RENUNGAN Hari Keenam Dalam Oktaf Natal :
30 DESEMBER 2013
1Yoh. 2:12-17; Mzm. 96:7-8a,8b-9,10; Luk. 2:36-40
BACAAN INJIL :
Ketika Anak Yesus dipersembahkan di bait Allah, ada di situ Hana, seorang nabi perempuan, anak Fanuel dari suku Asyer. Ia sudah sangat lanjut umurnya. Sesudah kawin ia hidup tujuh tahun lamanya bersama suaminya, dan sekarang ia janda dan berumur delapan puluh empat tahun. Ia tidak pernah meninggalkan Bait Allah dan siang malam beribadah dengan berpuasa dan berdoa. Dan pada ketika itu juga datanglah ia ke situ dan mengucap syukur kepada Allah dan berbicara tentang Anak itu kepada semua orang yang menantikan kelepasan untuk Yerusalem.
Dan setelah selesai semua yang harus dilakukan menurut hukum Tuhan, kembalilah mereka ke kota kediamannya, yaitu kota Nazaret di Galilea. Anak itu bertambah besar dan menjadi kuat, penuh hikmat, dan kasih karunia Allah ada pada-Nya.
RENUNGAN :
Mendapatkan apa yang dirindukan selama ini pasti akan sangat membahagiakan. Kebahagiaan itu akan semakin besar bila sesuatu yang diharapkan itu baru terwujud dalam penantian panjang dan disertai dengan usaha dan perjuangan. Namun kiranya kebahagiaan itu ada yang bertahan pada saat kita mendapatkannya saja, dan ada pula yang bertahan selama hidupnya bila yang diharapkan itu adalah dianggap sungguh berharga dan merupakan puncak dari pencapaian hidupnya. Bila sesuatu yang diharapkan itu adalah hal dunia, kebahagiaan yang diperoleh bila sudah mendapatkannya, pasti hanya bertahan sesaat saja. Namun bila yang diharapkan itu adalah yang surgawi, kebahagiaan yang diperoleh setelah mendapatkannya, pasti akan bertahan dan akan selalu dipelihara atau dipertahankan.
Nabi Hana yang sudah lanjut usia pada akhirnya memperoleh apa yang diharapkannya selama hidupnya, yakni bertemu langsung dengan Sang Mesias yang pada saat itu dipersembahkan di Bait Allah. Sebagaimana kita dengarkan dalam injil, Hana hanya tujuh tahun berkeluarga dan setelah menjanda dia menghabiskan sisa hidupnya dengan tinggal di Bait Allah. Dia ttinggal di Bait Allah siang malam beribadah, berpuasa dan berdoa. Dia melakukan semuanya itu bukan sebagai pelarian dari duka karena menjanda, bukan pula karena hanya sekedar mengisi hari-hari hidupnya. Sepertinya ada sesuatu yang sangat dirindukannya, dia mendambakan kebahagiaan hidup yang sejati.
Dia juga tentunya mendapat wahyu dari Tuhan sehubungan dengan kedatangan Sang Mesias yang membawa kebahagiaan sejati baginya dan bagi semua orang.
Ketika Yesus dipersembahkan di Bait Allah, dia ada di Bait Allah. Dia sangat bersukacita karena yakin sudah bertemu dengan Sang Mesias yang membawa keselamatan bagi manusia. Dia jelas sudah mendapat wahyu dari Tuhan tentang kedatangan Sang Mesias sehingga dia berbicara tentang Anak itu kepada semua orang yang menantikan kelepasan untuk Yerusalem. Hana sungguh berbahagia dan baginya kedatangan Yesus Sang Mesias, itulah yang dinantikannya dan itulah kebahagiaan yang tertinggi baginya. Dia sudah menantikannya selama hidupnya dan baru pada usia delapan puluh empat tahun umurnya.
Hana sungguh berbahaia dan jelas kedatangan Sang Mesias serta bertemu dengan Sang Mesias, itulah puncak kebahagiaan hidupnya. Bagi Hana, bertemu dengan Mesias itulah puncak pencapaian hidupnya.
Sesudah Sang Mesias dipersembahkan di Bait Allah, Yesus tidak tinggal di Bait Allah. Orang tua-Nya membawa kembali ke kota tempat mereka tinggal yakni kota Nazaret di Galilea. Yesus tinggal bersama orang tua-Nya dan tentu di bawah asuhan kedua orang tua-Nya, Yusuf dan Maria. Yesus bertambah besar dan menjadi kuat, penuh hikmat, dan kasih karunia Allah ada pada-Nya.
Natal memang sungguh kegembiraan besar bagi kita karena dalam perayaan Natal kita merayakan Yesus Sang Mesias yang datang dan tinggal bersama dengan kita. Sang Mesias itulah yang akan menebus dosa-dosa kita dan menyelamatkan kita. Kiranya kedatangan Sang Mesias itulah kebahagiaan sejati, dan persatuan atau bertemu dengan Yesus, itulah puncak kebahagiaan yang kekal, sebagaimana diteladankan oleh nabia Hana. Sehingga kalau kita sungguh percaya bahwa Yesus adalah Mesias, maka kita akan merasakan kebahagiaan yang tidak bisa diberikan oleh dunia ini kepada kita. Bila kita memang percaya kepada Dia, maka hidup kita penuh sukacita, diliputi kebahagiaan hidup sehingga tidak ada lagi pencarian kita akan kebahagiaan dari tempat lain selain hanya pada Yesus sendiri.
Namun kiranya kebahagiaan Natal tidak berhenti hanya pada hari raya natal saja. Yesus dipersembahkan di Bati Allah bukan sekedar mengatakan bahwa orang tua-Nya menjalankan adat kebiasaan pada saat itu. Bagi kita semuanya itu mengatakan bahwa Yesus Sang Mesias yang datang ke dunia sungguh memasuki hidup kita dan kebiasaan yang kita alami tentu kecuali dalam hal dosa. Yesus sungguh hadir dalam hidup harian kita. Selanjutnya Injil menegaskan bahwa setelah dipersembahkan di Bait Allah, Yesus Sang Mesias tidak tinggal di Bait Alalh tetapi Dia pulang bersama orang tua-Nya, tinggal dalam asuhan keluarga di Nasaret. Kembali hal ini mengatakan kepada kita bahwa Yesus tidak jauh dari hidup kita, Dia hadir alam setiap keluarga kita.
Sungguh Natal adalah kegembiraan besar bagi kita.
Namun kegembiraan Natal itu tidak hanya selesai pada Hari Raya Natal itu sendiri. Kegembiraan Natal haruslah kita rayakan dalam seluruh atau sepanjang hidup kita. Kegembiraan natal itu juga hendaknya tidak kira rayakan hanya dalam ibadah, bukan hanya ketika di dalam Gereja, tetapi harus dalam seluruh hidup kita dimanapun kira berada. Ingatlah, Yesus tidak tinggal di Bait Allah tetapi Dia hidup bersama keluarga-Nya di kota Nazaret. Dengan demikian, kegembiraan Natal harus kita rayakan di tempat kita tinggal dan hidup bersama keluarga dan juga dengan orang-orang sekitar kita. Kegembiraan Natal pertama-tama harus kita rayakan dalam kelaurga di mana kita tinggal sebagai satu saudara yang saling mengasihi, dan sesudah itu kita rayakan di tempat di mana kita hidup bersama dengan orang lain. Amin.
0 comments:
Post a Comment
Syalom. Terimakasih atas kunjungan dan komentarnya.Semoga Tuhan memberkati para Saudara.