RENUNGAN HARI BIASA: SENIN 9 SEPTEMBER 2013
( Petrus Klaver, Frederik Ozanam )
Kol. 1:24 - 2:3; Mzm. 62:6-7,9; Luk. 6:6-11
BACAAN INJIL:
Pada suatu hari Sabat lain, Yesus masuk ke rumah ibadat, lalu mengajar. Di situ ada seorang yang mati tangan kanannya. Ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi mengamat-amati Yesus, kalau-kalau Ia menyembuhkan orang pada hari Sabat, supaya mereka dapat alasan untuk mempersalahkan Dia. Tetapi Ia mengetahui pikiran mereka, lalu berkata kepada orang yang mati tangannya itu: "Bangunlah dan berdirilah di tengah!" Maka bangunlah orang itu dan berdiri. Lalu Yesus berkata kepada mereka: "Aku bertanya kepada kamu: Manakah yang diperbolehkan pada hari Sabat, berbuat baik atau berbuat jahat, menyelamatkan nyawa orang atau membinasakannya?" Sesudah itu Ia memandang keliling kepada mereka semua, lalu berkata kepada orang sakit itu: "Ulurkanlah tanganmu!" Orang itu berbuat demikian dan sembuhlah tangannya. Maka meluaplah amarah mereka, lalu mereka berunding, apakah yang akan mereka lakukan terhadap Yesus.
RENUNGAN:
Orang yang merasa dirinya baik dan harus lebih baik daripada orang lain, akan selalu berpikiran negatif atas orang lain dan atas apa yang dilakukan orang lain. Kalau pikiran sudah jelek dan hanya memikirkan diri sendiri, betapapun baiknya yang dilakukan orang lain, pasti akan dicela. Demikianlah yang kita dengarkan tentang para ahli Taurat.
Para ahli Taurat mengamat-amati Yesus bahkan saat di Bait Allah, mereka mengamati Yesus untuk mencela karena dianggap melanggar peraturan Sabat. Walaupun diamat-amati dan akan dipersalahkan oleh para ahli Taurat karena dianggap melanggar aturan hari Sabat, Yesus tetap melakukan perbuatan baik , menyembuhkan orang yang tangannya mati, yang sedang berada di Bait Allah.
Jelas bagi kita bahwa Yesus bukannya melanggar peraturan Sabat tetapi malah hendak memurnikan kembali makna hari Sabat yakni hari yang dikhususkan bagi Tuhan.
Hari Sabat bagi ahli Taurat hanya lebih pada tidak melakukan pekerjaan, mereka hanya pelaksanaan aturan, tidak memaknai aturan itu. Oleh sebab itulah Yesus mengatakan, “Aku bertanya kepada kamu: Manakah yang diperbolehkan pada hari Sabat, berbuat baik atau berbuat jahat, menyelamatkan nyawa orang atau membinasakannya?" Yesus akhirnya menyembuhkan orang itu.
Kitapun seringkali demikian, merasa diri kita sudah baik, karena kita sudah mengikuti kegiatan Gereja dan mungkin karena kita pintar dalam hal Kitab Suci dan taat peturan, namun kita seringkali tidak peduli dengan sesama kita yang menderita yang ada di sekitar kita. Kita lebih sering hanya memikirkan diri sendiri dan bila ada orang yang melakukan perbuatan baik, justru kita berpikiran lain.
Oleh sebab itu, baiklah kita bukan menjadi pengamat, tetapi menjadi pelaku kebaikan kapanpun dan di manapun kita berada. Kebaikan harus kita lakukan tanpa memikirkan kapan dan apa tanggapan orang lain. Perbuatan baik harus berani merongrong tembok yang memnatasi dan mengekangnya. Amin.
0 comments:
Post a Comment
Syalom. Terimakasih atas kunjungan dan komentarnya.Semoga Tuhan memberkati para Saudara.