Renungan hari Senin Masa Natal, 27 Desember 2010
1Yoh 1:1-4, Mzm 97:1-2,5-6,11-12, Yoh 20:2-8
(Pesta St. Yohanes Rasul)
1Yoh 1:1-4, Mzm 97:1-2,5-6,11-12, Yoh 20:2-8
(Pesta St. Yohanes Rasul)
"Maka masuklah juga murid yang lain, yang lebih dahulu sampai di kubur itu dan ia melihatnya dan percaya."
BACAAN INJIL:
Ia berlari-lari mendapatkan Simon Petrus dan murid yang lain yang dikasihi Yesus, dan berkata kepada mereka: "Tuhan telah diambil orang dari kuburnya dan kami tidak tahu di mana Ia diletakkan." Maka berangkatlah Petrus dan murid yang lain itu ke kubur. Keduanya berlari bersama-sama, tetapi murid yang lain itu berlari lebih cepat dari pada Petrus sehingga lebih dahulu sampai di kubur. Ia menjenguk ke dalam, dan melihat kain kapan terletak di tanah; akan tetapi ia tidak masuk ke dalam. Maka datanglah Simon Petrus juga menyusul dia dan masuk ke dalam kubur itu. Ia melihat kain kapan terletak di tanah, sedang kain peluh yang tadinya ada di kepala Yesus tidak terletak dekat kain kapan itu, tetapi agak di samping di tempat yang lain dan sudah tergulung. Maka masuklah juga murid yang lain, yang lebih dahulu sampai di kubur itu dan ia melihatnya dan percaya.
Demikianlah Injil Tuhan bagi kita hari ini.
RENUNGAN:
Ketika TimNas Indonesia menang atas Filipina, mereka disanjung-sanjung dan begitu banyak pujian, sanjungan, komentar-komentar indah, media televisi sampe mengekspost seseorang juga perpidahan agamanya dari agama Katolik ke agama lain. Indonesia terlalu bangga, memuji-muji Tim Nasional karena menang dan memenuhi keinginan dan harapan banyak orang. Tetapi setelah barusan kalah 3-0 dengan Malasya, apakah masih ada pujian, sanjungan seperti sebelumnya? Mungkin yang akan muncul adalah kritik, celaan dan mencari kambing hitam. Suatu kenyataan yang seringkali terjadi dalam hidup kita, orang dipuji, disanjung, diekspost ketika orang tersebut memenuhi harapannya. Seringkali dukungan sifatnya hanya temporer, gampang berubah-ubah.
Hal yang demikian juga bisa seringkali terjadi dalam kaitan dengan iman akan Yesus Kristus. Kerap ketika kita merasa bahwa Tuhan mengabulkan doa kita, atau iman sungguh sesuai dengan harapan kita, kita memuji, memuliakan Yesus, mengagung-agungkan Tuhan dengan bangganya dan bersaksi dengan lantang bahwa Tuhan itu baik. Tetapi ketika seakan Yesus tidak mengabulkan doa-doa kita dan Yesus tidak memenuhi harapan kita, kita berpaling darinya. Cinta dan iman kita kepada Yesus, seringkali sifatnya temporer, kita tidak mampu bersaksi selalu akan Yesus yang adalah Tuhan.
Di dalam Injil yang kita dengarkan hari ini, ketika para murid mendengar berita bahwa jenasah Yesus telah diambil orang, Petrus dan murid yang lain, yang kerap disebut murid yang dikasihi, langsung berlari ke makam. Cinta mereka kepada Yesus tidak pudar, meskipun Yesus wafat dan tidak seperti yang mereka harapkan. Memang mereka terpukul dan kecewa tetapi tidak langsung berpaling dari Yesus, tidak mencela Yesus. Para Rasul tetap mengasihi Yesus, Yesus tetap ada di dada mereka, dalam hati dan hidupnya. Bukan hanya seperti slogan untuk timnas Indonesia. Cinta yang tetap menggebu-gebu kepada Yesus secara khusus diperlihatkan oleh Yohanes Rasul yang dinamakan murid yang dikasihi. Ketika dia melihat menyataan dalam kubur, dia langsung percaya bahwa Yesus telah bangkit. Dia percaya meskipun tidak melihat secara langsung Yesus yang bangkit, dia hanya melihat tanda-tanda. Cintanya yang besar kepada Yesus dan kesadaran bahwa Yesus membuat dia mampun menangkap kehadiran Yesus yang bangkit dan dia bersaksi atas kebangkitan Yesus bagi kita. Bahkan dia mampu melihat kebangkitan Yesus di makam, tempat yang melambangkan kematian, tiadanya pengharapan dan tempat yang mengerikan banyak orang.
Kitapun seperti Yohanes rasul adalah orang-orang yang dikasihi Yesus. Kasih Allah kepada kita, itupulalah yang kita rayakan pada hari Raya Natal yang bari kita rayakan. Kesadaran diri akan kasih Allah kepada kita tentunya juga membuat kita juga mengasihi Yesus. Kalau kita ditanya apakah kita mengasihi Yesus? Tentu kita semua akan menjawab ‘ya’. Sebagai orang yang mengasihi Allah, tentu kasih itu kita nyatakan dalam kesetiaan kepada Tuhan. Yohanes Rasul melihat ke dalam makam dan percaya akan Yesus yang bangkit, hidup mulia dalam dunia, makam dan kematian tidak membatasi kasih Tuhan kepada manusia. Pada perayaan Natal kita juga sudah menyaksikan kasih Allah dalam kelahiran Yesus Sang Mesias. Cinta kita dan apa yang telah kita lihat dalam perayaan Natal, hendaknya membuat kita semakin percaya kepada Yesus dan juga membuat kita berani bersaksi. Demikianlah juga kiranya yang kita dengarkan dalam bacaan pertama hari ini, “Apa yang telah kami lihat dan yang telah kami dengar itu, kami beritakan kepada kamu juga, supaya kamu pun beroleh persekutuan dengan kami. Dan persekutuan kami adalah persekutuan dengan Bapa dan dengan Anak-Nya, Yesus Kristus. Dan semuanya ini kami tuliskan kepada kamu, supaya sukacita kami menjadi sempurna.(1Yoh 1:3-4). Sebagai orang yang dikasihi Yesus, kita tidak cukup hanya bergembira dan menikmati kasih Yesus seorang diri, tetapi kita harus bersaksi kepada sesama akan kasih Yesus. Kesaksian itu kita nyatakan dengan berbagi kasih kepada sesama, khususnya bagi sesama yang merasa hidupnya terasa seakan berada di ‘makam’, di mana tidak ada lagi harapan, rasa putus asa, kegelepan. Cinta kasih kita kepada Tuhan, hendaknya membuat kita mampun menangkap kehadiran Tuhan dalam hidup yang kelam sekalipun dan kita juga bersaksi serta membantu sesama agar mereka juga dapat menangkap kehadiran Tuhan dalam kehidupan mereka, bahkan dalam kehidupan yang kelam sekalipun. Dengan demikian, kasih Allah yang telah kita lihat, kita rasakan hendaknya membuat kita mengasihi Allah dan membuat kita berani bersaksi akan kasih Allah kepada dunia.
REFLEKSI PRIBADI:
1. Lakukanlah dan warnailah hidupmu dengan perbuatan kasih dan dilandasi oleh kasih Allah.
2. Bagikanlah kasih itu kepada sesama dengan berbuat baik kepada sesama.
Ia berlari-lari mendapatkan Simon Petrus dan murid yang lain yang dikasihi Yesus, dan berkata kepada mereka: "Tuhan telah diambil orang dari kuburnya dan kami tidak tahu di mana Ia diletakkan." Maka berangkatlah Petrus dan murid yang lain itu ke kubur. Keduanya berlari bersama-sama, tetapi murid yang lain itu berlari lebih cepat dari pada Petrus sehingga lebih dahulu sampai di kubur. Ia menjenguk ke dalam, dan melihat kain kapan terletak di tanah; akan tetapi ia tidak masuk ke dalam. Maka datanglah Simon Petrus juga menyusul dia dan masuk ke dalam kubur itu. Ia melihat kain kapan terletak di tanah, sedang kain peluh yang tadinya ada di kepala Yesus tidak terletak dekat kain kapan itu, tetapi agak di samping di tempat yang lain dan sudah tergulung. Maka masuklah juga murid yang lain, yang lebih dahulu sampai di kubur itu dan ia melihatnya dan percaya.
Demikianlah Injil Tuhan bagi kita hari ini.
RENUNGAN:
Ketika TimNas Indonesia menang atas Filipina, mereka disanjung-sanjung dan begitu banyak pujian, sanjungan, komentar-komentar indah, media televisi sampe mengekspost seseorang juga perpidahan agamanya dari agama Katolik ke agama lain. Indonesia terlalu bangga, memuji-muji Tim Nasional karena menang dan memenuhi keinginan dan harapan banyak orang. Tetapi setelah barusan kalah 3-0 dengan Malasya, apakah masih ada pujian, sanjungan seperti sebelumnya? Mungkin yang akan muncul adalah kritik, celaan dan mencari kambing hitam. Suatu kenyataan yang seringkali terjadi dalam hidup kita, orang dipuji, disanjung, diekspost ketika orang tersebut memenuhi harapannya. Seringkali dukungan sifatnya hanya temporer, gampang berubah-ubah.
Hal yang demikian juga bisa seringkali terjadi dalam kaitan dengan iman akan Yesus Kristus. Kerap ketika kita merasa bahwa Tuhan mengabulkan doa kita, atau iman sungguh sesuai dengan harapan kita, kita memuji, memuliakan Yesus, mengagung-agungkan Tuhan dengan bangganya dan bersaksi dengan lantang bahwa Tuhan itu baik. Tetapi ketika seakan Yesus tidak mengabulkan doa-doa kita dan Yesus tidak memenuhi harapan kita, kita berpaling darinya. Cinta dan iman kita kepada Yesus, seringkali sifatnya temporer, kita tidak mampu bersaksi selalu akan Yesus yang adalah Tuhan.
Di dalam Injil yang kita dengarkan hari ini, ketika para murid mendengar berita bahwa jenasah Yesus telah diambil orang, Petrus dan murid yang lain, yang kerap disebut murid yang dikasihi, langsung berlari ke makam. Cinta mereka kepada Yesus tidak pudar, meskipun Yesus wafat dan tidak seperti yang mereka harapkan. Memang mereka terpukul dan kecewa tetapi tidak langsung berpaling dari Yesus, tidak mencela Yesus. Para Rasul tetap mengasihi Yesus, Yesus tetap ada di dada mereka, dalam hati dan hidupnya. Bukan hanya seperti slogan untuk timnas Indonesia. Cinta yang tetap menggebu-gebu kepada Yesus secara khusus diperlihatkan oleh Yohanes Rasul yang dinamakan murid yang dikasihi. Ketika dia melihat menyataan dalam kubur, dia langsung percaya bahwa Yesus telah bangkit. Dia percaya meskipun tidak melihat secara langsung Yesus yang bangkit, dia hanya melihat tanda-tanda. Cintanya yang besar kepada Yesus dan kesadaran bahwa Yesus membuat dia mampun menangkap kehadiran Yesus yang bangkit dan dia bersaksi atas kebangkitan Yesus bagi kita. Bahkan dia mampu melihat kebangkitan Yesus di makam, tempat yang melambangkan kematian, tiadanya pengharapan dan tempat yang mengerikan banyak orang.
Kitapun seperti Yohanes rasul adalah orang-orang yang dikasihi Yesus. Kasih Allah kepada kita, itupulalah yang kita rayakan pada hari Raya Natal yang bari kita rayakan. Kesadaran diri akan kasih Allah kepada kita tentunya juga membuat kita juga mengasihi Yesus. Kalau kita ditanya apakah kita mengasihi Yesus? Tentu kita semua akan menjawab ‘ya’. Sebagai orang yang mengasihi Allah, tentu kasih itu kita nyatakan dalam kesetiaan kepada Tuhan. Yohanes Rasul melihat ke dalam makam dan percaya akan Yesus yang bangkit, hidup mulia dalam dunia, makam dan kematian tidak membatasi kasih Tuhan kepada manusia. Pada perayaan Natal kita juga sudah menyaksikan kasih Allah dalam kelahiran Yesus Sang Mesias. Cinta kita dan apa yang telah kita lihat dalam perayaan Natal, hendaknya membuat kita semakin percaya kepada Yesus dan juga membuat kita berani bersaksi. Demikianlah juga kiranya yang kita dengarkan dalam bacaan pertama hari ini, “Apa yang telah kami lihat dan yang telah kami dengar itu, kami beritakan kepada kamu juga, supaya kamu pun beroleh persekutuan dengan kami. Dan persekutuan kami adalah persekutuan dengan Bapa dan dengan Anak-Nya, Yesus Kristus. Dan semuanya ini kami tuliskan kepada kamu, supaya sukacita kami menjadi sempurna.(1Yoh 1:3-4). Sebagai orang yang dikasihi Yesus, kita tidak cukup hanya bergembira dan menikmati kasih Yesus seorang diri, tetapi kita harus bersaksi kepada sesama akan kasih Yesus. Kesaksian itu kita nyatakan dengan berbagi kasih kepada sesama, khususnya bagi sesama yang merasa hidupnya terasa seakan berada di ‘makam’, di mana tidak ada lagi harapan, rasa putus asa, kegelepan. Cinta kasih kita kepada Tuhan, hendaknya membuat kita mampun menangkap kehadiran Tuhan dalam hidup yang kelam sekalipun dan kita juga bersaksi serta membantu sesama agar mereka juga dapat menangkap kehadiran Tuhan dalam kehidupan mereka, bahkan dalam kehidupan yang kelam sekalipun. Dengan demikian, kasih Allah yang telah kita lihat, kita rasakan hendaknya membuat kita mengasihi Allah dan membuat kita berani bersaksi akan kasih Allah kepada dunia.
REFLEKSI PRIBADI:
1. Lakukanlah dan warnailah hidupmu dengan perbuatan kasih dan dilandasi oleh kasih Allah.
2. Bagikanlah kasih itu kepada sesama dengan berbuat baik kepada sesama.
0 comments:
Post a Comment
Syalom. Terimakasih atas kunjungan dan komentarnya.Semoga Tuhan memberkati para Saudara.