50 tahun Ensiklik Pacem in Terris, masih relevan di era globalisasi
Beato Yohanes XXIII mengeluarkan Pacem in Terris (Damai di Bumi), ensiklik pertama kepausannya yang ditujukan tidak hanya kepada umat Katolik, tetapi juga untuk semua orang yang berkehendak baik.
“Dengan menyampaikan sebuah ensiklik tentang perdamaian kepada semua orang yang berkehendak baik, Paus Yohanes XXIII tidak hanya menjadi Paus yang hebat,” kata Mary Ann Glendon, ketua Akademi Kepausan Ilmu Sosial dan Profesor Hukum di Harvard Law School.
“Paus juga menegaskan bahwa tanggung jawab untuk membangun perdamaian tidak hanya milik sebagian besar orang dan kekuatan dunia, tapi juga milik kita masing-masing dan setiap orang.”
”Ada sebuah tugas besar bagi semua orang yang berkehendak baik — tugas membawa perdamaian sejati sesuai perintah yang ditetapkan oleh Tuhan. Ini adalah sebuah ‘keharusan dan perintah kasih.”
Beato Yohanes menulis ensikliknya dalam bahasa Latin tahun 1963 dengan judul de pace omnium Gentium in veritate, iustitia, caritate, libertate constituenda (membangun perdamaian universal dalam kebenaran, keadilan, kasih, dan kebebasan).
Tahun 2003, Beato Yohanes Paulus II menandai 40 tahun Pacem in Terris sedikitnya sembilan kali acara, membuat refleksi paling luas dalam pesannya pada Hari Perdamaian se-Dunia dan Hari Komunikasi se-Dunia.
Paus Benediktus XVI menjelaskan dalam pesan Doa Angelus tahun 2006 bahwa Pacem in Terris adalah sebuah “ensiklik abadi”.
Pacem in Terris menekankan peran pemerintah berdasarkan prinsip subsidiaritas. Dengan keprihatinannya terhadap kekuasaan politik global saat ini, ensiklik itu ditekankan kembali oleh Paus Benediktus XVI dalam Caritas in Veritate,“ ensikliknya yang dikeluarkan tahun 2009.
Demikian juga, Paus Fransiskus menyinggung Pacem in Terris dalam pidatonya menandai 50 tahun ensliklik tersebut.
Pacem in Terris menjadi topik yang menarik selama peringatan 50 tahun.
Dalam beberapa bulan terakhir, University of Notre Dame, sebuah Universitas Katolik di Amerika Serikat, dan Georgetown University telah menyelenggarakan konferensi tentang ensiklik tersebut.
Pada konferensi di Universitas Katolik itu, Peter Kardinal Turkson, ketua Dewan Kepausan untuk Keadilan dan Perdamaian, membahas pembangunan perdamaian Katolik, dan Uskup Richard Pates dari Des Moines, ketua Komisi Keadilan dan Perdamaian Konferensi Waligereja Amerika Serikat, berbicara tentang solidaritas dan kebijakan luar negeri Amerika Serikat.
Paus Yohanes tidak pernah berpikir ensikliknya yang dikeluarkan terkait dengan situasi perang dingin saat itu, akan tetap relevan di era ‘globalisasi, berdampak luas bagi kemanusiaan universal, kata Uskup Pates.
“Ensiklik ini berkontribusi terhadap kebaikan bersama seluruh umat manusia. Kita ditantang untuk membangun hubungan dan keterlibatan dengan negara-negara lain sebagai jalan menuju perdamaian,” kata prelatus itu.
Setiap orang Kristen, secara pribadi dan bersama, berbagi seruan ini untuk mempromosikan perdamaian. Ia percaya bahwa ensiklik itu telah terbukti mempengaruhi Amerika Serikat menarik pasukannya dari Vietnam, Irak, dan Afghanistan.
Karena Pacem in Terris ditujukan kepada “semua orang yang berkehendak baik,” ketua National Association of Evangelicals ikut terlibat dalam refleksinya tentang ensiklik itu.
“Lima puluh tahun kemudian kita terkesan dengan pandangan yang luar biasa ini, kita ditantang oleh wawasannya, bersyukur atas setengah abad tanpa perang nuklir dan masih mendambakan perdamaian yang lebih besar,” kata Leith Anderson.
“Salam pembukanya kepada ‘semua orang yang berkehendak baik termasuk kami dari evangelis. Itu adalah seruan bagi umat Katolik dan orang lain untuk bergandengan tangan untuk kebaikan bersama meskipun berbeda.”
“Evangelis di Amerika telah menemukan umat Katolik menjadi teman dan sekutu dalam menentang aborsi, menegakkan pernikahan tradisional, dan memberikan advokasi bagi masyarakat miskin,” lanjutnya.
“Penguatan kerjasama kami mungkin belum diwujudkan oleh umat Katolik atau Evangelis tahun 1963, tetapi ensiklik ini jelas membantu membuka jalan.”
“Kabar baiknya adalah bahwa seruan Paus untuk mengakhiri uji coba nuklir dan mencari negosiasi sebagai sarana untuk menyelesaikan konflik secara signifikan telah maju,” tambah Anderson.
Ia mengatakan, “Ensiklik 50 tahun lalu itu telah menjadi standar internasional saat ini, diikuti oleh seluruh kekuatan nuklir kecuali negara-negara nakal sedikit. Saat ini, prinsip-prinsip perdamaian harus diterapkan untuk ancaman baru dan perbedaan, tetapi prinsipnya sama … baik umat Katolik maupun Protestan tahun 2013 adalah bagian dari generasi baru dan berbeda, tetapi Pacem in Terris masih berita penting.”
“Saya berpikir Pacem in Terris terus menantang dan menginspirasi kita,” kata Glendon.
“Paus Yohanes mendorong kita untuk percaya bahwa kita manusia tidak hanya tak berdaya yang terbawa oleh arus gelombang sejarah, kita dibantu untuk mendukung perdamaian, dan kita memiliki tanggung jawab untuk melakukannya.”
Sumber: Remembering Pacem in Terris, 50 years
Disadur dari: indonesia.ucanews.com
Sumber: Remembering Pacem in Terris, 50 years
Disadur dari: indonesia.ucanews.com
0 comments:
Post a Comment
Syalom. Terimakasih atas kunjungan dan komentarnya.Semoga Tuhan memberkati para Saudara.