RENUNGAN HARIAN MASA NATAL:
Kamis 29 Desember 2011
(Tomas Becket)
1Yoh 2:3-11, Mzm 96:1-2a,2b-3,5b-6, Luk 2:22-35
Kamis 29 Desember 2011
(Tomas Becket)
1Yoh 2:3-11, Mzm 96:1-2a,2b-3,5b-6, Luk 2:22-35
BACAAN INJIL:
Dan ketika genap waktu pentahiran, menurut hukum Taurat Musa, mereka membawa Dia ke Yerusalem untuk menyerahkan-Nya kepada Tuhan, seperti ada tertulis dalam hukum Tuhan: "Semua anak laki-laki sulung harus dikuduskan bagi Allah", dan untuk mempersembahkan korban menurut apa yang difirmankan dalam hukum Tuhan, yaitu sepasang burung tekukur atau dua ekor anak burung merpati. Adalah di Yerusalem seorang bernama Simeon. Ia seorang yang benar dan saleh yang menantikan penghiburan bagi Israel. Roh Kudus ada di atasnya, dan kepadanya telah dinyatakan oleh Roh Kudus, bahwa ia tidak akan mati sebelum ia melihat Mesias, yaitu Dia yang diurapi Tuhan. Ia datang ke Bait Allah oleh Roh Kudus. Ketika Yesus, Anak itu, dibawa masuk oleh orang tua-Nya untuk melakukan kepada-Nya apa yang ditentukan hukum Taurat, ia menyambut Anak itu dan menatang-Nya sambil memuji Allah, katanya: "Sekarang, Tuhan, biarkanlah hamba-Mu ini pergi dalam damai sejahtera, sesuai dengan firman-Mu, sebab mataku telah melihat keselamatan yang dari pada-Mu, yang telah Engkau sediakan di hadapan segala bangsa, yaitu terang yang menjadi penyataan bagi bangsa-bangsa lain dan menjadi kemuliaan bagi umat-Mu, Israel." Dan bapa serta ibu-Nya amat heran akan segala apa yang dikatakan tentang Dia. Lalu Simeon memberkati mereka dan berkata kepada Maria, ibu Anak itu: "Sesungguhnya Anak ini ditentukan untuk menjatuhkan atau membangkitkan banyak orang di Israel dan untuk menjadi suatu tanda yang menimbulkan perbantahan dan suatu pedang akan menembus jiwamu sendiri, supaya menjadi nyata pikiran hati banyak orang."
RENUNGAN:
Sungguh mengharukan kisah hidup iman Simeon yang ditampilkan dalam Injil hari ini. Simeon orang yang saleh dan dia mempunyai kerinduan hati yang mendalam yakni menantikan kedatangan Sang Mesias. Sepertinya kerinduan itu sangat besar dan kuat dan mungkin itu membuat dia bertahan tidak cepat mati. Maka ketika Yesus dibawa ke Bait Allah di Yerusalem oleh orang tuanya untuk dipersembahkan kepada Allah, Simeon langsung bersukacita memuji Tuhan. Dia bersukacita dan bersyukur karena kerinduan hatinya untuk menantikan dan melihat Sang Mesias sudah terpenuhi. Menantikan kedatangan Sang Mesias dan bertemua dengan Dia, bagi Simeon itulah sukacita yang melebihi segala-galanya, bahkan melebihi nyawanya sendiri. Dari sebab itu, setelah bertemu dengan kanak-kanak Yesus, dia siap dipanggil oleh Tuhan. Melihat dan bertemu dengan Mesias, itulah tujuan akhir hidupnya, itulah kerinduannya yang paling mendalam, itu pulalah sukacita yang paling besar baginya.
Bagaimana dengan kita sendiri? Perayaan Natal Yesus Kristus sudah 4 hari yang lalu kira rayakan. Apakah kita sungguh menghayati bahwa hari Natal adalah perayaan iman, sukacita karena Yesus Tuhan mau melawat dan tinggal bersama kita, sungguh merupakan sukacita besar bagi kita? Atau mungkin semuanya itu kita lalui hanya sebagai masa bergembira, kesempatan bergembira ria dengan segala hiburan kesenangan? Apakah sukacita natal sungguh kita hanyati hingga saat ini? Kalau memang iman kita seperti Simeon, kita yang sudah bertemu dengan Sanga Mesias yakni dalam diri kanak-kanak Yesus yang lahir di kandang domba, tentu kita bersukacita dan sukacita itu membuat kita menyakini bahwa pertemuan dengan Yesus itulah sukacita yang paling besar melebihi segala-galanya sehingga kita berani hidup hanya untuk Dia.
Kita yang merayakan natal Yesus Kristus, diingatkan kembali oleh Simeon, bahwa Yesus Tuhan adalah Mesias yang datang untuk membawa terang dan keselamatan kepada semua orang. Simeon memuji memuliakan Tuhan setelah bertemua dengan Sang Mesias. Maka bagaimana dengan kita? Sukacita Natal, pertemuan kita dengan Sang Mesias, baiklah kiranya membuat kita bersukcita dan sukacita itupula kita bagikan kepada sesama dengan membawa terang dan membagikan keselamatan Allah bagi sesama kita. Sudah seharusnya Natal tidak kita lewatkan hanya dengan seremonial saja, janganlah dilewatkan hanya dengan pesta pora dan hura-hura, juga tidak hanya dengan kembang api, tetapi dengan berbagi sukacita dengan sesama kita. Banyak hal yang bisa kita lakukan. Semua kita bisa berbagi sukacita natal kepada sesama kita, asal kita mau. Amin.
Dan ketika genap waktu pentahiran, menurut hukum Taurat Musa, mereka membawa Dia ke Yerusalem untuk menyerahkan-Nya kepada Tuhan, seperti ada tertulis dalam hukum Tuhan: "Semua anak laki-laki sulung harus dikuduskan bagi Allah", dan untuk mempersembahkan korban menurut apa yang difirmankan dalam hukum Tuhan, yaitu sepasang burung tekukur atau dua ekor anak burung merpati. Adalah di Yerusalem seorang bernama Simeon. Ia seorang yang benar dan saleh yang menantikan penghiburan bagi Israel. Roh Kudus ada di atasnya, dan kepadanya telah dinyatakan oleh Roh Kudus, bahwa ia tidak akan mati sebelum ia melihat Mesias, yaitu Dia yang diurapi Tuhan. Ia datang ke Bait Allah oleh Roh Kudus. Ketika Yesus, Anak itu, dibawa masuk oleh orang tua-Nya untuk melakukan kepada-Nya apa yang ditentukan hukum Taurat, ia menyambut Anak itu dan menatang-Nya sambil memuji Allah, katanya: "Sekarang, Tuhan, biarkanlah hamba-Mu ini pergi dalam damai sejahtera, sesuai dengan firman-Mu, sebab mataku telah melihat keselamatan yang dari pada-Mu, yang telah Engkau sediakan di hadapan segala bangsa, yaitu terang yang menjadi penyataan bagi bangsa-bangsa lain dan menjadi kemuliaan bagi umat-Mu, Israel." Dan bapa serta ibu-Nya amat heran akan segala apa yang dikatakan tentang Dia. Lalu Simeon memberkati mereka dan berkata kepada Maria, ibu Anak itu: "Sesungguhnya Anak ini ditentukan untuk menjatuhkan atau membangkitkan banyak orang di Israel dan untuk menjadi suatu tanda yang menimbulkan perbantahan dan suatu pedang akan menembus jiwamu sendiri, supaya menjadi nyata pikiran hati banyak orang."
RENUNGAN:
Sungguh mengharukan kisah hidup iman Simeon yang ditampilkan dalam Injil hari ini. Simeon orang yang saleh dan dia mempunyai kerinduan hati yang mendalam yakni menantikan kedatangan Sang Mesias. Sepertinya kerinduan itu sangat besar dan kuat dan mungkin itu membuat dia bertahan tidak cepat mati. Maka ketika Yesus dibawa ke Bait Allah di Yerusalem oleh orang tuanya untuk dipersembahkan kepada Allah, Simeon langsung bersukacita memuji Tuhan. Dia bersukacita dan bersyukur karena kerinduan hatinya untuk menantikan dan melihat Sang Mesias sudah terpenuhi. Menantikan kedatangan Sang Mesias dan bertemua dengan Dia, bagi Simeon itulah sukacita yang melebihi segala-galanya, bahkan melebihi nyawanya sendiri. Dari sebab itu, setelah bertemu dengan kanak-kanak Yesus, dia siap dipanggil oleh Tuhan. Melihat dan bertemu dengan Mesias, itulah tujuan akhir hidupnya, itulah kerinduannya yang paling mendalam, itu pulalah sukacita yang paling besar baginya.
Bagaimana dengan kita sendiri? Perayaan Natal Yesus Kristus sudah 4 hari yang lalu kira rayakan. Apakah kita sungguh menghayati bahwa hari Natal adalah perayaan iman, sukacita karena Yesus Tuhan mau melawat dan tinggal bersama kita, sungguh merupakan sukacita besar bagi kita? Atau mungkin semuanya itu kita lalui hanya sebagai masa bergembira, kesempatan bergembira ria dengan segala hiburan kesenangan? Apakah sukacita natal sungguh kita hanyati hingga saat ini? Kalau memang iman kita seperti Simeon, kita yang sudah bertemu dengan Sanga Mesias yakni dalam diri kanak-kanak Yesus yang lahir di kandang domba, tentu kita bersukacita dan sukacita itu membuat kita menyakini bahwa pertemuan dengan Yesus itulah sukacita yang paling besar melebihi segala-galanya sehingga kita berani hidup hanya untuk Dia.
Kita yang merayakan natal Yesus Kristus, diingatkan kembali oleh Simeon, bahwa Yesus Tuhan adalah Mesias yang datang untuk membawa terang dan keselamatan kepada semua orang. Simeon memuji memuliakan Tuhan setelah bertemua dengan Sang Mesias. Maka bagaimana dengan kita? Sukacita Natal, pertemuan kita dengan Sang Mesias, baiklah kiranya membuat kita bersukcita dan sukacita itupula kita bagikan kepada sesama dengan membawa terang dan membagikan keselamatan Allah bagi sesama kita. Sudah seharusnya Natal tidak kita lewatkan hanya dengan seremonial saja, janganlah dilewatkan hanya dengan pesta pora dan hura-hura, juga tidak hanya dengan kembang api, tetapi dengan berbagi sukacita dengan sesama kita. Banyak hal yang bisa kita lakukan. Semua kita bisa berbagi sukacita natal kepada sesama kita, asal kita mau. Amin.
0 comments:
Post a Comment
Syalom. Terimakasih atas kunjungan dan komentarnya.Semoga Tuhan memberkati para Saudara.