Presiden ajak umat Kristiani perkuat toleransi
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menyampaikan selamat Natal kepada umat Kristiani di Indonesia, dan juga mengajak untuk terus memperkuat toleransi.
“Atas nama negara dan pemerintah, saya ingin menyampaikan salam hormat dan salam bahagia kepada umat Kristiani di seluruh tanah air yang merayakan Natal tahun 2011 ini,” kata Presiden SBY, dalam pidato pada perayaan Natal Bersama Tingkat Nasional 2011, di JCC, Jakarta, Selasa (27/12) malam.
Di hadapan sekitar 6.000 umat Kristiani, ia mengungkapkan semoga perayaan Natal tahun ini membawa, kebahagiaan, kedamaian, dan kesejahteraan kepada segenap Umat Kristiani, dan kepada semua bangsa Indonesia.
Ia menegaskan, “Agama menjadi landasan moral dan etika untuk bangun bangsa yang lebih maju, mari kita songsong tahun depan penuh harapan. Kita cetak kondisi politik stabil, ekonomi baik dan kehidpan sosial yang lebih baik,” katanya.
“Renungan Natal yang disampaikan, juga mengajak umat Kristiani untuk meningkatkan kualitas keberagamaan, sekaligus partisipasi dalam pembangunan bangsa. Melalui renungan-renungan Natal tahun ini, segenap umat manusia disadarkan akan pentingnya penerapan prinsip humanisme, pluralisme, dan toleransi, dalam mengatasi berbagai persoalan yang kita hadapi bersama,” paparnya.
“Kesalahan dan ketidakpatutan dalam kehidupan bernegara dan bermasyarakat tahun ini jangan terjadi lagi tahun depan, dengan iman, pengharapan dan kasih, bangun Indonesia lebih sejahtera, adil dan damai,” katanya.
Presiden juga meminta semua umat beragama, khususnya umat Nasrani yang tengah merayakan Natal, untuk terus meningkatkan toleransi dan kebersamaan dalam menyelesaiakan berbagai masalah.
Presiden menyebutkan kebersamaan, toleransi dan saling memahami adalah salah satu kunci keberhasilan pembangunan. Dia mengajak masyarakat dan umat kristiani untuk mensyukuri kondisi bangsa yang baik dari sektor ekonomi, politik dan kehidupan masyarakat sehingga terbangun harmoni.
Sementara itu Uskup Agung Jakarta Mgr Ignatius Suharyo, yang membawakan narasi Natal, mengatakan, makin banyak orang hidup berkelimpahan, tetapi tidak menemukan makna hidup sejati. “Bagi mereka, berhala bukan lagi batu atau pohon besar, melalinkan keserakahan,” kata wakil ketua Konferensi Waligereja Indonesia itu.
“Atas nama negara dan pemerintah, saya ingin menyampaikan salam hormat dan salam bahagia kepada umat Kristiani di seluruh tanah air yang merayakan Natal tahun 2011 ini,” kata Presiden SBY, dalam pidato pada perayaan Natal Bersama Tingkat Nasional 2011, di JCC, Jakarta, Selasa (27/12) malam.
Di hadapan sekitar 6.000 umat Kristiani, ia mengungkapkan semoga perayaan Natal tahun ini membawa, kebahagiaan, kedamaian, dan kesejahteraan kepada segenap Umat Kristiani, dan kepada semua bangsa Indonesia.
Ia menegaskan, “Agama menjadi landasan moral dan etika untuk bangun bangsa yang lebih maju, mari kita songsong tahun depan penuh harapan. Kita cetak kondisi politik stabil, ekonomi baik dan kehidpan sosial yang lebih baik,” katanya.
“Renungan Natal yang disampaikan, juga mengajak umat Kristiani untuk meningkatkan kualitas keberagamaan, sekaligus partisipasi dalam pembangunan bangsa. Melalui renungan-renungan Natal tahun ini, segenap umat manusia disadarkan akan pentingnya penerapan prinsip humanisme, pluralisme, dan toleransi, dalam mengatasi berbagai persoalan yang kita hadapi bersama,” paparnya.
“Kesalahan dan ketidakpatutan dalam kehidupan bernegara dan bermasyarakat tahun ini jangan terjadi lagi tahun depan, dengan iman, pengharapan dan kasih, bangun Indonesia lebih sejahtera, adil dan damai,” katanya.
Presiden juga meminta semua umat beragama, khususnya umat Nasrani yang tengah merayakan Natal, untuk terus meningkatkan toleransi dan kebersamaan dalam menyelesaiakan berbagai masalah.
Presiden menyebutkan kebersamaan, toleransi dan saling memahami adalah salah satu kunci keberhasilan pembangunan. Dia mengajak masyarakat dan umat kristiani untuk mensyukuri kondisi bangsa yang baik dari sektor ekonomi, politik dan kehidupan masyarakat sehingga terbangun harmoni.
Sementara itu Uskup Agung Jakarta Mgr Ignatius Suharyo, yang membawakan narasi Natal, mengatakan, makin banyak orang hidup berkelimpahan, tetapi tidak menemukan makna hidup sejati. “Bagi mereka, berhala bukan lagi batu atau pohon besar, melalinkan keserakahan,” kata wakil ketua Konferensi Waligereja Indonesia itu.
0 comments:
Post a Comment
Syalom. Terimakasih atas kunjungan dan komentarnya.Semoga Tuhan memberkati para Saudara.