Renungan Harian : Sabtu 22 Januari 2011
(Hari ke-5 Pekan Doa Sedunia)
Ibr 9:2-3,11-14, Mzm 47:2-3,6-7,8-9, Mrk 3:20-21
(Vincentius, Laura Vicuna,)
(Hari ke-5 Pekan Doa Sedunia)
Ibr 9:2-3,11-14, Mzm 47:2-3,6-7,8-9, Mrk 3:20-21
(Vincentius, Laura Vicuna,)
"Ada orang mengatakan bahwa antara kekudusan dan kegilaan itu adalah ‘betti’ (beda tipis)."
BACAAN INJIL:
Kemudian Yesus masuk ke sebuah rumah. Maka datanglah orang banyak berkerumun pula, sehingga makanpun mereka tidak dapat. Waktu kaum keluarga-Nya mendengar hal itu, mereka datang hendak mengambil Dia, sebab kata mereka Ia tidak waras lagi.
Demikianlah Injil Tuhan bagi kita hari ini.
RENUNGAN:
Ada orang mengatakan bahwa antara kekudusan dan kegilaan itu adalah ‘betti’ (beda tipis). Hal ini ada benarnya, karena perilaku orang kudus dan orang gila seringkali bertolak belakang dari kebiasaan masyarakat umum. Namun perbedaannya sangat jelas kog. Orang gila berperilaku diluar dari kewajaran orang normal, karena memang dia tidak menyadari lagi apa yang dia lakukan karena control sarafnya tidak lagi bekerja dengan baik. Sedangkan orang kudus, sadar akan apa yang dia lakukan, dia menghendakinya dan untuk tujuan yang lebih tinggi. Orang kudus perilaku hidupnya berbeda dengan yang berlaku umum, karena perilaku hidup yang umum itu dilihat bukan lagi perilaku hidup yang baik sehingga perilaku hidupnya berseberangan dengan yang umum tersebut. Jadi bukan karena perilaku hidup orang kudus itu yang tidak baik dan gila, tetapi orang lain yang menganggap gila karena menganggap beda dengan yang terjadi umum, dan menganggap yang berlaku umum itulah yang waras dan benar. Padahal perlikau hidup yang sudah umum itu belum tentu selaman benar, dan itulah yang seringkali malah hidup yang gila.
Hidup Yesus, pengajaran-Nya dan sikap—Nya, sungguh berbeda dengan perilaku hidup para imam atau tokoh-tokoh agama pada waktu itu. Waktu itu, para imam, guru-guru agama hidup dalam kemewahan, menjadi kalangan atas dan membuat peraturan-peraturan dan mengajarkan ajaran yang bertentangan dengan kehendak Allah. Yesus mewartakan kerajaan Allah, memberikan diri-Nya bagi semua orang, bergaul dengan semua orang, bahkan dengan orang-orang miskin, orang sakit dan para pendosa yang biasanya disingkirkan. Yesus juga berani dengan terang-terangan mengkritik perilaku yang tidak baik. Dia sungguh berbeda dengan apa yang biasa dilakukan oleh orang pada masa itu. Oleh karena itulah Dia dianggap gila, bahkan oleh kaum keluarga-Nya sendiri.
Hal yang aneh dan menyedihkan karena kaum keluarga-Nya sendiri tidak memahami dan tidak mengerti siapa dan mengapa Yesus demikian, tetapi malah ikut-ikutan menganggap Yesus gila. Penginjil tidak menyebutkan apakah Yusuf dan Maria ibu-Nya termasuk dalam kelurga-Nya yang menganggap gila. Saya yakin bahwa mereka berdua tidak termasuk di dalamnya.
Issu yang mengatakan Yesus gila atau tidak waras pasti juga ditiupkan oleh orang-orang yang tidak menyukai Yesus, yakni khususnya para imam, ahli-hali Taurat, orang-orang Farisi dan mungkin saja para penguasa yang merasa ‘diancam’ oleh Yesus karena kritikan yang pedas. Mereka menyebarkan issu itu bukan karena hidup Yesus tidak baik dan tidak benar, tetapi karena merasa terancam, merasa tersaingi dan sakit hati atas teguran Yesus. Padahal merekalah yang sebenarnya hidup dalam kegilaan.
Demikianlah yang sering terjadi dalam kehidupan ini. Seringkali orang menganggap bahwa apa yang sudah biasa terjadi dalam masyarakat umum, dianggap itulah yang baik dan benar, sehingga ketika ada orang yang berperilaku lain dari yang umum itu, dianggap gila, aneh dan tidak wajar. Padahal yang berbeda dari kebiasaan umum itulah yang seringkali justru yang benar dan baik karena tidak mau hanyut dengan arus kehidupan yang tidak baik. Nah sekarang bagaimana dengan hidup kita.
Saat ini, orang yang berusaha hidup baik, jujur, adil, berbuat dan membela yang benar, merupakan cara hidup yang berbeda dengan kehidupan umum. Gaya / cara hidup yang demikian berarti melawan arus dalam kehidupan. Orang yang demikian biasanya akan dianggap aneh, tidak wajar, dianggap gila dan akan disingkirkan dalam kehidupan ini. Ini seringkali kita takut untuk hidup benar menjalankan kehendak Tuhan, sehingga kita mengikuti begitus saja apa yang biasa, yang tentu tidak baik. Namun walaupun demikian, kita sebagai pengikut Kristus, tidak perlu takut bila kita dianggap gila karena hidup kita yang berusaha seperti yang dikehendaki oleh Allah, meneladan Yesus sendiri, karena Yesus sendiri sudah mengalaminya. Bila hal itu kita alami dan pasti kita alami, anggap itu ujian dari nilai tertinggi yang sedang kita hayati dan perjuangkan. Justru kesetiaan kita akan cara hidup seperti Yesus, itu menjadi kesaksian bagi dunia dan pada akhirnya dunia akan tahu dan melihat suatu kebenaran sejati dari cara hidup kristiani kita.
Selain itu, tentunya kita juga harus selalu waspada agar tidak dengan gampang menilai cara hidup orang lain yang tidak sesuai dengan kebiasaan umum, menganggap orang tersebut tidak waras, aneh dan gila. Namun sebagai umat kristiani yang terbuka pada kebaikan dan sedang dalam usaha dalam mencapai kekudusan hidup, bila menemukan hal demikian, kita mencoba melihat dengan kaca mata iman, berpikir positif, karena bisa saja itulah hidup yang baik dan benar, sehingga kita diajak untuk merenungkan cara hidup kita sendiri. Semoga kita semua bersiap-siap, berani dikatakan gila karena gaya hidup kristiani kita. Amin.
Kemudian Yesus masuk ke sebuah rumah. Maka datanglah orang banyak berkerumun pula, sehingga makanpun mereka tidak dapat. Waktu kaum keluarga-Nya mendengar hal itu, mereka datang hendak mengambil Dia, sebab kata mereka Ia tidak waras lagi.
Demikianlah Injil Tuhan bagi kita hari ini.
RENUNGAN:
Ada orang mengatakan bahwa antara kekudusan dan kegilaan itu adalah ‘betti’ (beda tipis). Hal ini ada benarnya, karena perilaku orang kudus dan orang gila seringkali bertolak belakang dari kebiasaan masyarakat umum. Namun perbedaannya sangat jelas kog. Orang gila berperilaku diluar dari kewajaran orang normal, karena memang dia tidak menyadari lagi apa yang dia lakukan karena control sarafnya tidak lagi bekerja dengan baik. Sedangkan orang kudus, sadar akan apa yang dia lakukan, dia menghendakinya dan untuk tujuan yang lebih tinggi. Orang kudus perilaku hidupnya berbeda dengan yang berlaku umum, karena perilaku hidup yang umum itu dilihat bukan lagi perilaku hidup yang baik sehingga perilaku hidupnya berseberangan dengan yang umum tersebut. Jadi bukan karena perilaku hidup orang kudus itu yang tidak baik dan gila, tetapi orang lain yang menganggap gila karena menganggap beda dengan yang terjadi umum, dan menganggap yang berlaku umum itulah yang waras dan benar. Padahal perlikau hidup yang sudah umum itu belum tentu selaman benar, dan itulah yang seringkali malah hidup yang gila.
Hidup Yesus, pengajaran-Nya dan sikap—Nya, sungguh berbeda dengan perilaku hidup para imam atau tokoh-tokoh agama pada waktu itu. Waktu itu, para imam, guru-guru agama hidup dalam kemewahan, menjadi kalangan atas dan membuat peraturan-peraturan dan mengajarkan ajaran yang bertentangan dengan kehendak Allah. Yesus mewartakan kerajaan Allah, memberikan diri-Nya bagi semua orang, bergaul dengan semua orang, bahkan dengan orang-orang miskin, orang sakit dan para pendosa yang biasanya disingkirkan. Yesus juga berani dengan terang-terangan mengkritik perilaku yang tidak baik. Dia sungguh berbeda dengan apa yang biasa dilakukan oleh orang pada masa itu. Oleh karena itulah Dia dianggap gila, bahkan oleh kaum keluarga-Nya sendiri.
Hal yang aneh dan menyedihkan karena kaum keluarga-Nya sendiri tidak memahami dan tidak mengerti siapa dan mengapa Yesus demikian, tetapi malah ikut-ikutan menganggap Yesus gila. Penginjil tidak menyebutkan apakah Yusuf dan Maria ibu-Nya termasuk dalam kelurga-Nya yang menganggap gila. Saya yakin bahwa mereka berdua tidak termasuk di dalamnya.
Issu yang mengatakan Yesus gila atau tidak waras pasti juga ditiupkan oleh orang-orang yang tidak menyukai Yesus, yakni khususnya para imam, ahli-hali Taurat, orang-orang Farisi dan mungkin saja para penguasa yang merasa ‘diancam’ oleh Yesus karena kritikan yang pedas. Mereka menyebarkan issu itu bukan karena hidup Yesus tidak baik dan tidak benar, tetapi karena merasa terancam, merasa tersaingi dan sakit hati atas teguran Yesus. Padahal merekalah yang sebenarnya hidup dalam kegilaan.
Demikianlah yang sering terjadi dalam kehidupan ini. Seringkali orang menganggap bahwa apa yang sudah biasa terjadi dalam masyarakat umum, dianggap itulah yang baik dan benar, sehingga ketika ada orang yang berperilaku lain dari yang umum itu, dianggap gila, aneh dan tidak wajar. Padahal yang berbeda dari kebiasaan umum itulah yang seringkali justru yang benar dan baik karena tidak mau hanyut dengan arus kehidupan yang tidak baik. Nah sekarang bagaimana dengan hidup kita.
Saat ini, orang yang berusaha hidup baik, jujur, adil, berbuat dan membela yang benar, merupakan cara hidup yang berbeda dengan kehidupan umum. Gaya / cara hidup yang demikian berarti melawan arus dalam kehidupan. Orang yang demikian biasanya akan dianggap aneh, tidak wajar, dianggap gila dan akan disingkirkan dalam kehidupan ini. Ini seringkali kita takut untuk hidup benar menjalankan kehendak Tuhan, sehingga kita mengikuti begitus saja apa yang biasa, yang tentu tidak baik. Namun walaupun demikian, kita sebagai pengikut Kristus, tidak perlu takut bila kita dianggap gila karena hidup kita yang berusaha seperti yang dikehendaki oleh Allah, meneladan Yesus sendiri, karena Yesus sendiri sudah mengalaminya. Bila hal itu kita alami dan pasti kita alami, anggap itu ujian dari nilai tertinggi yang sedang kita hayati dan perjuangkan. Justru kesetiaan kita akan cara hidup seperti Yesus, itu menjadi kesaksian bagi dunia dan pada akhirnya dunia akan tahu dan melihat suatu kebenaran sejati dari cara hidup kristiani kita.
Selain itu, tentunya kita juga harus selalu waspada agar tidak dengan gampang menilai cara hidup orang lain yang tidak sesuai dengan kebiasaan umum, menganggap orang tersebut tidak waras, aneh dan gila. Namun sebagai umat kristiani yang terbuka pada kebaikan dan sedang dalam usaha dalam mencapai kekudusan hidup, bila menemukan hal demikian, kita mencoba melihat dengan kaca mata iman, berpikir positif, karena bisa saja itulah hidup yang baik dan benar, sehingga kita diajak untuk merenungkan cara hidup kita sendiri. Semoga kita semua bersiap-siap, berani dikatakan gila karena gaya hidup kristiani kita. Amin.
0 comments:
Post a Comment
Syalom. Terimakasih atas kunjungan dan komentarnya.Semoga Tuhan memberkati para Saudara.