RENUNGAN HARI BIASA: RABU 11 SEPTEMBER 2013
Kol. 3:1-11; Mzm. 145:2-3,10-11,12-13ab; Luk. 6:20-26
BACAAN INJIL:
Lalu Yesus memandang murid-murid-Nya dan berkata: "Berbahagialah, hai kamu yang miskin, karena kamulah yang empunya Kerajaan Allah. Berbahagialah, hai kamu yang sekarang ini lapar, karena kamu akan dipuaskan. Berbahagialah, hai kamu yang sekarang ini menangis, karena kamu akan tertawa. Berbahagialah kamu, jika karena Anak Manusia orang membenci kamu, dan jika mereka mengucilkan kamu, dan mencela kamu serta menolak namamu sebagai sesuatu yang jahat. Bersukacitalah pada waktu itu dan bergembiralah, sebab sesungguhnya, upahmu besar di sorga; karena secara demikian juga nenek moyang mereka telah memperlakukan para nabi. Tetapi celakalah kamu, hai kamu yang kaya, karena dalam kekayaanmu kamu telah memperoleh penghiburanmu. Celakalah kamu, yang sekarang ini kenyang, karena kamu akan lapar. Celakalah kamu, yang sekarang ini tertawa, karena kamu akan berdukacita dan menangis. Celakalah kamu, jika semua orang memuji kamu; karena secara demikian juga nenek moyang mereka telah memperlakukan nabi-nabi palsu."
RENUNGAN:
Sabda bahagia yang kita dengarkan dalam injil ini mungkin bagi kita terasa aneh, seakan hanya sebagai penghiburan yang meninabobokkan orang. Pada saat itu sabda ini memang ditujukan orang pada orang kecil dan miskin yang mengikuti Dia. Yesus mengatakan sabda ini bukan untuk menghibur belaka tetapi sekaligus memberi arti dan makna kebahagiaan yeng sesungguhnya.
Pandangan umum mengartikan bahwa kebahagiaan itu adalah bila hidup bebas dari persoalan, bila memiliki banyak harta kekayaan, punya kekuasaan atau pangkat.
Dengan pengertian demikian, sehingga jelas bahwa kebahagiaan itu hanya milik orang tertentu, orang kecil tidak lagi punya kesempatan untuk hidup bahagia.
Pemikiran ini jelas keliru. Harta kekayaan, pangkat, kuasa dan semuanya itu bukan jaminan hidup bahagia, semuanya itu hanya sebagai sarana dan bahkan lebih sering justru menyengsarakan orang. Memang sepintas orang yang memiliki semuanya itu seakan hidupnya bahagia, namun sebenarnya yang didapat adalah kebahagiaan semu.
Kebahagiaan sejati akan dapat diperoleh oleh siapapun, tanpa keculai, asalkan hidup seperti sabda Yesus hari ini. Kebahagiaan sejati akan kita peroleh bila kita percaya kepada Dia, dan iman itu kita tunjukkan dalam sikap hidup yang senantiasa rendah hati, hidup baik dan berbuat baik kepada sesama sebagaimana yang diajarkan dan diteladankan oleh Yesus kepada kita. Oleh sebab itu, kita tidak sampai tertipu akan tawaran kebahagiaan yang ditawarkan oleh dunia, baiklah kita mengejar hidup bahagia yang ditawarkan oleh Yesus kepada kita.
0 comments:
Post a Comment
Syalom. Terimakasih atas kunjungan dan komentarnya.Semoga Tuhan memberkati para Saudara.