Renungan : Hari Minggu Adven IV Thn. A, 19 Desember 2010
Yes 7:10-14, Mzm 24:1-2,3-4ab,5,6, Rm 1:1-7, Mat 1:18-24
Yes 7:10-14, Mzm 24:1-2,3-4ab,5,6, Rm 1:1-7, Mat 1:18-24
"...dan mereka akan menamakan Dia Imanuel" yang berarti: Allah menyertai kita."
BACAAN INJIL:
Kelahiran Yesus Kristus adalah seperti berikut: Pada waktu Maria, ibu-Nya, bertunangan dengan Yusuf, ternyata ia mengandung dari Roh Kudus, sebelum mereka hidup sebagai suami isteri. Karena Yusuf suaminya, seorang yang tulus hati dan tidak mau mencemarkan nama isterinya di muka umum, ia bermaksud menceraikannya dengan diam-diam. Tetapi ketika ia mempertimbangkan maksud itu, malaikat Tuhan nampak kepadanya dalam mimpi dan berkata: "Yusuf, anak Daud, janganlah engkau takut mengambil Maria sebagai isterimu, sebab anak yang di dalam kandungannya adalah dari Roh Kudus. Ia akan melahirkan anak laki-laki dan engkau akan menamakan Dia Yesus, karena Dialah yang akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka." Hal itu terjadi supaya genaplah yang difirmankan Tuhan oleh nabi: "Sesungguhnya, anak dara itu akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki, dan mereka akan menamakan Dia Imanuel" yang berarti: Allah menyertai kita. Sesudah bangun dari tidurnya, Yusuf berbuat seperti yang diperintahkan malaikat Tuhan itu kepadanya. Ia mengambil Maria sebagai isterinya.
Demikianlah Injil Tuhan bagi kita hari ini.
RENUNGAN:
Injil yang diwartakan kepada kita pada hari Minggu Adven ke 4 ini, sama dengan Injil yang kita dengarkan kemarin. Gereja tentunya tidak secara kebetulan mewartakan kembali Injil yang kita dengar kemarin, tentu Gereja punya maksud tertentu dengan mewartakan Injil ini kepada kita. Suatu pengulangan dilakukan dengan maksud penekanan pentingnya pesan yang hendak disampaikan. Demikianlah kiranya yang mau disampaikan Injil hari ini kepada kita. Namun dalam renungan hari ini, kita tidak mengulang renungan yang sama, yang sudah kita renungkan kemarin. Oleh karena itu, kita bisa melihatnya dalam renungan kemarin.
Bacaan Injil hari Minggu Adven IV ini mengingatkan kita bahwa hari ini adalah hari Minggu adven yang terakhir, dan sebentar lagi kita akan merayakan kelahiran Penyelamat yang kita nanti-nantikan. Gereja mengingatkan kita bahwa Natal sudah semakin mendekat, dan bagaimana kesiapan iman kita menyambutnya.
Lewat bacaan ini kepada kita diingatkan kembali, bahwa yang kita nanti-nantikan selama masa Adven ini adalah kelahiran Sang Mesias penyelamat, Dia adalah Imanuel yang artinya Tuhan beserta kita. Kehadiran Sang Imanuel adalah pemenuhan janji Allah kepada manusia, bahwa Tuhan akan senantiasa menyertai hidup manusia. Apa yang kita dengarkan dalam bacaan I, nubuat nabi Yesaya kepada raja Ahas, terpenuhi dalam diri Yesus Sang Imanuel yang akan lahir. Yesaya meramalkan kehadiran Imanuel kepada raja Ahas yang gelisah akan hidupnya, akan kerajaannya dan lebih mempercayakan hidupnya kepada kekuatan militer dibanding dengan percaya kepada Allah. Ahas tidak percaya bahwa Allah menyertainya. Dalam ketidak percayaannya itu, nabi Yesaya menegur dia dan meramalkan kehadiran Sang Imanuel. Apa yang diramalkan Yesaya, terpenuhi dalam diri Yesus Imanuel yang akan kita rayakan kelahiran-Nya. Sehingga kelahiran Yesus adalah pemenuhan janji Allah kepada manusia, bahwa Dia senantiasa menyertai kita, tidak pernah meninggalkan kita. Bahkan penyertaan-Nya kepada kita dalam kelahiran Yesus dalam keluarga kudus Nasaret sungguh-sungguh nyata, Tuhan tidak sekedar hadir, tetapi mamasuki hidup manusia, mamasuki kehidupan nyata kita, hadir dalam satu keluarga sebagaimana kita dilahirkan dalam satu keluarga. Allah sungguh setia memenuhi janji-Nya.
Berbeda halnya dengan janji-janji yang seringkali kita dengarkan, terutama dari para pemimpin yang seringkali berjanji tetapi tidak pernah memenuhi janjinya. Jangankan memenuhi janjinya, mengingatpun tidak. Bahkan mungkin kitapun sering memberi janji-janji manis kepada orang lain, tetapi semuanya hanya janji palsu saja.
Kelahiran Sang Imanuel sudah semakin dekat. Maka baiklah kiranya kita mempersiapkan dan menyambutnya dengan penuh Suka cita. Kita mempersiapkan diri dengan suka cita, karena kita tahu bahwa Allah tidak pernah ingkar janji, selalu setia menyertai dan tinggal bersama kita. Dengan demikian, dalam kegelisahan hidup, dalam persoalan-persoalan dan beratnya hidup yang kita alami dan harus jalani, kita mempunyai suatu pengharapan besar yakni Tuhan ada bersama kita. Dalam masa adven ini, iman akan Tuhan yang menyertai kita hendaknya juga kita perbaharui. Paulus dalam bacaan II, menyerukan agar percaya kepada Yesus Tuhan penyelamat, demikianpun kiranya seruan itu ditujukan dan kita dengarkan dengan sungguh-sungguh yakni dengan percaya bahwa Yesus adalah Imanuel.
Namun kegembiraan menyambut kelahiran Sang Imanuel juga tidak membuat kita lupa untuk mempersiapkan diri dengan sungguh-sungguh. Banyak orang yang hanya melihat sisi kegembiraan ini, tetapi lupa mempersiapkan diri dengan sungguh-sungguh agar layak menerima kehadian Yesus. Dalam hal ini Paulus mengajak kita untuk mengupayakan hidup suci. Hidup suci yang dimaksudkan oleh Paulus juga berarti mengupayakan ketulusan dan kejujuran seperti yang diteladankan oleh Yusuf dan juga kesediaan untuk mendengarkan dan melaksanakan perintah Tuhan. Sehubungan dengan hal ini, sudah kira renungkan dalam renungan kemarin.
Iman Maria dan Yusuf juga sangat berperan dalam kehadiran Sang Imanuel. Tuhanpun mengharapkan peran kita untuk menghadirkan Imanuel. Sehingga lewat hidup kita yang penuh harapan akan kehadiran Tuhan dan juga dengan memelihara kekudusan hidup, pada akhirnya orang akan menyerukan “Imanuel, Tuhan beserta kita.” Iman dan keberadaan kita hendaknya membuat orang mampu menyadari dan mengimani bahwa Tuhan sungguh hadir dalam hidup kita. Kitalah yang menjadi saksi-saksi kehadiran Tuhan. Amin.
REFLEKSI PRIBADI:
1. Mari kita renungkan, persiapan apa saja yang telah kita lakukan dalam mempersiapkan kelahiran Sang Imanuel?
2. Apa yang bisa Anda usahakan dan lakukan agar orang dapan menyerukan “Amanuel”?
Demikianlah Injil Tuhan bagi kita hari ini.
RENUNGAN:
Injil yang diwartakan kepada kita pada hari Minggu Adven ke 4 ini, sama dengan Injil yang kita dengarkan kemarin. Gereja tentunya tidak secara kebetulan mewartakan kembali Injil yang kita dengar kemarin, tentu Gereja punya maksud tertentu dengan mewartakan Injil ini kepada kita. Suatu pengulangan dilakukan dengan maksud penekanan pentingnya pesan yang hendak disampaikan. Demikianlah kiranya yang mau disampaikan Injil hari ini kepada kita. Namun dalam renungan hari ini, kita tidak mengulang renungan yang sama, yang sudah kita renungkan kemarin. Oleh karena itu, kita bisa melihatnya dalam renungan kemarin.
Bacaan Injil hari Minggu Adven IV ini mengingatkan kita bahwa hari ini adalah hari Minggu adven yang terakhir, dan sebentar lagi kita akan merayakan kelahiran Penyelamat yang kita nanti-nantikan. Gereja mengingatkan kita bahwa Natal sudah semakin mendekat, dan bagaimana kesiapan iman kita menyambutnya.
Lewat bacaan ini kepada kita diingatkan kembali, bahwa yang kita nanti-nantikan selama masa Adven ini adalah kelahiran Sang Mesias penyelamat, Dia adalah Imanuel yang artinya Tuhan beserta kita. Kehadiran Sang Imanuel adalah pemenuhan janji Allah kepada manusia, bahwa Tuhan akan senantiasa menyertai hidup manusia. Apa yang kita dengarkan dalam bacaan I, nubuat nabi Yesaya kepada raja Ahas, terpenuhi dalam diri Yesus Sang Imanuel yang akan lahir. Yesaya meramalkan kehadiran Imanuel kepada raja Ahas yang gelisah akan hidupnya, akan kerajaannya dan lebih mempercayakan hidupnya kepada kekuatan militer dibanding dengan percaya kepada Allah. Ahas tidak percaya bahwa Allah menyertainya. Dalam ketidak percayaannya itu, nabi Yesaya menegur dia dan meramalkan kehadiran Sang Imanuel. Apa yang diramalkan Yesaya, terpenuhi dalam diri Yesus Imanuel yang akan kita rayakan kelahiran-Nya. Sehingga kelahiran Yesus adalah pemenuhan janji Allah kepada manusia, bahwa Dia senantiasa menyertai kita, tidak pernah meninggalkan kita. Bahkan penyertaan-Nya kepada kita dalam kelahiran Yesus dalam keluarga kudus Nasaret sungguh-sungguh nyata, Tuhan tidak sekedar hadir, tetapi mamasuki hidup manusia, mamasuki kehidupan nyata kita, hadir dalam satu keluarga sebagaimana kita dilahirkan dalam satu keluarga. Allah sungguh setia memenuhi janji-Nya.
Berbeda halnya dengan janji-janji yang seringkali kita dengarkan, terutama dari para pemimpin yang seringkali berjanji tetapi tidak pernah memenuhi janjinya. Jangankan memenuhi janjinya, mengingatpun tidak. Bahkan mungkin kitapun sering memberi janji-janji manis kepada orang lain, tetapi semuanya hanya janji palsu saja.
Kelahiran Sang Imanuel sudah semakin dekat. Maka baiklah kiranya kita mempersiapkan dan menyambutnya dengan penuh Suka cita. Kita mempersiapkan diri dengan suka cita, karena kita tahu bahwa Allah tidak pernah ingkar janji, selalu setia menyertai dan tinggal bersama kita. Dengan demikian, dalam kegelisahan hidup, dalam persoalan-persoalan dan beratnya hidup yang kita alami dan harus jalani, kita mempunyai suatu pengharapan besar yakni Tuhan ada bersama kita. Dalam masa adven ini, iman akan Tuhan yang menyertai kita hendaknya juga kita perbaharui. Paulus dalam bacaan II, menyerukan agar percaya kepada Yesus Tuhan penyelamat, demikianpun kiranya seruan itu ditujukan dan kita dengarkan dengan sungguh-sungguh yakni dengan percaya bahwa Yesus adalah Imanuel.
Namun kegembiraan menyambut kelahiran Sang Imanuel juga tidak membuat kita lupa untuk mempersiapkan diri dengan sungguh-sungguh. Banyak orang yang hanya melihat sisi kegembiraan ini, tetapi lupa mempersiapkan diri dengan sungguh-sungguh agar layak menerima kehadian Yesus. Dalam hal ini Paulus mengajak kita untuk mengupayakan hidup suci. Hidup suci yang dimaksudkan oleh Paulus juga berarti mengupayakan ketulusan dan kejujuran seperti yang diteladankan oleh Yusuf dan juga kesediaan untuk mendengarkan dan melaksanakan perintah Tuhan. Sehubungan dengan hal ini, sudah kira renungkan dalam renungan kemarin.
Iman Maria dan Yusuf juga sangat berperan dalam kehadiran Sang Imanuel. Tuhanpun mengharapkan peran kita untuk menghadirkan Imanuel. Sehingga lewat hidup kita yang penuh harapan akan kehadiran Tuhan dan juga dengan memelihara kekudusan hidup, pada akhirnya orang akan menyerukan “Imanuel, Tuhan beserta kita.” Iman dan keberadaan kita hendaknya membuat orang mampu menyadari dan mengimani bahwa Tuhan sungguh hadir dalam hidup kita. Kitalah yang menjadi saksi-saksi kehadiran Tuhan. Amin.
REFLEKSI PRIBADI:
1. Mari kita renungkan, persiapan apa saja yang telah kita lakukan dalam mempersiapkan kelahiran Sang Imanuel?
2. Apa yang bisa Anda usahakan dan lakukan agar orang dapan menyerukan “Amanuel”?
0 comments:
Post a Comment
Syalom. Terimakasih atas kunjungan dan komentarnya.Semoga Tuhan memberkati para Saudara.