itu, lalu Ia menyuruh mereka memberi anak itu makan.
Demikianlah Injil Tuhan bagi kita hari ini.
RENUNGAN:
Seminggu yang lalu, ada seorang anak gadis remaja seusia kelas 2 SMP, meninggal dunia. Dia mengidap penyakit ayan. Penyakit itu seringkali kambuh dan tentu dia sangat menderita. Orang tuanya sudah berupaya membawanya berobat tetapi tidak sembuh juga. Anak tersebut karena penyakitnya menjadi pendiam, suka mengeluh atas sakitnya dan tertekan, demikian juga halnya orang tuanya. Namun setahun sebelum dia meninggal, anak ini ikut dalam persekutuan doa karismatik Katolik di Sidikalang. Dia begitu rajin ikut dalam persekutuan doa karismatik, disamping kelompok doa ini emmberi perhatian dengan menjemput dan menghantarnya. Sejak saat itu ada perubahan dalam hidupnya, yakni dia sudah mulai ceria dan tidak lagi mengeluhkan penyakitnya. Penyakit ayan yang dia derita memang tidak sembuh tetapi dia tidak lagi mengeluhkan penyakitnya itu dan sudah bisa ceria. Orang tuanya mengakui hal ini, pada saat kematian puteri mereka itu mengatakan bahwa sejak anak itu ikut dalam keolompok doa karismatik, dia tidak lagi mengeluhkan penyakitnya, dia menjadi rajin berdoa dan mengingatkan orang tuanya supaya tidak usah terlalu memikirkan penyakitnya dan supaya rajin berdoa. Sehingga saat Tuhan memanggil anak mereka itu, orang tua menghantarnya dengan iklas karena yakin anak mereka meninggal bukan karena penyakitnya tetapi karena Tuhan yan gemanggilnya.
Anak tersebut dan juga anggota kelompok doa Karismatik berdoa baginya memohonkan kesmebuhan anak ini dari penyakitnya, tetapi penyakit itu masih tetap ada dalam diri anak itu. Apakah itu berarti bahwa Tuhan tidak mendengarkan doa mereka? Apakah Tuhan tidak melakukan mukjizat penyembuhan atas anak itu?
Dalam doa permohonan penyembuhan seringkali orang hanya melihat dan mengukur dengan kesembuhan fisik dari penyakit, kurang melihat dalam arti lebih dalam yakni kesembuhan rohani si sakit dan keluarganya. Seperti dalam cerita anak itu, penyakit ayan memang masih dideritanya, tetapi dia beroleh kesembuhan rohani, yang mana penyakit itu tidak lagi mengekang kegembiraannya sebagai remaja puteri, penyakit itu tidak lagi membuat dia tertekan, mengeluh tetapi dia menjadi ceria dan bahkan dia semakin rajin berdoa juga malah menasehati orang tuanya supaya rajin berdoa. Tuhan juga memberi kesembuhan rohani kepada orang tuanya karena orang tuanya tidak lagi menjadi putus asa, menjadi rajin berdoa dan bisa menghadapinya dalam iman. Mukjizat Allah terjadi dalam peristiwa ini, bagi iman anak ini dan orang tuanya. Bahkan ini juga menjadi mukjizat yang besar, karena bisa saja orang disembuhkan secara fisik tetapi dia dan kaum keluarganya tidak semakin dekat dengan Tuhan.
Dalam Injil hari ini, kita mendengarkan 2 kisah mukjizat sekaligus yang diperbuat oleh Yesus. Dalam kisah penyembuhan wanita yang mengalami pendarahan itu, diceritakan bahwa dia sudah menderita begitu lama dan sudah berobat kemana-mana sampai menghabiskan hartanya, namun tidak sembuh juga. Pada puncak upaya dan kerinduannya untuk sembuh, dia hanya berharap dari Yesus sendiri. Wanita itu punya keyakinan bahwa Yesus mampu menyembuhkannya, keyakinannya begitu kuat sehingga dia berpikir bahwa hanya dengan menyentuh jubah Yesus saja, dia yakin akan sembuh. Apa yang dirindukan dan diyakini wanita itu memang terjadi, dia merasa sudah sembuh ketika menjamah jubah Yesus.
Namun dalam kisah ini, menurut kami, wanita itu belumlah sembuh secara fisik dari penyakitnya, dia hanya merasakan semangat hidupnya kembali, penyakit itu tidak membuatnya menderita dan semakin yakin bahwa Tuhan akan menyembuhkan penyakitnya. Hal ini terbukti dari kata-kata Yesus, "Hai anak-Ku, imanmu telah menyelamatkan engkau. Pergilah dengan selamat dan sembuhlah dari penyakitmu!" Dari kata-kata Yesus ini jelas bahwa wanita itu sembuh secara fisik baru setelah Yesus mengatakan ‘perfilah dengan selamat dan sembuhlah penyakitmu.’ Mukjizat kesembuhan yang pertama terjadi atas wanita itu adalah kesembuhan rohani, baru setelah itu Yesus memberi kesembuhan fisik atas wanita itu.
Demikian juga halnya yang terjadi dalam kisah mukjizat yang dilakukan oleh Yesus kepada rumah ibadat yang bernama Yairus. Yairus datang menghadap Yesus dan memohon kesembuhan bagi anak puterinya yang sudah hampir mati. Yairus percaya bahwa Yesus sanggup dan mau melakukannya. Namun saat Yesus sampai ke rumahnya, anaknya telah mati. Dalam situasi demikian, tentu iman Yairus tentu menjadi goyah, apalagi mendengar perkataan orang-orang saat itu yang mengatakan "Anakmu sudah mati, apa perlunya lagi engkau menyusah-nyusahkan Guru?" Iman Yairus menjadi semakin goyah ketika orang menertawakan Yesus yang mengatakan bahwa anaknya tidak mati tetapi tidur. Iman Yairus menjadi goyah dan orang-orang menertawakan Yesus karena memang dari pengalaman hidup mereka, tidak ada orang yang bisa menghidupkan kembali orang yang sudah meninggal.
Dalam peristiwa ini, Yesus tidak langsung beraksi dengan menghidupkan kembali anak yang telah mati itu, tetapi Dia terlebih dahulu menyembuhkan iman Yairus dan juga orang disekitarnya dengan berkata "Jangan takut, percaya saja!" Yesus bisa saja langsung menghidupkan kembali anak itu, tetapi Dia terlebih dahulu menguatkan iman Yairus, memberi kesembuhan iman kepada Yairus, baru setelah itu Yesus menghidupkan kembali anak itu.
Bermenung dari kisah-kisah ini, jelaslah bagi kita bahwa:
Jelaslah bagi kita bahwa Yesus adalah Tuhan, Dia mahakuasa yang mampu memberi kesembuhan dan menghidupkan orang mati. Dengan iman ini, kita hendaknya selalu datang kepada-Nya dan menyerahkan hidup kita kepada kuasa dan kasih-Nya. Kita hendkanya selalu yakin bahwa Yesus tidak akan pernah menolak permohonan yang kita sampaikan dengan penuh iman kepada-Nya, namun Dia akan memberikan yang terbaik kepada kita. Dalam doa permohonan penyembuhan baik untuk diri kita dan juga bagi orang lain, hendaknya kita tidak hanya terpusat pada kesembuhan fisik saja tetapi juga melihat pentingnya kesembuhan rohani. Kesembuhan rohani membuat orang percaya kepada Tuhan, semakin mendekatkan diri kepada Tuhan, penyerahan diri dan terbuka akan karya mukijzat Tuhan atas dirinya. Semoga dengan Injil hari ini iman kita kepada Yesus semakin diteguhkan. Amin.
0 comments:
Post a Comment
Syalom. Terimakasih atas kunjungan dan komentarnya.Semoga Tuhan memberkati para Saudara.