RENUNGAN HARI BIASA PEKAN 13, Selasa 5 Juli 2011
Kej 27:1-5,15-29, Mzm 135:1-2,3-4,5-6, Mat 9:14-17
Kej 27:1-5,15-29, Mzm 135:1-2,3-4,5-6, Mat 9:14-17
BACAAN INJIL:
Sedang kedua orang buta itu keluar, dibawalah kepada Yesus seorang bisu yang kerasukan setan. Dan setelah setan itu diusir, dapatlah orang bisu itu berkata-kata. Maka heranlah orang banyak, katanya: "Yang demikian belum pernah dilihat orang di Israel." Tetapi orang Farisi berkata: "Dengan kuasa penghulu setan Ia mengusir setan." Demikianlah Yesus berkeliling ke semua kota dan desa; Ia mengajar dalam rumah-rumah ibadat dan memberitakan Injil Kerajaan Sorga serta melenyapkan segala penyakit dan kelemahan. Melihat orang banyak itu, tergeraklah hati Yesus oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka lelah dan terlantar seperti domba yang tidak bergembala. Maka kata-Nya kepada murid-murid-Nya: "Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit. Karena itu mintalah kepada tuan yang empunya tuaian, supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu."
RENUNGAN:
“Menjadi imam? Siapa mau.” Mungkin kalimat ini terdengar dari kaum muda saat ini, karena sadar menjadi imam bukanlah hal yang mudah selain merupakan panggilan dari Tuhan, bukan cita-cita yang bisa dikejar dan diperjuangkan. Jangankah menjadi imam, menjadi pengurus Gereja saja sudah merupakan pelayanan yang berat. Saat ini sulit mencari anak muda yang mau menjadi imam dan demikian juga umat yang sungguh-sungguh mau menjadi pengurus Gereja.
Sering kita mendengar bahwa saat ini dikatakan masa krisis panggilan menjadi imam. Sebenarnya hal itu tidak sepenuhnya benar. Karena bila dibuat data lengkap, setiap tahun masih ada tahbisan imam dan mungkin rata-rata ada 10 atau lebih imam baru. Hanya memang pertambahan imam tidak sebanding dengan pertambahan jumlah umat. Pertambahan jumlah umat yang begitu banyak merupakan suatu kegembiraan, namun juga menjadi suatu tantangan karena pertambahan imam dan pekerja dalam pelayanan Gereja
hati Yesus oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka lelah dan terlantar seperti domba yang tidak bergembala. Maka kata-Nya kepada murid-murid-Nya: "Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit. Karena itu mintalah kepada tuan yang empunya tuaian, supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu." Hal itu kiranya benar juga saat ini, karena pertumbungan imam tidak sebanding dengan besarnya pertumbuhan umat sehingga banyak umat yang kurang mendapat pelayanan dari imam dan para pekerja. Misalnya saja Paroki Tigalingga terdiri atas 27 stasi dengan hanya dilayani oleh 2 orang imam, sehingga umat tidak bisa setiap saat merayakan perayaan ekaristi, ibadat hari minggu hanya dipimpin oleh awam pengurus Gereja. Situasi yang demikian bisa kita mengerti bahwa umat kurang mendapat pelayanan dalam pembinaan iman dan juga ekaristi. Namun itulah kenyataan yang terjadi dan menjadi keprihatinan bersama. Dalam situasi demikian, diharapkan adanya awam yang membantu para imam menjadi pengurus Gereja, namun inipun kadangkala sulit karena memang menjadi pekerja di dalam Gereja adalah bukan jabatan, bangkat dan juga jalan mendapatkan kekayaan, tetapi lebih pada pelayanan dan pengorbanan.
Keprihatinan ini hendaknya menjadi keprihatinan kita bersama sehingga kita mau dan bersedia bekerja di ladang Tuhan yakni dengan membantu para imam dalam pelayanan Gereja. Kalaupun kita sebagai orang tua tentu tidak bisa lagi menjadi imam, namun paling tidak sebagai awam mau ikut aktif dalam tugas pelayanan Gereja dan lebih penting lagi, para orang tua berperan aktif mencari dan menanamkan panggilan kepada kaum muda dan terutama bagi anak-anak sendiri. Kita sering berharap agar banyak panggilan menjadi imam, tetapi kita sendiri tidak ikut memikirkannya dan malah tidak rela membimbing anak-anak sendiri agar mau menjadi imam.
Lebih parah lagi, kita tidak bisa menjadi imam ataupun pengurus Gereja, hanya sebagai awam biasa, tetapi kita sendiri tidak ikut mendoakan dan pendukung para imam atau para pekerja di ladang Tuhan. Kita lebih sering hanya berharap dilayani, berharap dan menuntut dan bahkan hanya mengkritik para imam atau para pekerja di ladang Tuhan. Padahal kita sendiri tidak mau menjadi pekerja itu karena tahu menjadi pekerja di Gereja bukanlah hal mudah, merupakan suatu pengorbanan dan pelayanan.
Nah, lewat sabda hari ini dan keprihatinan yang masih terjadi saar ini, mari kita tidak hanya berdoa agar Tuhan mengirimkan pekerja untuk tuaian, tetapi kita sendiri mau menjadi pekerja awam, kita sendiri menanamkan panggilan kepada kaum muda, kepada anak-anak kita dan kita sendiri mendoakan, mendukung dan membantu para pekerja, khususnya para imam. Amin.
RENUNGAN:
“Menjadi imam? Siapa mau.” Mungkin kalimat ini terdengar dari kaum muda saat ini, karena sadar menjadi imam bukanlah hal yang mudah selain merupakan panggilan dari Tuhan, bukan cita-cita yang bisa dikejar dan diperjuangkan. Jangankah menjadi imam, menjadi pengurus Gereja saja sudah merupakan pelayanan yang berat. Saat ini sulit mencari anak muda yang mau menjadi imam dan demikian juga umat yang sungguh-sungguh mau menjadi pengurus Gereja.
Sering kita mendengar bahwa saat ini dikatakan masa krisis panggilan menjadi imam. Sebenarnya hal itu tidak sepenuhnya benar. Karena bila dibuat data lengkap, setiap tahun masih ada tahbisan imam dan mungkin rata-rata ada 10 atau lebih imam baru. Hanya memang pertambahan imam tidak sebanding dengan pertambahan jumlah umat. Pertambahan jumlah umat yang begitu banyak merupakan suatu kegembiraan, namun juga menjadi suatu tantangan karena pertambahan imam dan pekerja dalam pelayanan Gereja
hati Yesus oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka lelah dan terlantar seperti domba yang tidak bergembala. Maka kata-Nya kepada murid-murid-Nya: "Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit. Karena itu mintalah kepada tuan yang empunya tuaian, supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu." Hal itu kiranya benar juga saat ini, karena pertumbungan imam tidak sebanding dengan besarnya pertumbuhan umat sehingga banyak umat yang kurang mendapat pelayanan dari imam dan para pekerja. Misalnya saja Paroki Tigalingga terdiri atas 27 stasi dengan hanya dilayani oleh 2 orang imam, sehingga umat tidak bisa setiap saat merayakan perayaan ekaristi, ibadat hari minggu hanya dipimpin oleh awam pengurus Gereja. Situasi yang demikian bisa kita mengerti bahwa umat kurang mendapat pelayanan dalam pembinaan iman dan juga ekaristi. Namun itulah kenyataan yang terjadi dan menjadi keprihatinan bersama. Dalam situasi demikian, diharapkan adanya awam yang membantu para imam menjadi pengurus Gereja, namun inipun kadangkala sulit karena memang menjadi pekerja di dalam Gereja adalah bukan jabatan, bangkat dan juga jalan mendapatkan kekayaan, tetapi lebih pada pelayanan dan pengorbanan.
Keprihatinan ini hendaknya menjadi keprihatinan kita bersama sehingga kita mau dan bersedia bekerja di ladang Tuhan yakni dengan membantu para imam dalam pelayanan Gereja. Kalaupun kita sebagai orang tua tentu tidak bisa lagi menjadi imam, namun paling tidak sebagai awam mau ikut aktif dalam tugas pelayanan Gereja dan lebih penting lagi, para orang tua berperan aktif mencari dan menanamkan panggilan kepada kaum muda dan terutama bagi anak-anak sendiri. Kita sering berharap agar banyak panggilan menjadi imam, tetapi kita sendiri tidak ikut memikirkannya dan malah tidak rela membimbing anak-anak sendiri agar mau menjadi imam.
Lebih parah lagi, kita tidak bisa menjadi imam ataupun pengurus Gereja, hanya sebagai awam biasa, tetapi kita sendiri tidak ikut mendoakan dan pendukung para imam atau para pekerja di ladang Tuhan. Kita lebih sering hanya berharap dilayani, berharap dan menuntut dan bahkan hanya mengkritik para imam atau para pekerja di ladang Tuhan. Padahal kita sendiri tidak mau menjadi pekerja itu karena tahu menjadi pekerja di Gereja bukanlah hal mudah, merupakan suatu pengorbanan dan pelayanan.
Nah, lewat sabda hari ini dan keprihatinan yang masih terjadi saar ini, mari kita tidak hanya berdoa agar Tuhan mengirimkan pekerja untuk tuaian, tetapi kita sendiri mau menjadi pekerja awam, kita sendiri menanamkan panggilan kepada kaum muda, kepada anak-anak kita dan kita sendiri mendoakan, mendukung dan membantu para pekerja, khususnya para imam. Amin.
0 comments:
Post a Comment
Syalom. Terimakasih atas kunjungan dan komentarnya.Semoga Tuhan memberkati para Saudara.