RENUNGAN HARIAN: Jumat 27 Januari 2012
MASA BIASA TAHUN B: Pekan III:
(Angela Merici, Robertus, Alberikus & Stefanus)
2Sam 11:1-4a,5-10a,13-17, Mzm 51:3-4,5-6a,6bc-7,10-11, Mrk 4:26-34
MASA BIASA TAHUN B: Pekan III:
(Angela Merici, Robertus, Alberikus & Stefanus)
2Sam 11:1-4a,5-10a,13-17, Mzm 51:3-4,5-6a,6bc-7,10-11, Mrk 4:26-34
BACAAN INJIL:
Lalu kata Yesus: "Beginilah hal Kerajaan Allah itu: seumpama orang yang menaburkan benih di tanah, lalu pada malam hari ia tidur dan pada siang hari ia bangun, dan benih itu mengeluarkan tunas dan tunas itu makin tinggi, bagaimana terjadinya tidak diketahui orang itu. Bumi dengan sendirinya mengeluarkan buah, mula-mula tangkainya, lalu bulirnya, kemudian butir-butir yang penuh isinya dalam bulir itu. Apabila buah itu sudah cukup masak, orang itu segera menyabit, sebab musim menuai sudah tiba." Kata-Nya lagi: "Dengan apa hendak kita membandingkan Kerajaan Allah itu, atau dengan perumpamaan manakah hendaknya kita menggambarkannya? Hal Kerajaan itu seumpama biji sesawi yang ditaburkan di tanah. Memang biji itu yang paling kecil dari pada segala jenis benih yang ada di bumi. Tetapi apabila ia ditaburkan, ia tumbuh dan menjadi lebih besar dari pada segala sayuran yang lain dan mengeluarkan cabang-cabang yang besar, sehingga burung-burung di udara dapat bersarang dalam naungannya." Dalam banyak perumpamaan yang semacam itu Ia memberitakan firman kepada mereka sesuai dengan pengertian mereka, dan tanpa perumpamaan Ia tidak berkata-kata kepada mereka, tetapi kepada murid-murid-Nya Ia menguraikan segala sesuatu secara tersendiri.
RENUNGAN:
Saat ini di Tigalingga hampir setiap hari mobil lewat membawa durian yang wanginya sungguh menyengat hidung. Setiap musim durian, banyak orang yang asyik makan durian walaupun mahal, dan para petani yang mempunyai durian pasti dapat untuk banyak. Musim durian hanya sekali setahun. Menurut para petani, sejak biji durian ditanam, dibutuhkan 5 – 7 tahun baru menghasilkan buah. Menurut mereka juga bahwa merawat durian tidaklah susah, terkadang hanya dibiarkan, tau-taunya pada musim durian, pohon itu sudah berbuah banyak. Tentu tidak ada yang tahu pasti bagaimana perkembangan pohon durian mulai dari biji hingga tumbuh dan menghasilkan durian yang lezat. Yang kita tahu pasti adalah buah durian itu enak menurut banyak orang. Kita juga tahu pasti bahwa dari biji durian menjadi pohon durian yang menghasilkan buah membutuhkan proses yang tidak singkat dan terkadang dibutuhkan perhatian atau perawatan agar pohon durian itu menghasilkan buah yang enak.
Hampir sama dengan hal di atas, Yesus menggambarkan kerajaan Allah itu seumpama biji yang ditaburkan di tanah. Biji yang kecil itu tumbuh berkambang dan pada akhirnya berbuah. Yesus juga menggambarkan bahwa Kerajaan Allah itu seumpama biji sesawi yang ditaburkan di tanah. Biji itu adalah biji yang paling kecil dari biji sayuran, tetapi biji itu bisa tumbuh melebihi sayuran lain, sehingga burung-burungpun bisa bersarang di dahan-dahannya.
Sama seperti biji yang ditaburnkan di tanah dan berbuah, demikian juga halnya dalam kehidupan beriman. Menjadi orang beriman, tidaklah sekali jagi saat seseorang dibaptis, tetapi membutuhkan proses panjang dan bahkan proses terus menerus yang tidak berkesudahan. Hal ini sudah terbukti dalam kehidupan, misalnya kalau kita melihat sejarah sebuah paroki, yang semula hanya sekumpulan beberapa orang, tetapis setelah berpuluh-puluh tahun menjadi paroki dengan jumlah umat yang besar. Juga para kudus tidak ada yang langsung menjadi orang kudus. Semua para kudus melewati tahap-tahap atau proses dalam hidupnya sampai pada akhirnya mereka hidup dalam kekudusan. Demikianlah kiranya dalam kehidupan beriman kita. Dalam kehidupan beriman bisa dikatakan adalah proses terus menerus untuk menuju kesempurnaan hidup. Untu itu dibutuhkan kesabaran dan ketekunan hingga pada akhirnya hidup iman kita itu menghasilkan buah yang dapat kita nikmati dan juga dinikmati oleh banyak orang.
Namun perlu kita inga, bahwa biji akan tetap menjadi biji hingga biji itu membusuk dan mati, bila biji itu tidak di tanam di dalam tanah. Demikian juga iman kita, akan tetap menjadi iman yang indah didengar, direnungkan bila tidak kita tanam dalam kehidupan kita. Iman itu harus kita taburkan di tanah kehidupan kita, agar iman itu tumbuh dan berbuah. Artinya, iman kita tidak untuk kita simpan, tetapi kita hanyati dalam tanah kehidupan kita yakni dalam kehidupan kita sehari-hari. Seringkali kita menganggap bahwa iman kita tidak berbuah atau tidak berkembang, adalah karena iman kita itu seringkali kita simpan hanya saat dalam perayaan liturgi saja, atau hanya saat kita berdoa saja, iman tidak ditaburkan dalam kehidupan sehari-hari atau tidak dihayati dalam hidup sehari-hari. Dari sebab itu, bila kita sungguh menghayati iman dalam hidup keseharian itu, niscaya iman itu akan tumbuh berkembang dan akan menghasilkan buah yang manis untuk kita nikmati dan dinikmati oleh banyak orang. Semoga iman kita tumbuh dan berbuah. Amin.
Lalu kata Yesus: "Beginilah hal Kerajaan Allah itu: seumpama orang yang menaburkan benih di tanah, lalu pada malam hari ia tidur dan pada siang hari ia bangun, dan benih itu mengeluarkan tunas dan tunas itu makin tinggi, bagaimana terjadinya tidak diketahui orang itu. Bumi dengan sendirinya mengeluarkan buah, mula-mula tangkainya, lalu bulirnya, kemudian butir-butir yang penuh isinya dalam bulir itu. Apabila buah itu sudah cukup masak, orang itu segera menyabit, sebab musim menuai sudah tiba." Kata-Nya lagi: "Dengan apa hendak kita membandingkan Kerajaan Allah itu, atau dengan perumpamaan manakah hendaknya kita menggambarkannya? Hal Kerajaan itu seumpama biji sesawi yang ditaburkan di tanah. Memang biji itu yang paling kecil dari pada segala jenis benih yang ada di bumi. Tetapi apabila ia ditaburkan, ia tumbuh dan menjadi lebih besar dari pada segala sayuran yang lain dan mengeluarkan cabang-cabang yang besar, sehingga burung-burung di udara dapat bersarang dalam naungannya." Dalam banyak perumpamaan yang semacam itu Ia memberitakan firman kepada mereka sesuai dengan pengertian mereka, dan tanpa perumpamaan Ia tidak berkata-kata kepada mereka, tetapi kepada murid-murid-Nya Ia menguraikan segala sesuatu secara tersendiri.
RENUNGAN:
Saat ini di Tigalingga hampir setiap hari mobil lewat membawa durian yang wanginya sungguh menyengat hidung. Setiap musim durian, banyak orang yang asyik makan durian walaupun mahal, dan para petani yang mempunyai durian pasti dapat untuk banyak. Musim durian hanya sekali setahun. Menurut para petani, sejak biji durian ditanam, dibutuhkan 5 – 7 tahun baru menghasilkan buah. Menurut mereka juga bahwa merawat durian tidaklah susah, terkadang hanya dibiarkan, tau-taunya pada musim durian, pohon itu sudah berbuah banyak. Tentu tidak ada yang tahu pasti bagaimana perkembangan pohon durian mulai dari biji hingga tumbuh dan menghasilkan durian yang lezat. Yang kita tahu pasti adalah buah durian itu enak menurut banyak orang. Kita juga tahu pasti bahwa dari biji durian menjadi pohon durian yang menghasilkan buah membutuhkan proses yang tidak singkat dan terkadang dibutuhkan perhatian atau perawatan agar pohon durian itu menghasilkan buah yang enak.
Hampir sama dengan hal di atas, Yesus menggambarkan kerajaan Allah itu seumpama biji yang ditaburkan di tanah. Biji yang kecil itu tumbuh berkambang dan pada akhirnya berbuah. Yesus juga menggambarkan bahwa Kerajaan Allah itu seumpama biji sesawi yang ditaburkan di tanah. Biji itu adalah biji yang paling kecil dari biji sayuran, tetapi biji itu bisa tumbuh melebihi sayuran lain, sehingga burung-burungpun bisa bersarang di dahan-dahannya.
Sama seperti biji yang ditaburnkan di tanah dan berbuah, demikian juga halnya dalam kehidupan beriman. Menjadi orang beriman, tidaklah sekali jagi saat seseorang dibaptis, tetapi membutuhkan proses panjang dan bahkan proses terus menerus yang tidak berkesudahan. Hal ini sudah terbukti dalam kehidupan, misalnya kalau kita melihat sejarah sebuah paroki, yang semula hanya sekumpulan beberapa orang, tetapis setelah berpuluh-puluh tahun menjadi paroki dengan jumlah umat yang besar. Juga para kudus tidak ada yang langsung menjadi orang kudus. Semua para kudus melewati tahap-tahap atau proses dalam hidupnya sampai pada akhirnya mereka hidup dalam kekudusan. Demikianlah kiranya dalam kehidupan beriman kita. Dalam kehidupan beriman bisa dikatakan adalah proses terus menerus untuk menuju kesempurnaan hidup. Untu itu dibutuhkan kesabaran dan ketekunan hingga pada akhirnya hidup iman kita itu menghasilkan buah yang dapat kita nikmati dan juga dinikmati oleh banyak orang.
Namun perlu kita inga, bahwa biji akan tetap menjadi biji hingga biji itu membusuk dan mati, bila biji itu tidak di tanam di dalam tanah. Demikian juga iman kita, akan tetap menjadi iman yang indah didengar, direnungkan bila tidak kita tanam dalam kehidupan kita. Iman itu harus kita taburkan di tanah kehidupan kita, agar iman itu tumbuh dan berbuah. Artinya, iman kita tidak untuk kita simpan, tetapi kita hanyati dalam tanah kehidupan kita yakni dalam kehidupan kita sehari-hari. Seringkali kita menganggap bahwa iman kita tidak berbuah atau tidak berkembang, adalah karena iman kita itu seringkali kita simpan hanya saat dalam perayaan liturgi saja, atau hanya saat kita berdoa saja, iman tidak ditaburkan dalam kehidupan sehari-hari atau tidak dihayati dalam hidup sehari-hari. Dari sebab itu, bila kita sungguh menghayati iman dalam hidup keseharian itu, niscaya iman itu akan tumbuh berkembang dan akan menghasilkan buah yang manis untuk kita nikmati dan dinikmati oleh banyak orang. Semoga iman kita tumbuh dan berbuah. Amin.
0 comments:
Post a Comment
Syalom. Terimakasih atas kunjungan dan komentarnya.Semoga Tuhan memberkati para Saudara.