Renungan Harian : Selasa 18 Januari 2011
Ibr 6:10-20, Mzm 111:1-2,4-5,9,10c, Mrk 2:23-28
(Margareta dr Hongaria,
Pembukaan Pekan Doa Sedunia untuk Persatuan Umat Kristiani)
Ibr 6:10-20, Mzm 111:1-2,4-5,9,10c, Mrk 2:23-28
(Margareta dr Hongaria,
Pembukaan Pekan Doa Sedunia untuk Persatuan Umat Kristiani)
"Perbuatan baik kepada sesama, walaupun kecil dan kelihatan sederhana, itu jauh lebih berharga dibandingkan dengan rasa iba, rasa prihatian dan kata-kata ‘kasihan’."
BACAAN INJIL:
Pada suatu kali, pada hari Sabat, Yesus berjalan di ladang gandum, dan sementara berjalan murid-murid-Nya memetik bulir gandum. Maka kata orang-orang Farisi kepada-Nya: "Lihat! Mengapa mereka berbuat sesuatu yang tidak diperbolehkan pada hari Sabat?" Jawab-Nya kepada mereka: "Belum pernahkah kamu baca apa yang dilakukan Daud, ketika ia dan mereka yang mengikutinya kekurangan dan kelaparan, bagaimana ia masuk ke dalam Rumah Allah waktu Abyatar menjabat sebagai Imam Besar lalu makan roti sajian itu -- yang tidak boleh dimakan kecuali oleh imam-imam -- dan memberinya juga kepada pengikut-pengikutnya?" Lalu kata Yesus kepada mereka: "Hari Sabat diadakan untuk manusia dan bukan manusia untuk hari Sabat, jadi Anak Manusia adalah juga Tuhan atas hari Sabat." Mereka semua takjub, sehingga mereka memperbincangkannya, katanya: "Apa ini? Suatu ajaran baru. Ia berkata-kata dengan kuasa. Roh-roh jahat pun diperintah-Nya dan mereka taat kepada-Nya." Lalu tersebarlah dengan cepat kabar tentang Dia ke segala penjuru di seluruh Galilea.
Demikianlah Injil Tuhan bagi kita hari ini.
RENUNGAN:
Sepintas membaca Injil hari ini, seakan Yesus mengijinkan para murid melakukan perbuatan memetik bulir gandum saat berjalan di ladang gandum. Penginjil tidak menyebutkan apakah gandum yang mereka petik adalah gandum yang berjatuhan dan mereka makan atau memetik dari pohonnya dan di buang. Yang pasti tentu itu bukan kebun milik pada rasul dan itu mereka lakukan saa mereka berjalan melewati kebun gandum dan pada hari Sabat pula. Tindakan para murid ini mengundang reaksi orang-orang Farisi sehingga bertanya kepada Yesus, “Lihat! Mengapa mereka berbuat sesuatu yang tidak diperbolehkan pada hari Sabat?" Reaksi orang Farisi ini bukan hanya sekedar pertanyaan, tetapi semacam teguran pada Yesus yang tidak melarang para murid melakukan hal yang dilarang pada hari Sabad, bahkan seakan Yesus membiarkan dan mengijingkan para murid melakukan hal demikian. Tentu Yesus bukan membela dan mengijinkan perbuatan para murid yang memetik gandum orang lain dan tentu juga tidak mendidik para murid melakukan hal yang sama. Juga tentu bukan maksudnya bahwa karena lapar, bisa mencuri gandum orang lain. Karena bagaimanapun, untuk mencapai tujuan yang baik tidak diperkenankan mencapainya dengan melakukan yang tidak baik.
Atas reaksi orang Farisi, digunakan oleh Yesus menjadi kesempatan untuk mengkritik orang-orang Farisi yang penuh dengan kemunafikan. Orang Farisi itu tentu tau bahwa para murid sedang kelaparan karena mengadakan perjalanan. Tetapi mereka yang mengatakan dirinya orang beriman, tidak peka akan keadaan para marid dan tidak berusaha menjamu mereka dengan memberi makanan. Padahal seharusnya, bila mereka peka akan hal itu, mereka harusnya berbuat baik kepada para rasul dengan memberi makan, apalagi itu hari Sabad. Tetapi malah mereka seakan mempersalahkan para murid dan Yesus, seakan Yesus tidak mendidik para murid-Nya untuk menghormati hari Sabad. Orang Farisi, lebih banyak mencela, mengkritik orang dari pada melakukan perbuatan baik kepada sesama.
Dalam kehidupan kita sehari-hari, di sekitar kita banyak orang yang sebenarnya kelaparan, banyak orang yang membutuhkan pertolonganm, tetapi kita kurang peka terhadap orang yang demikian. Kita lebih sibuk dengan diri sendiri, pekerjaan sendiri dan bahkan ketika kita melihat orang yang menderita atau orang miskin, kita malah mengkritik mereka atau mencap mereka sebagai seorang pemalas, yang tidak mau berjuang atau bekerja keras dalam hidup ini. Juga betapa sering kita hanya bersikap iba, prihatin dan kasihan bila melihat orang menderita atau orang miskin, tetapi tidak berbuat sesuatu bagi mereka.
Tidak selamanya kita bisa menganggap bahwa orang miskin dan menderita adalah orang-orang malas, yang tidak mau berjuang dan bekerja keras dalam hidup ini. Dalam hidup ini tidak ada orang yang ingin menderita dan ingin menjadi miskin. Orang menderita bisa dikarenakan oleh orang lain, atau system yang membuat mereka tidak mampu bersaing dengan orang lain yang memiliki kemampuan dan kesempatan lebih banyak dan lebih baik dibandingkan diri mereka. Dan memang kenyataannya demikian. Di Negara kita ini, begitu banyak koruptor kelas kakap, yang memakan uang Negara yang seharusnya diperuntukkan untuk kepentingan rakyat banyak. Korupsi seakan sudah menjadi hal yang biasa, bahkan seakan mereka dilindungi oleh undang-undang Negara ini dan juga pemerintah. Suatu kenyataan, para koruptor umumnya terjadi dalam tubuh para pemerintah, yang seharusnya menata hidup masyarakat menjadi lebih baik. Ulah para koruptor terutama dalam tubuh pemerintahan inilah yang banyak membuat rakyat kecil menjadi menderita dan hidup miskin.
Selain itu, sering orang khususnya para pejabat pemerintah membuat suatu hukum dengan label demi kepentingan banyak orang atau demi perkembangan Negara, padahal sebenarnya tindakan atau undang-undang yang mereka buat adalah untuk melindungi orang-orang tertentu, kelompok tertentu agar mereka aman dan nyaman dalam perbuatan yang merugikan rakyat banyak. Misalnya yang sering kita dengar adalah penggusuran rakyat atau pembebasan lahan rakyat kecil dengan ganti rugi yang sangat tidak pantas dengan alasan perkembangan kota demi kepentingan rakyat lebih banyak. Ternyata itu semua hanya suatu kebohongan besar yang menyengsarakan rakyat kecil. Kerap terjadi, pemerintah mengatakan bahwa hal itu dilakukan demi kepentingan rakyat banyak, tetapi mengorbankan rakyat kecil. Seakan halal mengorbankan rakyat kecil demi kepentingan kelompok banyak orang yang nyata-nyata adalah orang-orang kaya, para penguasa dan hanya segelintir orang. Banyak orang, para pejabat pemerintahan yang bersembunyi di balik peraturan atau undang-undang dan kepentingan banyak orang, padahal mereka melakukan kejahatan besar kepada orang-orang kecil dan miskin. Seringkali peraturan dibuat tanpa memperhatikan cinta kasih kepada rakyat kecil dan miskin, hanya mementingkan orang-orang kaya, para penguasa dan para pejabat.
Dari sebab itu, lewat Injil hari ini, Yesus menggunakan kesempatan untuk menegur dan mendidik kita, agar kita membina dan menanamkan sikap peka kepada sesama yang miskin dan menderita. Janganlah kita dengan gampang menghina, mencala, mengkritik dan menghakimi orang miskin dengan tuduhan bahwa mereka pemalas, mereka itu tidak mau berjuang dan bekerja keras untuk hidupnya. Tetapi mari kita tetap menghargai mereka sebagai sesama kita. Kepekaan dan pengharagaan kita kepada orang yang miskin dan menderita, bahwa mereka juga sesama kita adalah kita nyatakan dengan berusaha berbuat baik kepada mereka dan berusaha mencari cara bagaimana untuk membantu mereka. Perbuatan baik kepada sesama, walaupun kecil dan kelihatan sederhana, itu jauh lebih berharga dibandingkan dengan rasa iba, rasa prihatian dan kata-kata ‘kasihan’. Perbuatan nyata, jauh lebih berharga dan berguna daripada hanya perasaan dan kata-kata. Selain itu, bila kita dipercaya untuk memimpin orang lain karena jabatan atau kepercayaan yang diberikan kepada kita, bila kita termasuk orang yang ikut dalam merancang dan membuat peraturan atau undang-undang, hendaknya kita memperhatikan kepentingan orang miskin dan menderita. Dalam semua hidup, perbuatan, tindakan dan keputusan, hendaknya dilandasi oleh hokum cintakasih kepada sesama, terutama yang miskin dan menderita. Sangatlah mulia dihadapan Tuhan bila kita menderita karena membela orang yang miskin dan menderita dibandingkan bila kita membuat orang lain menderita dan miskin. Semoga kita peka terhadap sesama yang menderita dan miskin, serta berusaha berbuat baik bagi mereka. Amin.
Pada suatu kali, pada hari Sabat, Yesus berjalan di ladang gandum, dan sementara berjalan murid-murid-Nya memetik bulir gandum. Maka kata orang-orang Farisi kepada-Nya: "Lihat! Mengapa mereka berbuat sesuatu yang tidak diperbolehkan pada hari Sabat?" Jawab-Nya kepada mereka: "Belum pernahkah kamu baca apa yang dilakukan Daud, ketika ia dan mereka yang mengikutinya kekurangan dan kelaparan, bagaimana ia masuk ke dalam Rumah Allah waktu Abyatar menjabat sebagai Imam Besar lalu makan roti sajian itu -- yang tidak boleh dimakan kecuali oleh imam-imam -- dan memberinya juga kepada pengikut-pengikutnya?" Lalu kata Yesus kepada mereka: "Hari Sabat diadakan untuk manusia dan bukan manusia untuk hari Sabat, jadi Anak Manusia adalah juga Tuhan atas hari Sabat." Mereka semua takjub, sehingga mereka memperbincangkannya, katanya: "Apa ini? Suatu ajaran baru. Ia berkata-kata dengan kuasa. Roh-roh jahat pun diperintah-Nya dan mereka taat kepada-Nya." Lalu tersebarlah dengan cepat kabar tentang Dia ke segala penjuru di seluruh Galilea.
Demikianlah Injil Tuhan bagi kita hari ini.
RENUNGAN:
Sepintas membaca Injil hari ini, seakan Yesus mengijinkan para murid melakukan perbuatan memetik bulir gandum saat berjalan di ladang gandum. Penginjil tidak menyebutkan apakah gandum yang mereka petik adalah gandum yang berjatuhan dan mereka makan atau memetik dari pohonnya dan di buang. Yang pasti tentu itu bukan kebun milik pada rasul dan itu mereka lakukan saa mereka berjalan melewati kebun gandum dan pada hari Sabat pula. Tindakan para murid ini mengundang reaksi orang-orang Farisi sehingga bertanya kepada Yesus, “Lihat! Mengapa mereka berbuat sesuatu yang tidak diperbolehkan pada hari Sabat?" Reaksi orang Farisi ini bukan hanya sekedar pertanyaan, tetapi semacam teguran pada Yesus yang tidak melarang para murid melakukan hal yang dilarang pada hari Sabad, bahkan seakan Yesus membiarkan dan mengijingkan para murid melakukan hal demikian. Tentu Yesus bukan membela dan mengijinkan perbuatan para murid yang memetik gandum orang lain dan tentu juga tidak mendidik para murid melakukan hal yang sama. Juga tentu bukan maksudnya bahwa karena lapar, bisa mencuri gandum orang lain. Karena bagaimanapun, untuk mencapai tujuan yang baik tidak diperkenankan mencapainya dengan melakukan yang tidak baik.
Atas reaksi orang Farisi, digunakan oleh Yesus menjadi kesempatan untuk mengkritik orang-orang Farisi yang penuh dengan kemunafikan. Orang Farisi itu tentu tau bahwa para murid sedang kelaparan karena mengadakan perjalanan. Tetapi mereka yang mengatakan dirinya orang beriman, tidak peka akan keadaan para marid dan tidak berusaha menjamu mereka dengan memberi makanan. Padahal seharusnya, bila mereka peka akan hal itu, mereka harusnya berbuat baik kepada para rasul dengan memberi makan, apalagi itu hari Sabad. Tetapi malah mereka seakan mempersalahkan para murid dan Yesus, seakan Yesus tidak mendidik para murid-Nya untuk menghormati hari Sabad. Orang Farisi, lebih banyak mencela, mengkritik orang dari pada melakukan perbuatan baik kepada sesama.
Dalam kehidupan kita sehari-hari, di sekitar kita banyak orang yang sebenarnya kelaparan, banyak orang yang membutuhkan pertolonganm, tetapi kita kurang peka terhadap orang yang demikian. Kita lebih sibuk dengan diri sendiri, pekerjaan sendiri dan bahkan ketika kita melihat orang yang menderita atau orang miskin, kita malah mengkritik mereka atau mencap mereka sebagai seorang pemalas, yang tidak mau berjuang atau bekerja keras dalam hidup ini. Juga betapa sering kita hanya bersikap iba, prihatin dan kasihan bila melihat orang menderita atau orang miskin, tetapi tidak berbuat sesuatu bagi mereka.
Tidak selamanya kita bisa menganggap bahwa orang miskin dan menderita adalah orang-orang malas, yang tidak mau berjuang dan bekerja keras dalam hidup ini. Dalam hidup ini tidak ada orang yang ingin menderita dan ingin menjadi miskin. Orang menderita bisa dikarenakan oleh orang lain, atau system yang membuat mereka tidak mampu bersaing dengan orang lain yang memiliki kemampuan dan kesempatan lebih banyak dan lebih baik dibandingkan diri mereka. Dan memang kenyataannya demikian. Di Negara kita ini, begitu banyak koruptor kelas kakap, yang memakan uang Negara yang seharusnya diperuntukkan untuk kepentingan rakyat banyak. Korupsi seakan sudah menjadi hal yang biasa, bahkan seakan mereka dilindungi oleh undang-undang Negara ini dan juga pemerintah. Suatu kenyataan, para koruptor umumnya terjadi dalam tubuh para pemerintah, yang seharusnya menata hidup masyarakat menjadi lebih baik. Ulah para koruptor terutama dalam tubuh pemerintahan inilah yang banyak membuat rakyat kecil menjadi menderita dan hidup miskin.
Selain itu, sering orang khususnya para pejabat pemerintah membuat suatu hukum dengan label demi kepentingan banyak orang atau demi perkembangan Negara, padahal sebenarnya tindakan atau undang-undang yang mereka buat adalah untuk melindungi orang-orang tertentu, kelompok tertentu agar mereka aman dan nyaman dalam perbuatan yang merugikan rakyat banyak. Misalnya yang sering kita dengar adalah penggusuran rakyat atau pembebasan lahan rakyat kecil dengan ganti rugi yang sangat tidak pantas dengan alasan perkembangan kota demi kepentingan rakyat lebih banyak. Ternyata itu semua hanya suatu kebohongan besar yang menyengsarakan rakyat kecil. Kerap terjadi, pemerintah mengatakan bahwa hal itu dilakukan demi kepentingan rakyat banyak, tetapi mengorbankan rakyat kecil. Seakan halal mengorbankan rakyat kecil demi kepentingan kelompok banyak orang yang nyata-nyata adalah orang-orang kaya, para penguasa dan hanya segelintir orang. Banyak orang, para pejabat pemerintahan yang bersembunyi di balik peraturan atau undang-undang dan kepentingan banyak orang, padahal mereka melakukan kejahatan besar kepada orang-orang kecil dan miskin. Seringkali peraturan dibuat tanpa memperhatikan cinta kasih kepada rakyat kecil dan miskin, hanya mementingkan orang-orang kaya, para penguasa dan para pejabat.
Dari sebab itu, lewat Injil hari ini, Yesus menggunakan kesempatan untuk menegur dan mendidik kita, agar kita membina dan menanamkan sikap peka kepada sesama yang miskin dan menderita. Janganlah kita dengan gampang menghina, mencala, mengkritik dan menghakimi orang miskin dengan tuduhan bahwa mereka pemalas, mereka itu tidak mau berjuang dan bekerja keras untuk hidupnya. Tetapi mari kita tetap menghargai mereka sebagai sesama kita. Kepekaan dan pengharagaan kita kepada orang yang miskin dan menderita, bahwa mereka juga sesama kita adalah kita nyatakan dengan berusaha berbuat baik kepada mereka dan berusaha mencari cara bagaimana untuk membantu mereka. Perbuatan baik kepada sesama, walaupun kecil dan kelihatan sederhana, itu jauh lebih berharga dibandingkan dengan rasa iba, rasa prihatian dan kata-kata ‘kasihan’. Perbuatan nyata, jauh lebih berharga dan berguna daripada hanya perasaan dan kata-kata. Selain itu, bila kita dipercaya untuk memimpin orang lain karena jabatan atau kepercayaan yang diberikan kepada kita, bila kita termasuk orang yang ikut dalam merancang dan membuat peraturan atau undang-undang, hendaknya kita memperhatikan kepentingan orang miskin dan menderita. Dalam semua hidup, perbuatan, tindakan dan keputusan, hendaknya dilandasi oleh hokum cintakasih kepada sesama, terutama yang miskin dan menderita. Sangatlah mulia dihadapan Tuhan bila kita menderita karena membela orang yang miskin dan menderita dibandingkan bila kita membuat orang lain menderita dan miskin. Semoga kita peka terhadap sesama yang menderita dan miskin, serta berusaha berbuat baik bagi mereka. Amin.
0 comments:
Post a Comment
Syalom. Terimakasih atas kunjungan dan komentarnya.Semoga Tuhan memberkati para Saudara.