RENUNGAN HARIAN: Sabtu 18 Februari 2012
MASA BIASA TAHUN B: Pekan VI:
(Fransiskus Regis Clet)
Yak 3:1-10, Mzm 12:2-3,4-5,7-8, Mrk 9:2-13
MASA BIASA TAHUN B: Pekan VI:
(Fransiskus Regis Clet)
Yak 3:1-10, Mzm 12:2-3,4-5,7-8, Mrk 9:2-13
BACAAN INJIL:
Enam hari kemudian Yesus membawa Petrus, Yakobus dan Yohanes dan bersama-sama dengan mereka Ia naik ke sebuah gunung yang tinggi. Di situ mereka sendirian saja. Lalu Yesus berubah rupa di depan mata mereka, dan pakaian-Nya sangat putih berkilat-kilat. Tidak ada seorangpun di dunia ini yang dapat mengelantang pakaian seperti itu. Maka nampaklah kepada mereka Elia bersama dengan Musa, keduanya sedang berbicara dengan Yesus. Kata Petrus kepada Yesus: "Rabi, betapa bahagianya kami berada di tempat ini. Baiklah kami dirikan tiga kemah, satu untuk Engkau, satu untuk Musa dan satu untuk Elia." Ia berkata demikian, sebab tidak tahu apa yang harus dikatakannya, karena mereka sangat ketakutan. Maka datanglah awan menaungi mereka dan dari dalam awan itu terdengar suara: "Inilah Anak yang Kukasihi, dengarkanlah Dia." Dan sekonyong-konyong waktu mereka memandang sekeliling mereka, mereka tidak melihat seorangpun lagi bersama mereka, kecuali Yesus seorang diri. Pada waktu mereka turun dari gunung itu, Yesus berpesan kepada mereka, supaya mereka jangan menceriterakan kepada seorangpun apa yang telah mereka lihat itu, sebelum Anak Manusia bangkit dari antara orang mati. Mereka memegang pesan tadi sambil mempersoalkan di antara mereka apa yang dimaksud dengan "bangkit dari antara orang mati." Lalu mereka bertanya kepada-Nya: "Mengapa ahli-ahli Taurat berkata, bahwa Elia harus datang dahulu?" Jawab Yesus: "Memang Elia akan datang dahulu dan memulihkan segala sesuatu. Hanya, bagaimanakah dengan yang ada tertulis mengenai Anak Manusia, bahwa Ia akan banyak menderita dan akan dihinakan? Tetapi Aku berkata kepadamu: Memang Elia sudah datang dan orang memperlakukan dia menurut kehendak mereka, sesuai dengan yang ada tertulis tentang dia."
RENUNGAN:
Mungkin kita pernah mengalami suasana yang begitu menyenangkan dan membahagiakan saat kita berdoa di Gereja atau saat mengikuti doa atau dalam perayaan ekaristi. Pengalaman yang membahagiakan itu seakan membuat kita ingin tetap bertahan di Gereja dan seakan tidak mau melepaskannya. Pengalaman yang demikian bisa saja membuat orang menjadi sering berdoa, sering ikut dalam kegiatan-kegiatan Gereja dan perayaan ekaristi. Demikian juga halnya, mungkin orang yang pernah ikut berjiarah ke tempat-tempat ziarah, pasti mengalami suatu pengalaman yang menyenangkan, membahagiakan sehingga seakan waktu terlalu singkat dan ada perasaan enggan untuk kembali, mengakhiri perjalan ziarah. Karena itupulalah mungkin, makanya ada orang yang melakukan ziarah sampe beberapa kali.
Namun semuanya itu belum tentu menjadi ukuran untuk menilai mutu iman seseorang. Bisa saja orang rajin berdoa, rajin kegiatan gereja dan rajin mengikuti perayaan ekaristi, bukan karena iman tetapi bisa sebagai pelarian dari hidup yang serba sulit dan penuh dengan persoalan. Demikian juga halnya soal ziarah, bisa saja orang banyak melakukan ziarah bukan karena iman, tetapi karena punya banyak uang, juga karena merasa hanya di tempat-tempat itulah imannya meraya nyaman dan mendapatkan kebahagiaan. Alasna-alasan ini tentu tidak tepat. Sebab iman hendaknya dihanyati bukan hanya saat berdoa, bukan saat dalam kegiatan di Gereja dan bukan hanya saat-saat dalam perjalanan ziarah. Kebahagiaan hidup iman juga harus kita temukan dalam kehidupan sehari-hari. Oleh sebab itulah ketika Petrus merasakan kebahagiaan yang mendalam di gunung yang tinggi karena melihat Yesus berubah rupa di depan mata mereka, dan pakaian-Nya sangat putih berkilat-kilat. Tidak ada seorangpun di dunia ini yang dapat mengelantang pakaian seperti itu, juhga melihat Elia bersama dengan Musa, keduanya sedang berbicara dengan Yesus, Petrus menawarkan kepada Yesus untuk membangun tiga kemah, 1 untuk Yesus, 1 untuk Elia dan 1 untuk Musa. Petrus seakan tidak mau melepas dan kehilangan kebahagiaan itu. Namun bukan demikian pikiran Yesus, Yesus mengajak mereka turun dan tetap kembali ke kehidupan sehari-hari mereka.
Jelas bagi kita bahwa iman itu harus kita hayati dalam hidup sehari-hari dalam kehidupan di mana kita hidup. Iman tidak hanya di tempat-tempat tertentu. Bahkan kebahagiaan dalam mengikuti Yesus harus bisa kita rasakan di manapun kita menghayati iman kita. Namun lebih dari itu, kita pasti kelak akan memperoleh kebahagiaan kekal, yakni bersatu dengan Yesus dalam kebahagiaan abadi di surga bila kita sungguh mengikuti Yesus. Dalam Injil dengan jelas dikatakan kepada kita lewat suatu yang berseru, “"Inilah Anak yang Kukasihi, dengarkanlah Dia." Maka beriman berarti mendengarkan Yesus dalam hidup. Kebahagiaan beriman akan kita peroleh bila kita sungguh mendengarkan Yesus. Sudahkah kita sungguh mendengarkan Yesus Anak Allah?
Enam hari kemudian Yesus membawa Petrus, Yakobus dan Yohanes dan bersama-sama dengan mereka Ia naik ke sebuah gunung yang tinggi. Di situ mereka sendirian saja. Lalu Yesus berubah rupa di depan mata mereka, dan pakaian-Nya sangat putih berkilat-kilat. Tidak ada seorangpun di dunia ini yang dapat mengelantang pakaian seperti itu. Maka nampaklah kepada mereka Elia bersama dengan Musa, keduanya sedang berbicara dengan Yesus. Kata Petrus kepada Yesus: "Rabi, betapa bahagianya kami berada di tempat ini. Baiklah kami dirikan tiga kemah, satu untuk Engkau, satu untuk Musa dan satu untuk Elia." Ia berkata demikian, sebab tidak tahu apa yang harus dikatakannya, karena mereka sangat ketakutan. Maka datanglah awan menaungi mereka dan dari dalam awan itu terdengar suara: "Inilah Anak yang Kukasihi, dengarkanlah Dia." Dan sekonyong-konyong waktu mereka memandang sekeliling mereka, mereka tidak melihat seorangpun lagi bersama mereka, kecuali Yesus seorang diri. Pada waktu mereka turun dari gunung itu, Yesus berpesan kepada mereka, supaya mereka jangan menceriterakan kepada seorangpun apa yang telah mereka lihat itu, sebelum Anak Manusia bangkit dari antara orang mati. Mereka memegang pesan tadi sambil mempersoalkan di antara mereka apa yang dimaksud dengan "bangkit dari antara orang mati." Lalu mereka bertanya kepada-Nya: "Mengapa ahli-ahli Taurat berkata, bahwa Elia harus datang dahulu?" Jawab Yesus: "Memang Elia akan datang dahulu dan memulihkan segala sesuatu. Hanya, bagaimanakah dengan yang ada tertulis mengenai Anak Manusia, bahwa Ia akan banyak menderita dan akan dihinakan? Tetapi Aku berkata kepadamu: Memang Elia sudah datang dan orang memperlakukan dia menurut kehendak mereka, sesuai dengan yang ada tertulis tentang dia."
RENUNGAN:
Mungkin kita pernah mengalami suasana yang begitu menyenangkan dan membahagiakan saat kita berdoa di Gereja atau saat mengikuti doa atau dalam perayaan ekaristi. Pengalaman yang membahagiakan itu seakan membuat kita ingin tetap bertahan di Gereja dan seakan tidak mau melepaskannya. Pengalaman yang demikian bisa saja membuat orang menjadi sering berdoa, sering ikut dalam kegiatan-kegiatan Gereja dan perayaan ekaristi. Demikian juga halnya, mungkin orang yang pernah ikut berjiarah ke tempat-tempat ziarah, pasti mengalami suatu pengalaman yang menyenangkan, membahagiakan sehingga seakan waktu terlalu singkat dan ada perasaan enggan untuk kembali, mengakhiri perjalan ziarah. Karena itupulalah mungkin, makanya ada orang yang melakukan ziarah sampe beberapa kali.
Namun semuanya itu belum tentu menjadi ukuran untuk menilai mutu iman seseorang. Bisa saja orang rajin berdoa, rajin kegiatan gereja dan rajin mengikuti perayaan ekaristi, bukan karena iman tetapi bisa sebagai pelarian dari hidup yang serba sulit dan penuh dengan persoalan. Demikian juga halnya soal ziarah, bisa saja orang banyak melakukan ziarah bukan karena iman, tetapi karena punya banyak uang, juga karena merasa hanya di tempat-tempat itulah imannya meraya nyaman dan mendapatkan kebahagiaan. Alasna-alasan ini tentu tidak tepat. Sebab iman hendaknya dihanyati bukan hanya saat berdoa, bukan saat dalam kegiatan di Gereja dan bukan hanya saat-saat dalam perjalanan ziarah. Kebahagiaan hidup iman juga harus kita temukan dalam kehidupan sehari-hari. Oleh sebab itulah ketika Petrus merasakan kebahagiaan yang mendalam di gunung yang tinggi karena melihat Yesus berubah rupa di depan mata mereka, dan pakaian-Nya sangat putih berkilat-kilat. Tidak ada seorangpun di dunia ini yang dapat mengelantang pakaian seperti itu, juhga melihat Elia bersama dengan Musa, keduanya sedang berbicara dengan Yesus, Petrus menawarkan kepada Yesus untuk membangun tiga kemah, 1 untuk Yesus, 1 untuk Elia dan 1 untuk Musa. Petrus seakan tidak mau melepas dan kehilangan kebahagiaan itu. Namun bukan demikian pikiran Yesus, Yesus mengajak mereka turun dan tetap kembali ke kehidupan sehari-hari mereka.
Jelas bagi kita bahwa iman itu harus kita hayati dalam hidup sehari-hari dalam kehidupan di mana kita hidup. Iman tidak hanya di tempat-tempat tertentu. Bahkan kebahagiaan dalam mengikuti Yesus harus bisa kita rasakan di manapun kita menghayati iman kita. Namun lebih dari itu, kita pasti kelak akan memperoleh kebahagiaan kekal, yakni bersatu dengan Yesus dalam kebahagiaan abadi di surga bila kita sungguh mengikuti Yesus. Dalam Injil dengan jelas dikatakan kepada kita lewat suatu yang berseru, “"Inilah Anak yang Kukasihi, dengarkanlah Dia." Maka beriman berarti mendengarkan Yesus dalam hidup. Kebahagiaan beriman akan kita peroleh bila kita sungguh mendengarkan Yesus. Sudahkah kita sungguh mendengarkan Yesus Anak Allah?
0 comments:
Post a Comment
Syalom. Terimakasih atas kunjungan dan komentarnya.Semoga Tuhan memberkati para Saudara.