Renungan Harian : Kamis 20 Januari 2011
(Hari 3 Pekan Doa se-dunia)
Ibr 7:25-8:6, Mzm 40:7-8a,8b-9,10,17, Mrk 3:7-12
(Fabianus, Sebastianus, Cyprianus Michael Tansi, Johannes Pembaptis dr Triquerie)
(Hari 3 Pekan Doa se-dunia)
Ibr 7:25-8:6, Mzm 40:7-8a,8b-9,10,17, Mrk 3:7-12
(Fabianus, Sebastianus, Cyprianus Michael Tansi, Johannes Pembaptis dr Triquerie)
"Iman, pewartaan atau kesaksian tidak berdayaguna tanpa mukjizat penyembuhan?"
BACAAN INJIL:
Kemudian Yesus dengan murid-murid-Nya menyingkir ke danau, dan banyak orang dari Galilea mengikuti-Nya. Juga dari Yudea, dari Yerusalem, dari Idumea, dari seberang Yordan, dan dari daerah Tirus dan Sidon datang banyak orang kepada-Nya, sesudah mereka mendengar segala yang dilakukan-Nya. Ia menyuruh murid-murid-Nya menyediakan sebuah perahu bagi-Nya karena orang banyak itu, supaya mereka jangan sampai menghimpit-Nya. Sebab Ia menyembuhkan banyak orang, sehingga semua penderita penyakit berdesak-desakan kepada-Nya hendak menjamah-Nya. Bilamana roh-roh jahat melihat Dia, mereka jatuh tersungkur di hadapan-Nya dan berteriak: "Engkaulah Anak Allah." Tetapi Ia dengan keras melarang mereka memberitahukan siapa Dia.
Demikianlah Injil Tuhan bagi kita hari ini.
RENUNGAN:
Mungkin kita masih ingat apa yang pernah terjadi dan sangat menghebohkan yakni seorang anak kecil bernama Ponirin menjadi terkenal karena mempunyai batu ‘sakti’ yang dapat menyembuhkan semua penyakit. Batu sakti itu dicelupkan ke air dan katanya orang sakit yang meminum atau mengoleskannya ke si sakit, si sakit akan sembuh. Banyak orang dari berbagai daerah datang ke dia untuk disembuhkan dari penyakitnya atau mungkin juga ada yang datang hanya karena penasaran. Pengakutan dari beberapa orang sakit, mereka datang minta disembuhkan karena tidak sanggup berobat ke dokter atau ke rumah sakit. Diberitakan juga bahwa sampai ada orang yang meninggal karena tejepit di tengah para pengunjung. Anak itu menjadi terkenal dan tentunya mendatangkan banyak untuk bagi dia, bagi keluarganya, bagi orang tuanya dan juga bagi masyarakat sekitar. Aksi kesaktian ini akhirnya ditutup atau dilarang oleh pihak pemerintah, walaupun menuai protes dari banyak orang.
Fenomena yang terjadi saat ini juga maraknya kebaktian rohani ataupun misa dengan agenda penyembuhan. Umumnya bila dalam kegiatan itu juga diadakan doa penyembuhan, pasti banyak orang yang akan menghadirinya, ntah itu orang sakit karena ingin disembuhkan ataupun membawa keluarga. Hal ini semakin marak mungkin juga karena mahalnya berobat ke dokter atau ke rumah sakit. Bukan suatu rahasia, bahwa banyak juga umat kristiani yang mencari kesembuhan sakit kepada para dukun. Sehingga tampakna iman uman hanya berkisar penyembuhan fisik. Sehingga kebaktian atau kegiatan rohani kurang menarik bila tidak ada penyembuhan dan seorang imam menjadi semakin terkenal, disukai banyak orang bila punya karunia penyembuhan. Bahkan ada orang yang mengatakan bahwa pewartaan tanpa mukjizat penyembuhan, tidak akan berarti apa-apa bagi orang yang mendengarkan pewartaan.
Hal yang sama dialami oleh Yesus. Orang banyak itu mengikuti Yesus karena telah melihat penyembuhan yang diperbuat Yesus. Yesus sudah menyingkir, tetapi orang banyak tetap mengikuti-Nya. Yesus menyingkir tentu bukan karena tidak mau mewartakan kerajaan Allah, tetapi karena orang banyak itu mengikuti Dia hanya karena mukjizat penyembuhan yang terjadi. Orang mengikuti Yesus bukan karena percaya bahwa Yesus adalah Mesias, Tuhan yang datang untuk mewartakan Kerajaan Allah, membawa manusia kepada kesembuhan sejati yakni keselamatan kekal, bukan hanya pada kesembuhan fisik atau badan. Yesus tidak menghendaki orang mengikutinya hanya karena penyembuhan. Iman yang demikian tentu pada akhirnya akan menolak penderitaan sebagai konsekuensi dari iman. Orang yang demikian umumnya tidak akan mampu melihat bahwa dalam penderitaan juga saat itu Yesus menuntut kesetiaan iman dan bisa menjadi kesaksian iman.
Apa yang dialami oleh Yesus, juga saat ini masih banyak terjadi. Tidak sedikit orang yang menjadi kristiani bukan karena sungguh percaya kepada Yesus Mesias, tetapi hanya karena merasa keperluan atau kepentingannya terpenuhi dan terpuaskan. Manakala doa permohonan, keinginannya tidak terpenuhi dan sabda Yesus tidak masuk akalnya atau tidak sesuai dengan pikirannya, orang langsung dengan mudah meninggalkan imannya. Iman yang hanya melihat kesembuhanlah sebagai bukti nyata dari iman itu, akan mudah berpindah iman atau agama. Bukan suatu rahasia bahwa banyak umat katolik yang pindah ke gereja lain atau ke agama lain karena merasa di gereja atau agama itu mereka mendapatkan kesembuhan fisik, merasa yang di tempat lain itu umatnya lebih ramah, kotbahnya lebih hidup, lebih menarik, ibadatnya lebih hidup dan merasa di situlah merasa imannya bertumbuh dan berkembang. Iman yang demikian jelas adalah iman yang masih mengacu pada keakuan, lebih pada menyangkut perasaan hati, pemuasaan keakuannya. Iman harusnya suatu pencarian akan kebanaran sejati dan penyerahan diri pada Yesus Tuhan. Iman yang sungguh-sungguh, juga pada akhirnya tidak hanya sebagai sarana pemuasan diri, tetapi penyerahan diri pada kuasa dan kasih Allah, dan iman yang demikian akan membuat orang mampu menderita akibat dari iman, orang dimampukan untuk menanggung penderitaan karena iman dan mampu melihat bahwa dalam penderitaan, Allah juga mengasihinya dan menjadikannya sebagai kesempatan untuk bersaksi. Oleh karena itu, lewat sabda hari ini, mari kita renungkan, “Bagaimana iman kita, apakah juga iman kita terpusat pada pemuasan keinginan, pemuasan ke ‘akuan’ kita, seperti orang banyak yang mencari-cari dan mengerumuni Yesus?” Mari kita renungkan dengan baik-baik. Amin.
BACAAN INJIL:
Kemudian Yesus dengan murid-murid-Nya menyingkir ke danau, dan banyak orang dari Galilea mengikuti-Nya. Juga dari Yudea, dari Yerusalem, dari Idumea, dari seberang Yordan, dan dari daerah Tirus dan Sidon datang banyak orang kepada-Nya, sesudah mereka mendengar segala yang dilakukan-Nya. Ia menyuruh murid-murid-Nya menyediakan sebuah perahu bagi-Nya karena orang banyak itu, supaya mereka jangan sampai menghimpit-Nya. Sebab Ia menyembuhkan banyak orang, sehingga semua penderita penyakit berdesak-desakan kepada-Nya hendak menjamah-Nya. Bilamana roh-roh jahat melihat Dia, mereka jatuh tersungkur di hadapan-Nya dan berteriak: "Engkaulah Anak Allah." Tetapi Ia dengan keras melarang mereka memberitahukan siapa Dia.
Demikianlah Injil Tuhan bagi kita hari ini.
RENUNGAN:
Mungkin kita masih ingat apa yang pernah terjadi dan sangat menghebohkan yakni seorang anak kecil bernama Ponirin menjadi terkenal karena mempunyai batu ‘sakti’ yang dapat menyembuhkan semua penyakit. Batu sakti itu dicelupkan ke air dan katanya orang sakit yang meminum atau mengoleskannya ke si sakit, si sakit akan sembuh. Banyak orang dari berbagai daerah datang ke dia untuk disembuhkan dari penyakitnya atau mungkin juga ada yang datang hanya karena penasaran. Pengakutan dari beberapa orang sakit, mereka datang minta disembuhkan karena tidak sanggup berobat ke dokter atau ke rumah sakit. Diberitakan juga bahwa sampai ada orang yang meninggal karena tejepit di tengah para pengunjung. Anak itu menjadi terkenal dan tentunya mendatangkan banyak untuk bagi dia, bagi keluarganya, bagi orang tuanya dan juga bagi masyarakat sekitar. Aksi kesaktian ini akhirnya ditutup atau dilarang oleh pihak pemerintah, walaupun menuai protes dari banyak orang.
Fenomena yang terjadi saat ini juga maraknya kebaktian rohani ataupun misa dengan agenda penyembuhan. Umumnya bila dalam kegiatan itu juga diadakan doa penyembuhan, pasti banyak orang yang akan menghadirinya, ntah itu orang sakit karena ingin disembuhkan ataupun membawa keluarga. Hal ini semakin marak mungkin juga karena mahalnya berobat ke dokter atau ke rumah sakit. Bukan suatu rahasia, bahwa banyak juga umat kristiani yang mencari kesembuhan sakit kepada para dukun. Sehingga tampakna iman uman hanya berkisar penyembuhan fisik. Sehingga kebaktian atau kegiatan rohani kurang menarik bila tidak ada penyembuhan dan seorang imam menjadi semakin terkenal, disukai banyak orang bila punya karunia penyembuhan. Bahkan ada orang yang mengatakan bahwa pewartaan tanpa mukjizat penyembuhan, tidak akan berarti apa-apa bagi orang yang mendengarkan pewartaan.
Hal yang sama dialami oleh Yesus. Orang banyak itu mengikuti Yesus karena telah melihat penyembuhan yang diperbuat Yesus. Yesus sudah menyingkir, tetapi orang banyak tetap mengikuti-Nya. Yesus menyingkir tentu bukan karena tidak mau mewartakan kerajaan Allah, tetapi karena orang banyak itu mengikuti Dia hanya karena mukjizat penyembuhan yang terjadi. Orang mengikuti Yesus bukan karena percaya bahwa Yesus adalah Mesias, Tuhan yang datang untuk mewartakan Kerajaan Allah, membawa manusia kepada kesembuhan sejati yakni keselamatan kekal, bukan hanya pada kesembuhan fisik atau badan. Yesus tidak menghendaki orang mengikutinya hanya karena penyembuhan. Iman yang demikian tentu pada akhirnya akan menolak penderitaan sebagai konsekuensi dari iman. Orang yang demikian umumnya tidak akan mampu melihat bahwa dalam penderitaan juga saat itu Yesus menuntut kesetiaan iman dan bisa menjadi kesaksian iman.
Apa yang dialami oleh Yesus, juga saat ini masih banyak terjadi. Tidak sedikit orang yang menjadi kristiani bukan karena sungguh percaya kepada Yesus Mesias, tetapi hanya karena merasa keperluan atau kepentingannya terpenuhi dan terpuaskan. Manakala doa permohonan, keinginannya tidak terpenuhi dan sabda Yesus tidak masuk akalnya atau tidak sesuai dengan pikirannya, orang langsung dengan mudah meninggalkan imannya. Iman yang hanya melihat kesembuhanlah sebagai bukti nyata dari iman itu, akan mudah berpindah iman atau agama. Bukan suatu rahasia bahwa banyak umat katolik yang pindah ke gereja lain atau ke agama lain karena merasa di gereja atau agama itu mereka mendapatkan kesembuhan fisik, merasa yang di tempat lain itu umatnya lebih ramah, kotbahnya lebih hidup, lebih menarik, ibadatnya lebih hidup dan merasa di situlah merasa imannya bertumbuh dan berkembang. Iman yang demikian jelas adalah iman yang masih mengacu pada keakuan, lebih pada menyangkut perasaan hati, pemuasaan keakuannya. Iman harusnya suatu pencarian akan kebanaran sejati dan penyerahan diri pada Yesus Tuhan. Iman yang sungguh-sungguh, juga pada akhirnya tidak hanya sebagai sarana pemuasan diri, tetapi penyerahan diri pada kuasa dan kasih Allah, dan iman yang demikian akan membuat orang mampu menderita akibat dari iman, orang dimampukan untuk menanggung penderitaan karena iman dan mampu melihat bahwa dalam penderitaan, Allah juga mengasihinya dan menjadikannya sebagai kesempatan untuk bersaksi. Oleh karena itu, lewat sabda hari ini, mari kita renungkan, “Bagaimana iman kita, apakah juga iman kita terpusat pada pemuasan keinginan, pemuasan ke ‘akuan’ kita, seperti orang banyak yang mencari-cari dan mengerumuni Yesus?” Mari kita renungkan dengan baik-baik. Amin.
0 comments:
Post a Comment
Syalom. Terimakasih atas kunjungan dan komentarnya.Semoga Tuhan memberkati para Saudara.