Renungan : Selasa 14 Desember 2010
Zef 3:1-2,9-13, Mzm 34:2-3,6-7,17-18,19,23, Mat 21:28-32
(Yohanes dr. Salib)
Zef 3:1-2,9-13, Mzm 34:2-3,6-7,17-18,19,23, Mat 21:28-32
(Yohanes dr. Salib)
"Tuhan lebih menghargai kita, bila kita dengan jujur mengakui kedosaan kita dan bertobat."
BACAAN INJIL:
"Tetapi apakah pendapatmu tentang ini: Seorang mempunyai dua anak laki-laki. Ia pergi kepada anak yang sulung dan berkata: Anakku, pergi dan bekerjalah hari ini dalam kebun anggur. Jawab anak itu: Baik, bapa. Tetapi ia tidak pergi. Lalu orang itu pergi kepada anak yang kedua dan berkata demikian juga. Dan anak itu menjawab: Aku tidak mau. Tetapi kemudian ia menyesal lalu pergi juga. Siapakah di antara kedua orang itu yang melakukan kehendak ayahnya?" Jawab mereka: "Yang terakhir." Kata Yesus kepada mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya pemungut-pemungut cukai dan perempuan-perempuan sundal akan mendahului kamu masuk ke dalam Kerajaan Allah. Sebab Yohanes datang untuk menunjukkan jalan kebenaran kepadamu, dan kamu tidak percaya kepadanya. Tetapi pemungut-pemungut cukai dan perempuan-perempuan sundal percaya kepadanya. Dan meskipun kamu melihatnya, tetapi kemudian kamu tidak menyesal dan kamu tidak juga percaya kepadanya."
Demikianlah Injil Tuhan bagi kita hari ini.
PERMENUNGAN:
Berita hangat yang kita dengar atau tonton di TV adalah tuduhan penyuapan atas diri Bupati Simalungun dan juga atas mantan pengacaranya. Mereka digugat dan diajukan perkaranya ke KPK. Benar atau tidaknya hal ini, kita tidak tahu dan bukan itu yang hendak kita renungkan pada hari ini. Yang jelas bagi kita bahwa berita penyuapan, sogok menyogok, korupsi dan yang sejenisnya, masih sangat kerap mengihiasi berita-berita dalam kehidupan Negara kita ini. Sakin sering dan banyaknya, telinga kita dan hati kita menjadi sakit. Belum lagi mendengar dan menyaksikan perilaku atau sepak terjang dari para terhormat yang ketika kampanye menebar janji-janji yang baik, namun pada kenyataannya semua hanya hiasan bibir belaka, hanya kebohongan yang kita dapatkan. Para pembuat peraturan berusaha membuat peraturan baru dengan alasan untuk mengatasi ‘kedosaan’ masyarakat, seakan mereka ada di luar ‘kedosaan’ itu atau seakan orang yang bermoral baik. Padahal kenyataannya justru sebaliknya. Nampaknya kebohongan, kemunafikan, kecurangan dan ketidakjujuran sudah menjadi bagian hidup seharian kita. Kejujuran pada masa ini merupakan suatu perilaku yang langka. Bahkan sering kita dengar ungkapan yang mengatakan bahwa orang jujur akan disingkirkan dan tidak akan kebagian ‘kue’ dalam kehidupan sekarang. Orang dengan mudah mengatakan ‘ya’ tetapi melakukan yang sebaliknya. Saat ini juga, tidak sedikit orang yang hidup dalam kepura-puraan, seakan orang baik, padahal justru penuh dengan kejahatan.
Dalam Injil hari ini, kita dengarkan sikap 2 orang anak dalam menanggapi ‘perintah’ ayahnya. Si sulung menjawab ‘ya’ atas perintah ayahnya tetapi tidak melakukannya. Tentu ketika ayah itu mendengar jawaban anaknya yang sulung, pastilah dia senang karena seakan anaknya patuh. Tetapi ternyata anak sulung itu tidak melaksanakannya. Sedangkan anak yang bungsu menjawab ‘tidak’. Namun setelah itu dia sadar akan kesalahannya yang pasti membuat ayahnya sedih mendengarkan jawabannya, sehingga dia menyesal dan melakukan apa yang dikehendaki ayahnya. Ayah itu pasti sedih atas jawaban anaknya, menganggap anaknya pembangkang. Namun pasti juga bersukacita karena anaknya menyesal dan justru melakukan yang dikehendakinya. Sikap anak bungsu itulah yang lebih dihargai ayah itu, menjawab ‘tidak’ tapi akhirnya menyesal dan melakukannya.
Kitapun mungkin seringkali seperti sikap anak Sulung yang mengatakan ‘ya’ pada Yesus, tetapi tidak melakukan kehendak-Nya. Kita seringkali dengan enteng dan gampang mengatakan bahwa kita percaya kepada-Nya dan ingin menjadi murid-murid yang setia, tetapi justru tidak melakukan apa yang dikehendakinya. Banyak orang Kristen yang tidak hidup sesuai dengan imannya. Kalaupun kita mengatakan ‘ya’ kepada Yesus, mari kita laksanakan. Atau kalaupun selama ini dalam hidup kita jawab ‘ya’ tetapi tidak melaksanakannya, mari kita seperti anak bungsu itu, menyesali kesalahan dan kedosaan kita yang tidak melaksanakan kehendak Tuhan, yang tidak hidup sesuai iman kita dengan melaksanakan kehendak Tuhan dan hidup sesuai dengan iman kita. Oleh karena itu, mari kita bertobat dan kembali kepada Yesus. Yesus lebih menghargai sikap kita yang menyadari kesalahan dan kedosaan lalu bertobat, daripada kita merasa hidup baik, tidak berdosa sehingga merasa tidak perlu bertobat. Dalam hal ini Yesus mengatakan bahwa para pemungut cukai dan perempuan sundal yang mau bertobat akan mendahului kita masuk surge, daripada bila kita merasa diri tidak membutuhkan pertobatan.
Dunia dan hidup sekarang ini membutuhkan kesaksian dari kita sebagai pengikut Kristus, yakni hidup jujur sesuai dengan kehendak Tuhan. Hidup dalam pertobatan dengan berusaha hidup jujur sesuai dengan kehendak Tuhan, memang bukan hal yang mudah. Memang secara duniawi kita akan disingkirkan atau tidak kebagian jatah ‘kue’ hidup ini, tetapi ingatlah dengan hidup yang sesuai dengan kehendak Tuhan, kita akan mendapatkan keselamatan kekal. Janganlah kiranya karena hanya untuk mendapatkan ‘hidup’ dunia ini, kita menjadi kehilangan kehidupan kekal. Semoga Roh Kudus membimbing kita untuk berani menyadari kesalahan dan kedosaan kita selama ini, dan membantu kita untuk bertobat dengan berusaha hidup dalam hidup baru. Amin.
REFLEKASI PRIBADI:
1. Berusahalah untuk hidup jujur dan hidup sesuai dengan apa yang Anda imani.
2. Bertobatlah…bertobatlah…bertobatlah!!!
3. Penuhulah janji-janji yang pernah anda janjikan.
Demikianlah Injil Tuhan bagi kita hari ini.
PERMENUNGAN:
Berita hangat yang kita dengar atau tonton di TV adalah tuduhan penyuapan atas diri Bupati Simalungun dan juga atas mantan pengacaranya. Mereka digugat dan diajukan perkaranya ke KPK. Benar atau tidaknya hal ini, kita tidak tahu dan bukan itu yang hendak kita renungkan pada hari ini. Yang jelas bagi kita bahwa berita penyuapan, sogok menyogok, korupsi dan yang sejenisnya, masih sangat kerap mengihiasi berita-berita dalam kehidupan Negara kita ini. Sakin sering dan banyaknya, telinga kita dan hati kita menjadi sakit. Belum lagi mendengar dan menyaksikan perilaku atau sepak terjang dari para terhormat yang ketika kampanye menebar janji-janji yang baik, namun pada kenyataannya semua hanya hiasan bibir belaka, hanya kebohongan yang kita dapatkan. Para pembuat peraturan berusaha membuat peraturan baru dengan alasan untuk mengatasi ‘kedosaan’ masyarakat, seakan mereka ada di luar ‘kedosaan’ itu atau seakan orang yang bermoral baik. Padahal kenyataannya justru sebaliknya. Nampaknya kebohongan, kemunafikan, kecurangan dan ketidakjujuran sudah menjadi bagian hidup seharian kita. Kejujuran pada masa ini merupakan suatu perilaku yang langka. Bahkan sering kita dengar ungkapan yang mengatakan bahwa orang jujur akan disingkirkan dan tidak akan kebagian ‘kue’ dalam kehidupan sekarang. Orang dengan mudah mengatakan ‘ya’ tetapi melakukan yang sebaliknya. Saat ini juga, tidak sedikit orang yang hidup dalam kepura-puraan, seakan orang baik, padahal justru penuh dengan kejahatan.
Dalam Injil hari ini, kita dengarkan sikap 2 orang anak dalam menanggapi ‘perintah’ ayahnya. Si sulung menjawab ‘ya’ atas perintah ayahnya tetapi tidak melakukannya. Tentu ketika ayah itu mendengar jawaban anaknya yang sulung, pastilah dia senang karena seakan anaknya patuh. Tetapi ternyata anak sulung itu tidak melaksanakannya. Sedangkan anak yang bungsu menjawab ‘tidak’. Namun setelah itu dia sadar akan kesalahannya yang pasti membuat ayahnya sedih mendengarkan jawabannya, sehingga dia menyesal dan melakukan apa yang dikehendaki ayahnya. Ayah itu pasti sedih atas jawaban anaknya, menganggap anaknya pembangkang. Namun pasti juga bersukacita karena anaknya menyesal dan justru melakukan yang dikehendakinya. Sikap anak bungsu itulah yang lebih dihargai ayah itu, menjawab ‘tidak’ tapi akhirnya menyesal dan melakukannya.
Kitapun mungkin seringkali seperti sikap anak Sulung yang mengatakan ‘ya’ pada Yesus, tetapi tidak melakukan kehendak-Nya. Kita seringkali dengan enteng dan gampang mengatakan bahwa kita percaya kepada-Nya dan ingin menjadi murid-murid yang setia, tetapi justru tidak melakukan apa yang dikehendakinya. Banyak orang Kristen yang tidak hidup sesuai dengan imannya. Kalaupun kita mengatakan ‘ya’ kepada Yesus, mari kita laksanakan. Atau kalaupun selama ini dalam hidup kita jawab ‘ya’ tetapi tidak melaksanakannya, mari kita seperti anak bungsu itu, menyesali kesalahan dan kedosaan kita yang tidak melaksanakan kehendak Tuhan, yang tidak hidup sesuai iman kita dengan melaksanakan kehendak Tuhan dan hidup sesuai dengan iman kita. Oleh karena itu, mari kita bertobat dan kembali kepada Yesus. Yesus lebih menghargai sikap kita yang menyadari kesalahan dan kedosaan lalu bertobat, daripada kita merasa hidup baik, tidak berdosa sehingga merasa tidak perlu bertobat. Dalam hal ini Yesus mengatakan bahwa para pemungut cukai dan perempuan sundal yang mau bertobat akan mendahului kita masuk surge, daripada bila kita merasa diri tidak membutuhkan pertobatan.
Dunia dan hidup sekarang ini membutuhkan kesaksian dari kita sebagai pengikut Kristus, yakni hidup jujur sesuai dengan kehendak Tuhan. Hidup dalam pertobatan dengan berusaha hidup jujur sesuai dengan kehendak Tuhan, memang bukan hal yang mudah. Memang secara duniawi kita akan disingkirkan atau tidak kebagian jatah ‘kue’ hidup ini, tetapi ingatlah dengan hidup yang sesuai dengan kehendak Tuhan, kita akan mendapatkan keselamatan kekal. Janganlah kiranya karena hanya untuk mendapatkan ‘hidup’ dunia ini, kita menjadi kehilangan kehidupan kekal. Semoga Roh Kudus membimbing kita untuk berani menyadari kesalahan dan kedosaan kita selama ini, dan membantu kita untuk bertobat dengan berusaha hidup dalam hidup baru. Amin.
REFLEKASI PRIBADI:
1. Berusahalah untuk hidup jujur dan hidup sesuai dengan apa yang Anda imani.
2. Bertobatlah…bertobatlah…bertobatlah!!!
3. Penuhulah janji-janji yang pernah anda janjikan.
0 comments:
Post a Comment
Syalom. Terimakasih atas kunjungan dan komentarnya.Semoga Tuhan memberkati para Saudara.