Renungan Hari kelima dalam Oktaf Natal, 29 Desember 2010
1Yoh 2:3-11, Mzm 96:1-2a,2b-3,5b-6, Luk 2:22-35
(St.Thomas Becket)
1Yoh 2:3-11, Mzm 96:1-2a,2b-3,5b-6, Luk 2:22-35
(St.Thomas Becket)
"Janganlah kita menunggu atau menunda waktu untuk berbuat kasih kepada sesama."
BACAAN INJIL:
Dan ketika genap waktu pentahiran, menurut hukum Taurat Musa, mereka membawa Dia ke Yerusalem untuk menyerahkan-Nya kepada Tuhan, seperti ada tertulis dalam hukum Tuhan: "Semua anak laki-laki sulung harus dikuduskan bagi Allah", dan untuk mempersembahkan korban menurut apa yang difirmankan dalam hukum Tuhan, yaitu sepasang burung tekukur atau dua ekor anak burung merpati. Adalah di Yerusalem seorang bernama Simeon. Ia seorang yang benar dan saleh yang menantikan penghiburan bagi Israel. Roh Kudus ada di atasnya, dan kepadanya telah dinyatakan oleh Roh Kudus, bahwa ia tidak akan mati sebelum ia melihat Mesias, yaitu Dia yang diurapi Tuhan. Ia datang ke Bait Allah oleh Roh Kudus. Ketika Yesus, Anak itu, dibawa masuk oleh orang tua-Nya untuk melakukan kepada-Nya apa yang ditentukan hukum Taurat, ia menyambut Anak itu dan menatang-Nya sambil memuji Allah, katanya: "Sekarang, Tuhan, biarkanlah hamba-Mu ini pergi dalam damai sejahtera, sesuai dengan firman-Mu, sebab mataku telah melihat keselamatan yang dari pada-Mu, yang telah Engkau sediakan di hadapan segala bangsa, yaitu terang yang menjadi penyataan bagi bangsa-bangsa lain dan menjadi kemuliaan bagi umat-Mu, Israel." Dan bapa serta ibu-Nya amat heran akan segala apa yang dikatakan tentang Dia. Lalu Simeon memberkati mereka dan berkata kepada Maria, ibu Anak itu: "Sesungguhnya Anak ini ditentukan untuk menjatuhkan atau membangkitkan banyak orang di Israel dan untuk menjadi suatu tanda yang menimbulkan perbantahan dan suatu pedang akan menembus jiwamu sendiri?,supaya menjadi nyata pikiran hati banyak orang."
Demikianlah Injil Tuhan bagi kita hari ini.
RENUNGAN:
“Melihat Tuhan, itulah kesempurnaan hidup dan kebahagiaan kekal.” Inilah iman yang dihanyati oleh nabi Simeon ketika dia melihat dan menatang Yesus yang dipersembahkan kepada Allah menurut hokum Taurat. Dia selama hidupnya merindukan kehadiran Sang Mesias, dan sesudah melihat Yesus Sang Mesias, kerinduan hatinya sudah terpenuhi dan itulah baginya kebahagiaan tertingggi, tujuan hidupnya sehingga dia berkata, “Sekarang, Tuhan, biarkanlah hamba-Mu ini pergi dalam damai sejahtera, sesuai dengan firman-Mu, sebab mataku telah melihat keselamatan yang dari pada-Mu, yang telah Engkau sediakan di hadapan segala bangsa, yaitu terang yang menjadi penyataan bagi bangsa-bangsa lain dan menjadi kemuliaan bagi umat-Mu, Israel." Tiada kegembiraan lain baginya selain melihat Sang Mesias. Sungguh iman yang sangat mendalam akan Yesus yang adalah Mesias.
Apakah kita sudah melihat Yesus Sang Mesias? Dalam perayaan Natal kemarin, kita melihat dan bertemu dengan Yesus Mesias yang membawa keselamatan kepada kita. Melihat dan mengenal Tuhan, tentu tidak hanya dalam artian melihat dengan mata kepala sendiri atau bertatap muka langsung dengan Tuhan. Melihat dan mengenal Tuhan juga dalam arti percaya kepada Tuhan. Kita semua tentu sudah percaya pada Yesus adalah Mesias dan ini kita rayakan pada hari raya natal kemarin. Nah persoalannya, apakah kita juga seperti Simeon yang meyakini bahwa ‘melihat’ Yesus itulah kebahagiaan tertinggi? Bagi Simeon, tidak ada yang dia harapkan dalam hidup selain melihat Yesus dan dia bertahan hidup hanya untuk melihat Yesus dan setelah melihat Yesus, dia merasa hidupnya sudah sempurna. Apakah kita juga sudah mengalami demikian setelah percaya kepada Yesus?
Surat Pertama Yohanes bab 2 sebagaimana kita dengarkan dalam bacaan I sungguh begitu indah menjelaskan bagaimana hidup orang yang mengaku telah mengenal dan percaya kepada Yesus. Dia mengatakan bahwa orang yang mengenal atau percaya kepada Tuhan, berarti tidak ada lain selain dia juga mengikuti perintah-perintah Tuhan. Orang yang mengaku dirinya sudah mengenal dan percaya kepada Tuhan, tetapi tidak menuruti perintah Tuhan, dia itu seorang pendusta, kebohongan yang ada dalam dirinya, tidak ada kebenaran dalam dirinya. Orang yang menuruti perintah Tuhan, itulah tandanya dia bersama dalam Tuhan dan Tuhan dalam dirinya, ia wajib hidup sama seperti Kristus telah hidup. Sebagaimana Yesus Kristus mengasihi manusi, demikianpun kiranya kita mengasihi sesama kita sebagai saudara. Oleh Yohanes ditegaskan bahwa dengan mengasihi saudara, itulah juga tandanya kita melaksanakan perintah Tuhan dan hidup seperti Dia. Saudara yang dimaksudkan tentu bukan hanya orang-orang tertentu, atau orang yang dekat dengan kita saja. Dalam perumpamaan Yesus tentang orang Samaria yang baik hati (Luk 10:25-37), Yesus memberitahukan kepada kita siapa saja yang menjadi saudara kita. Dalam perumpamaan itu jelas dinyatakan saudara kita adalah terutama orang yang menderita, yang membutuhkan pertolongan, bantuan dari kita. Di sekitar kita banyak orang yang menderita, orang kecil yang merindukan sapaan kasih, mendambakan dan merindukan pertolongan kita. Baiklah kiranya kita yang sudah melihat Yesus, berbuat kasih kepada mereka. Kita seringkali menemukan dan melihat orang yang menderita, tetapi justru seringkali tidak berbuat apa-apa. Mungkin karena sudah terlalu sering melihatnya, sehingga melihat hal itu biasa saja. Padahal seharusnya, kita bisa berbuat sesuatu yang baik kepada mereka. Memang kita tidak bisa membantu atau berbuat baik kepada semua orang yang menderita, tetapi paling tidak kita mengasihi dan berbuat baik kepada orang yang menderita yang ada di sekitar kita. Ada orang yang tidak berbuat kasih kepada sesama karena merasa tidak mempunyai apa-apa untuk diberikan dan merasa bahwa dirinya masih berkekurangan serta berpikir akan berbuat kasih kepada orang lain setelah hidupnya berkelimpahan. Ini prinsip yang keliru, hanya sebagai alasan untuk menghindarkan diri dari kewajiban untuk berbuatk kasih kepada sesama. Kalau kita berpikir memberi atau berbuat kasih kepada sesama setelah kita mempunyai lebih, itu bukan berbuat kasih, tetapi memberi dari kelebihan kita, kita dalam hal ini hanya memberi dari apa yang tidak kita perlukan. Begitu banyak orang yang bangga dan merasa dirinya sudah berbuat kasih kepada orang kecil dengan menyumbangkan bakaian atau barang-barang bekas yang tidak dipakainya lagi. Padahal apa yang diberi karena tidak lagi dibutuhkannya dan setelah itu membeli yang labih mahal lagi. Adapula yang sudah bangga karena memberi sumbangan, padahal uang yang dihabiskannya setiap hari jauh lebih besar dari yang diberikannya. Adapula yang memberi jauh lebih sedikit dari uang yang dikeluarkannya setiap hari untuk makanan binatang piaraannya. Memberi dari kelebihan, itu bukanlah perbuatan kasih. Memberi dari kekurangan, itulah perbuatan kasih yang sesungguhnya.
Oleh karena itu, kita yang sudah ‘melihat’ Sang Mesias, hidup dalam Dia dengan menuruti perintah-perintah-Nya. Kita melaksanakan perintah Tuhan dengan berbuat kasih kepada sesama. Janganlah kita menunggu atau menunda waktu untuk berbuat kasih kepada sesama. Amin.
REFLEKSI PRIBADI:
1. Apakah Anda sungguh sudah ‘melihat’ Yesus sehingga merasa itulah tujuan utama hidup dan kebahagiaan tertinggi?
2. Hiduplah dalam kasih Tuhan, karena itulah tandanya kita sudah bersama Tuhan dan Tuhan bersama kita.
Dan ketika genap waktu pentahiran, menurut hukum Taurat Musa, mereka membawa Dia ke Yerusalem untuk menyerahkan-Nya kepada Tuhan, seperti ada tertulis dalam hukum Tuhan: "Semua anak laki-laki sulung harus dikuduskan bagi Allah", dan untuk mempersembahkan korban menurut apa yang difirmankan dalam hukum Tuhan, yaitu sepasang burung tekukur atau dua ekor anak burung merpati. Adalah di Yerusalem seorang bernama Simeon. Ia seorang yang benar dan saleh yang menantikan penghiburan bagi Israel. Roh Kudus ada di atasnya, dan kepadanya telah dinyatakan oleh Roh Kudus, bahwa ia tidak akan mati sebelum ia melihat Mesias, yaitu Dia yang diurapi Tuhan. Ia datang ke Bait Allah oleh Roh Kudus. Ketika Yesus, Anak itu, dibawa masuk oleh orang tua-Nya untuk melakukan kepada-Nya apa yang ditentukan hukum Taurat, ia menyambut Anak itu dan menatang-Nya sambil memuji Allah, katanya: "Sekarang, Tuhan, biarkanlah hamba-Mu ini pergi dalam damai sejahtera, sesuai dengan firman-Mu, sebab mataku telah melihat keselamatan yang dari pada-Mu, yang telah Engkau sediakan di hadapan segala bangsa, yaitu terang yang menjadi penyataan bagi bangsa-bangsa lain dan menjadi kemuliaan bagi umat-Mu, Israel." Dan bapa serta ibu-Nya amat heran akan segala apa yang dikatakan tentang Dia. Lalu Simeon memberkati mereka dan berkata kepada Maria, ibu Anak itu: "Sesungguhnya Anak ini ditentukan untuk menjatuhkan atau membangkitkan banyak orang di Israel dan untuk menjadi suatu tanda yang menimbulkan perbantahan dan suatu pedang akan menembus jiwamu sendiri?,supaya menjadi nyata pikiran hati banyak orang."
Demikianlah Injil Tuhan bagi kita hari ini.
RENUNGAN:
“Melihat Tuhan, itulah kesempurnaan hidup dan kebahagiaan kekal.” Inilah iman yang dihanyati oleh nabi Simeon ketika dia melihat dan menatang Yesus yang dipersembahkan kepada Allah menurut hokum Taurat. Dia selama hidupnya merindukan kehadiran Sang Mesias, dan sesudah melihat Yesus Sang Mesias, kerinduan hatinya sudah terpenuhi dan itulah baginya kebahagiaan tertingggi, tujuan hidupnya sehingga dia berkata, “Sekarang, Tuhan, biarkanlah hamba-Mu ini pergi dalam damai sejahtera, sesuai dengan firman-Mu, sebab mataku telah melihat keselamatan yang dari pada-Mu, yang telah Engkau sediakan di hadapan segala bangsa, yaitu terang yang menjadi penyataan bagi bangsa-bangsa lain dan menjadi kemuliaan bagi umat-Mu, Israel." Tiada kegembiraan lain baginya selain melihat Sang Mesias. Sungguh iman yang sangat mendalam akan Yesus yang adalah Mesias.
Apakah kita sudah melihat Yesus Sang Mesias? Dalam perayaan Natal kemarin, kita melihat dan bertemu dengan Yesus Mesias yang membawa keselamatan kepada kita. Melihat dan mengenal Tuhan, tentu tidak hanya dalam artian melihat dengan mata kepala sendiri atau bertatap muka langsung dengan Tuhan. Melihat dan mengenal Tuhan juga dalam arti percaya kepada Tuhan. Kita semua tentu sudah percaya pada Yesus adalah Mesias dan ini kita rayakan pada hari raya natal kemarin. Nah persoalannya, apakah kita juga seperti Simeon yang meyakini bahwa ‘melihat’ Yesus itulah kebahagiaan tertinggi? Bagi Simeon, tidak ada yang dia harapkan dalam hidup selain melihat Yesus dan dia bertahan hidup hanya untuk melihat Yesus dan setelah melihat Yesus, dia merasa hidupnya sudah sempurna. Apakah kita juga sudah mengalami demikian setelah percaya kepada Yesus?
Surat Pertama Yohanes bab 2 sebagaimana kita dengarkan dalam bacaan I sungguh begitu indah menjelaskan bagaimana hidup orang yang mengaku telah mengenal dan percaya kepada Yesus. Dia mengatakan bahwa orang yang mengenal atau percaya kepada Tuhan, berarti tidak ada lain selain dia juga mengikuti perintah-perintah Tuhan. Orang yang mengaku dirinya sudah mengenal dan percaya kepada Tuhan, tetapi tidak menuruti perintah Tuhan, dia itu seorang pendusta, kebohongan yang ada dalam dirinya, tidak ada kebenaran dalam dirinya. Orang yang menuruti perintah Tuhan, itulah tandanya dia bersama dalam Tuhan dan Tuhan dalam dirinya, ia wajib hidup sama seperti Kristus telah hidup. Sebagaimana Yesus Kristus mengasihi manusi, demikianpun kiranya kita mengasihi sesama kita sebagai saudara. Oleh Yohanes ditegaskan bahwa dengan mengasihi saudara, itulah juga tandanya kita melaksanakan perintah Tuhan dan hidup seperti Dia. Saudara yang dimaksudkan tentu bukan hanya orang-orang tertentu, atau orang yang dekat dengan kita saja. Dalam perumpamaan Yesus tentang orang Samaria yang baik hati (Luk 10:25-37), Yesus memberitahukan kepada kita siapa saja yang menjadi saudara kita. Dalam perumpamaan itu jelas dinyatakan saudara kita adalah terutama orang yang menderita, yang membutuhkan pertolongan, bantuan dari kita. Di sekitar kita banyak orang yang menderita, orang kecil yang merindukan sapaan kasih, mendambakan dan merindukan pertolongan kita. Baiklah kiranya kita yang sudah melihat Yesus, berbuat kasih kepada mereka. Kita seringkali menemukan dan melihat orang yang menderita, tetapi justru seringkali tidak berbuat apa-apa. Mungkin karena sudah terlalu sering melihatnya, sehingga melihat hal itu biasa saja. Padahal seharusnya, kita bisa berbuat sesuatu yang baik kepada mereka. Memang kita tidak bisa membantu atau berbuat baik kepada semua orang yang menderita, tetapi paling tidak kita mengasihi dan berbuat baik kepada orang yang menderita yang ada di sekitar kita. Ada orang yang tidak berbuat kasih kepada sesama karena merasa tidak mempunyai apa-apa untuk diberikan dan merasa bahwa dirinya masih berkekurangan serta berpikir akan berbuat kasih kepada orang lain setelah hidupnya berkelimpahan. Ini prinsip yang keliru, hanya sebagai alasan untuk menghindarkan diri dari kewajiban untuk berbuatk kasih kepada sesama. Kalau kita berpikir memberi atau berbuat kasih kepada sesama setelah kita mempunyai lebih, itu bukan berbuat kasih, tetapi memberi dari kelebihan kita, kita dalam hal ini hanya memberi dari apa yang tidak kita perlukan. Begitu banyak orang yang bangga dan merasa dirinya sudah berbuat kasih kepada orang kecil dengan menyumbangkan bakaian atau barang-barang bekas yang tidak dipakainya lagi. Padahal apa yang diberi karena tidak lagi dibutuhkannya dan setelah itu membeli yang labih mahal lagi. Adapula yang sudah bangga karena memberi sumbangan, padahal uang yang dihabiskannya setiap hari jauh lebih besar dari yang diberikannya. Adapula yang memberi jauh lebih sedikit dari uang yang dikeluarkannya setiap hari untuk makanan binatang piaraannya. Memberi dari kelebihan, itu bukanlah perbuatan kasih. Memberi dari kekurangan, itulah perbuatan kasih yang sesungguhnya.
Oleh karena itu, kita yang sudah ‘melihat’ Sang Mesias, hidup dalam Dia dengan menuruti perintah-perintah-Nya. Kita melaksanakan perintah Tuhan dengan berbuat kasih kepada sesama. Janganlah kita menunggu atau menunda waktu untuk berbuat kasih kepada sesama. Amin.
REFLEKSI PRIBADI:
1. Apakah Anda sungguh sudah ‘melihat’ Yesus sehingga merasa itulah tujuan utama hidup dan kebahagiaan tertinggi?
2. Hiduplah dalam kasih Tuhan, karena itulah tandanya kita sudah bersama Tuhan dan Tuhan bersama kita.
0 comments:
Post a Comment
Syalom. Terimakasih atas kunjungan dan komentarnya.Semoga Tuhan memberkati para Saudara.