RENUNGAN HARI MINGGU BIASA PEKAN XV, 10 Juli 2011
Yes 55:10-11, Mzm 65:10abcd,10e-11,12-13,14, Rm 8:18-23,
Mat 13:1-23
Yes 55:10-11, Mzm 65:10abcd,10e-11,12-13,14, Rm 8:18-23,
Mat 13:1-23
BACAAN INJIL: Mat 13:1-23
“Seorang penabur keluar menaburkan benih.”
Pada hari itu keluarlah Yesus dari rumah itu dan duduk di tepi danau. Maka datanglah orang banyak berbondong-bondong lalu mengerumuni Dia, sehingga Ia naik ke perahu dan duduk di situ, sedangkan orang banyak semuanya berdiri di pantai. Dan Ia mengucapkan banyak hal dalam perumpamaan kepada mereka. Kata-Nya: "Adalah seorang penabur keluar untuk menabur. Pada waktu ia menabur, sebagian benih itu jatuh di pinggir jalan, lalu datanglah burung dan memakannya sampai habis. Sebagian jatuh di tanah yang berbatu-batu, yang tidak banyak tanahnya, lalu benih itupun segera tumbuh, karena tanahnya tipis. Tetapi sesudah matahari terbit, layulah ia dan menjadi kering karena tidak berakar. Sebagian lagi jatuh di tengah semak duri, lalu makin besarlah semak itu dan menghimpitnya sampai mati. Dan sebagian jatuh di tanah yang baik lalu berbuah: ada yang seratus kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, ada yang tiga puluh kali lipat. Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengar!" Maka datanglah murid-murid-Nya dan bertanya kepada-Nya: "Mengapa Engkau berkata-kata kepada mereka dalam perumpamaan?" Jawab Yesus: "Kepadamu diberi karunia untuk mengetahui rahasia Kerajaan Sorga, tetapi kepada mereka tidak. Karena siapa yang mempunyai, kepadanya akan diberi, sehingga ia berkelimpahan; tetapi siapa yang tidak mempunyai, apapun juga yang ada padanya akan diambil dari padanya. Itulah sebabnya Aku berkata-kata dalam perumpamaan kepada mereka; karena sekalipun melihat, mereka tidak melihat dan sekalipun mendengar, mereka tidak mendengar dan tidak mengerti. Maka pada mereka genaplah nubuat Yesaya, yang berbunyi: Kamu akan mendengar dan mendengar, namun tidak mengerti, kamu akan melihat dan melihat, namun tidak menanggap. Sebab hati bangsa ini telah menebal, dan telinganya berat mendengar, dan matanya melekat tertutup; supaya jangan mereka melihat dengan matanya dan mendengar dengan telinganya dan mengerti dengan hatinya, lalu berbalik sehingga Aku menyembuhkan mereka. Tetapi berbahagialah matamu karena melihat dan telingamu karena mendengar. Sebab Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya banyak nabi dan orang benar ingin melihat apa yang kamu lihat, tetapi tidak melihatnya, dan ingin mendengar apa yang kamu dengar, tetapi tidak mendengarnya. Karena itu, dengarlah arti perumpamaan penabur itu. Kepada setiap orang yang mendengar firman tentang Kerajaan Sorga, tetapi tidak mengertinya, datanglah si jahat dan merampas yang ditaburkan dalam hati orang itu; itulah benih yang ditaburkan di pinggir jalan. Benih yang ditaburkan di tanah yang berbatu-batu ialah orang yang mendengar firman itu dan segera menerimanya dengan gembira. Tetapi ia tidak berakar dan tahan sebentar saja. Apabila datang penindasan atau penganiayaan karena firman itu, orang itupun segera murtad. Yang ditaburkan di tengah semak duri ialah orang yang mendengar firman itu, lalu kekuatiran dunia ini dan tipu daya kekayaan menghimpit firman itu sehingga tidak berbuah. Yang ditaburkan di tanah yang baik ialah orang yang mendengar firman itu dan mengerti, dan karena itu ia berbuah, ada yang seratus kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, ada yang tiga puluh kali lipat."
RENUNGAN:
Salam damai Yesus Kristus buat kita semua.
Seorang petani yang baik atau bijaksana pasti berusaha menanam bibit yang baik dan sebelum menanam bibit itu dia pasti mempersiapkan lahan yang baik pula. Petani itu akan berusaha membuat agar lahan atau ladang yang hendak ditanami bibit yang baik itu agar pada akhirnya menghasilkan buah yang baik pula. Tidak mungkin seorang petani yang baik, menaburkan benih yang baik ke sembarang ladang, tidak mungkin dia menaburkan benih itu ke ladang bila jelas-jelas ladang itu berbatu-batu, karena pasti dia tidak akan bisa mendapatkan hasil dari benih itu, walaupun benih itu baik. Benih yang baik akan menghasilkan buah yang baik dan banyak juga didukung oleh tanah tempat benih itu ditanam dan tumbuh.
Bila kita bandingkan cara kerja petani yang baik dengan sabda yang kita dengar hari ini tentu penabur yang digambarkan dalam Injil hari ini bukanlah seorang petani yang baik dan bijaksana. Sebab dengan jelas dikatakan bahwa penabur itu menaburkan benih yang baik di sembarang tempat, dia tidak memperhatikan ladang tempat dia menaburkan benih itu, apakah tanah itu subur atau tidak. Mungkin kita berpikir bahwa penabur itu bodoh karena menyia-nyiakan benih baik dengan menaburkan di sembarang tempat, atau mungkin penabur itu menghabmbur-hamburkan benih yang baik dengan sia-sia.
Memang benar bahwa Injil hari ini bukan berbicara tentang pertanian, tetapi jelas sebagaimana dikatakan dalam Injil hari ini, injil hari ini berbicara tentang Sabda Tuhan yang ditaburkan oleh Allah. Benih itu yakni Sabda Tuhan adalah benih yang memberi kehidupan dan kebahagiaan bagi manusia. Benih itu adalah sabda keselamatan dari Allah yang disampaikan kepada semua orang. Tuhan menaburkan sabda keselamatan kepada semua orang. Tuhan tidak memilih-milih kepada siapa sabda keselamatan itu diberikan. Itu artinya Tuhan menawarkan keselamatan kepada semua orang tanpa mempedulikan siapa orang itu karena Tuhan menghendaki semua orang selamat. Inilah gambaran cinta kasih Tuhan kepada semua orang. Ini juga yang digambarkan nabi Yesaya dalam bacaan bertapa, sabda Tuhan itu laksana air hujan yang turun dan membasahi semua bumi. Kasih Allah yang hendak menyelamatkan manusia diberikan kepada semua manusia dan tentu Allah juga berharap sabda keselamatan yang Dia berikan pada akhirnya menghasilkan buah.
Namun pada kenyataanya manusia yang mendengarkan sabda keselamatan itu tidah semuanya menjadi lahan yang baik dan subur untuk sabda itu sehingga tidak menghasilkan buah. Sebagaimana yang digambarkan oleh Yesus dalam injil tadi, ada orang yang mendengar sabda itu tetapi tidang menanggapinya bahkan mungkin menganggap bahwa sabda keselamatan yang mereka dengarkan itu tidak masuk akal dan tidak relevan dengan kehidupan sekarang yang mengandalkan pikiran, kekuasaan, pangkat dan kekayaan. Bagi mereka sabda keselamatan yang mereka dengarkan tidak lebih hanya sekedar kagum, tetapi tidak mempedulikannya. Orang yang mendewakan pikiran, logika, harta, perjuangan, pangkat dan kuasa, merekalah gambaran ladang yang berbatu-batu.
Ada pula orang yang mendengarkan sabda keselamatan itu, mengaguminya dan berusaha menerima kebenaran sabda itu. Namun sayang mereka tidak berusaha mengolah dan menghayatinya. Orang demikian adalah orang yang kurang percaya kepasa kuasa Allah karena mereka lebih memusatkan perhatian pada kehidupannya sehingga ketika ada muncul kekhawatiran hidup, sabda yang mereka dengarkan tidak berbuah apa-apa bagi hidup mereka. Mereka itu layaknya seperti orang yang rajin ke Gereja, mendengarkan sabda Tuhan tetapi pikirannya sibuk dengan hidup dunianya, sibuk dengan pikiran dan kehendak pribadi. Orang yang demikian juga bisa dikatakan adalah orang yang tidak punya pendirian yang jelas sehingga dia gampang mengiyakan apa saja yang dia dengar, tetapi tidak meresap dalam hatinya. Orang demikian juga seperti orang yang mendengarkan sabda ketika beribadah tetapi setelah pulang sabda itu tidak meresap dalam hidupnya.
Tanah subur. Tanah subur menggambarkan orang yang rendah hati serta terbuka terhadap aneka kesempatan dan kemungkinan, terbuka terhadap aneka macam nasihat, ajaran dan saran. Ia bagaikan seorang perempuan yang dalam keadaan subur menerima benih sperma dari seorang laki-laki langsung berbuah artinya hamil. Ia memiliki nafsu besar untuk segera ditaburi benih alias dikasihi dengan segenap hati, segenap jiwa, segenap akal budi dan segenap tubuh alias kekuatan. Dengan kata lain tanah subur melambangkan juga orang yang siap sedia untuk dikasihi, dibentuk, dibina dan dituntun. Dikasihi pada masa kini memang sulit, dan orang maunya mengasihi saja, sulit menerima dan maunya memberi terus menerus. Apakah kita termasuk orang yang mudah dikasihi, dibina, dibentuk atau dituntun?
Nah para saudaraku, jelaslah bagi kita sabda Tuhan yang kita dengar adalah benih kehidupan yang memberi kita hidup dan kebahagiaan. Tetapi sabda yang diberikan oleh Allah kepada semua orang tidak berbuah, bukan karena Tuhan memberikan benih yang baik kepada orang-orang tertentu saja, bukan karena Tuhan tidak memelihara hidup orang itu, bukan pula karena Allah tidak menghendaki orang itu selamat. Tetapi karena orang yang mendengarkan sabda itu tidak hidup sebagai ladang yang subur. Hal itu bisa terjadi karena mereka hidup dalam bahwa Tuhan telah menyediakan apa yang perlu bagi hidupnya. Pemazmur menyadarkan kita bahwa Tuhan telah menyediakan hidup yang baik kepada kita, senantiasa mengaliri dengan rahmat dan berkat-Nya sehingga menghasilkan buah setiap saat. Namun kita kurang percaya dan meyakininya sehingga hidup kita tidak menjadi lahan yang subur atas sabda Tuhan.
Oleh karena itu, baiklah kita berusaha menjadikan diri dan hidup kita menjadi lahan yang subur sehingga sabda Tuhan yang kita dengarkan tumbuh dalam diri kita sehingga mengubah hidup kita sesuai dengan Sabda itu dan pada menghasilkan buah yang berlipat ganda. Ingatlah apa yang dikatakan oleh Yesaya dalam bacaan pertama hari ini, kasih karunia Tuhan dicurahkan kepada semua orang, berkat-Nya juga diberikan kepada setiap orang seperti hujan yang membasahi semua bumi. Namun Tuhan mengharapkan kebaikan-Nya menghasilkan buah dan tidak kita sia-siakan, “demikianlah firman-Ku yang keluar dari mulut-Ku: ia tidak akan kembali kepada-Ku dengan sia-sia, tetapi ia akan melaksanakan apa yang Kukehendaki, dan akan berhasil dalam apa yang Kusuruhkan kepadanya.” (Yes 55:11). Maka semoga kita berusaha menjadikan hidup kita menjadi ladang yang subur untuk sabda Tuhan. Amin.
“Seorang penabur keluar menaburkan benih.”
Pada hari itu keluarlah Yesus dari rumah itu dan duduk di tepi danau. Maka datanglah orang banyak berbondong-bondong lalu mengerumuni Dia, sehingga Ia naik ke perahu dan duduk di situ, sedangkan orang banyak semuanya berdiri di pantai. Dan Ia mengucapkan banyak hal dalam perumpamaan kepada mereka. Kata-Nya: "Adalah seorang penabur keluar untuk menabur. Pada waktu ia menabur, sebagian benih itu jatuh di pinggir jalan, lalu datanglah burung dan memakannya sampai habis. Sebagian jatuh di tanah yang berbatu-batu, yang tidak banyak tanahnya, lalu benih itupun segera tumbuh, karena tanahnya tipis. Tetapi sesudah matahari terbit, layulah ia dan menjadi kering karena tidak berakar. Sebagian lagi jatuh di tengah semak duri, lalu makin besarlah semak itu dan menghimpitnya sampai mati. Dan sebagian jatuh di tanah yang baik lalu berbuah: ada yang seratus kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, ada yang tiga puluh kali lipat. Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengar!" Maka datanglah murid-murid-Nya dan bertanya kepada-Nya: "Mengapa Engkau berkata-kata kepada mereka dalam perumpamaan?" Jawab Yesus: "Kepadamu diberi karunia untuk mengetahui rahasia Kerajaan Sorga, tetapi kepada mereka tidak. Karena siapa yang mempunyai, kepadanya akan diberi, sehingga ia berkelimpahan; tetapi siapa yang tidak mempunyai, apapun juga yang ada padanya akan diambil dari padanya. Itulah sebabnya Aku berkata-kata dalam perumpamaan kepada mereka; karena sekalipun melihat, mereka tidak melihat dan sekalipun mendengar, mereka tidak mendengar dan tidak mengerti. Maka pada mereka genaplah nubuat Yesaya, yang berbunyi: Kamu akan mendengar dan mendengar, namun tidak mengerti, kamu akan melihat dan melihat, namun tidak menanggap. Sebab hati bangsa ini telah menebal, dan telinganya berat mendengar, dan matanya melekat tertutup; supaya jangan mereka melihat dengan matanya dan mendengar dengan telinganya dan mengerti dengan hatinya, lalu berbalik sehingga Aku menyembuhkan mereka. Tetapi berbahagialah matamu karena melihat dan telingamu karena mendengar. Sebab Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya banyak nabi dan orang benar ingin melihat apa yang kamu lihat, tetapi tidak melihatnya, dan ingin mendengar apa yang kamu dengar, tetapi tidak mendengarnya. Karena itu, dengarlah arti perumpamaan penabur itu. Kepada setiap orang yang mendengar firman tentang Kerajaan Sorga, tetapi tidak mengertinya, datanglah si jahat dan merampas yang ditaburkan dalam hati orang itu; itulah benih yang ditaburkan di pinggir jalan. Benih yang ditaburkan di tanah yang berbatu-batu ialah orang yang mendengar firman itu dan segera menerimanya dengan gembira. Tetapi ia tidak berakar dan tahan sebentar saja. Apabila datang penindasan atau penganiayaan karena firman itu, orang itupun segera murtad. Yang ditaburkan di tengah semak duri ialah orang yang mendengar firman itu, lalu kekuatiran dunia ini dan tipu daya kekayaan menghimpit firman itu sehingga tidak berbuah. Yang ditaburkan di tanah yang baik ialah orang yang mendengar firman itu dan mengerti, dan karena itu ia berbuah, ada yang seratus kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, ada yang tiga puluh kali lipat."
RENUNGAN:
Salam damai Yesus Kristus buat kita semua.
Seorang petani yang baik atau bijaksana pasti berusaha menanam bibit yang baik dan sebelum menanam bibit itu dia pasti mempersiapkan lahan yang baik pula. Petani itu akan berusaha membuat agar lahan atau ladang yang hendak ditanami bibit yang baik itu agar pada akhirnya menghasilkan buah yang baik pula. Tidak mungkin seorang petani yang baik, menaburkan benih yang baik ke sembarang ladang, tidak mungkin dia menaburkan benih itu ke ladang bila jelas-jelas ladang itu berbatu-batu, karena pasti dia tidak akan bisa mendapatkan hasil dari benih itu, walaupun benih itu baik. Benih yang baik akan menghasilkan buah yang baik dan banyak juga didukung oleh tanah tempat benih itu ditanam dan tumbuh.
Bila kita bandingkan cara kerja petani yang baik dengan sabda yang kita dengar hari ini tentu penabur yang digambarkan dalam Injil hari ini bukanlah seorang petani yang baik dan bijaksana. Sebab dengan jelas dikatakan bahwa penabur itu menaburkan benih yang baik di sembarang tempat, dia tidak memperhatikan ladang tempat dia menaburkan benih itu, apakah tanah itu subur atau tidak. Mungkin kita berpikir bahwa penabur itu bodoh karena menyia-nyiakan benih baik dengan menaburkan di sembarang tempat, atau mungkin penabur itu menghabmbur-hamburkan benih yang baik dengan sia-sia.
Memang benar bahwa Injil hari ini bukan berbicara tentang pertanian, tetapi jelas sebagaimana dikatakan dalam Injil hari ini, injil hari ini berbicara tentang Sabda Tuhan yang ditaburkan oleh Allah. Benih itu yakni Sabda Tuhan adalah benih yang memberi kehidupan dan kebahagiaan bagi manusia. Benih itu adalah sabda keselamatan dari Allah yang disampaikan kepada semua orang. Tuhan menaburkan sabda keselamatan kepada semua orang. Tuhan tidak memilih-milih kepada siapa sabda keselamatan itu diberikan. Itu artinya Tuhan menawarkan keselamatan kepada semua orang tanpa mempedulikan siapa orang itu karena Tuhan menghendaki semua orang selamat. Inilah gambaran cinta kasih Tuhan kepada semua orang. Ini juga yang digambarkan nabi Yesaya dalam bacaan bertapa, sabda Tuhan itu laksana air hujan yang turun dan membasahi semua bumi. Kasih Allah yang hendak menyelamatkan manusia diberikan kepada semua manusia dan tentu Allah juga berharap sabda keselamatan yang Dia berikan pada akhirnya menghasilkan buah.
Namun pada kenyataanya manusia yang mendengarkan sabda keselamatan itu tidah semuanya menjadi lahan yang baik dan subur untuk sabda itu sehingga tidak menghasilkan buah. Sebagaimana yang digambarkan oleh Yesus dalam injil tadi, ada orang yang mendengar sabda itu tetapi tidang menanggapinya bahkan mungkin menganggap bahwa sabda keselamatan yang mereka dengarkan itu tidak masuk akal dan tidak relevan dengan kehidupan sekarang yang mengandalkan pikiran, kekuasaan, pangkat dan kekayaan. Bagi mereka sabda keselamatan yang mereka dengarkan tidak lebih hanya sekedar kagum, tetapi tidak mempedulikannya. Orang yang mendewakan pikiran, logika, harta, perjuangan, pangkat dan kuasa, merekalah gambaran ladang yang berbatu-batu.
Ada pula orang yang mendengarkan sabda keselamatan itu, mengaguminya dan berusaha menerima kebenaran sabda itu. Namun sayang mereka tidak berusaha mengolah dan menghayatinya. Orang demikian adalah orang yang kurang percaya kepasa kuasa Allah karena mereka lebih memusatkan perhatian pada kehidupannya sehingga ketika ada muncul kekhawatiran hidup, sabda yang mereka dengarkan tidak berbuah apa-apa bagi hidup mereka. Mereka itu layaknya seperti orang yang rajin ke Gereja, mendengarkan sabda Tuhan tetapi pikirannya sibuk dengan hidup dunianya, sibuk dengan pikiran dan kehendak pribadi. Orang yang demikian juga bisa dikatakan adalah orang yang tidak punya pendirian yang jelas sehingga dia gampang mengiyakan apa saja yang dia dengar, tetapi tidak meresap dalam hatinya. Orang demikian juga seperti orang yang mendengarkan sabda ketika beribadah tetapi setelah pulang sabda itu tidak meresap dalam hidupnya.
Tanah subur. Tanah subur menggambarkan orang yang rendah hati serta terbuka terhadap aneka kesempatan dan kemungkinan, terbuka terhadap aneka macam nasihat, ajaran dan saran. Ia bagaikan seorang perempuan yang dalam keadaan subur menerima benih sperma dari seorang laki-laki langsung berbuah artinya hamil. Ia memiliki nafsu besar untuk segera ditaburi benih alias dikasihi dengan segenap hati, segenap jiwa, segenap akal budi dan segenap tubuh alias kekuatan. Dengan kata lain tanah subur melambangkan juga orang yang siap sedia untuk dikasihi, dibentuk, dibina dan dituntun. Dikasihi pada masa kini memang sulit, dan orang maunya mengasihi saja, sulit menerima dan maunya memberi terus menerus. Apakah kita termasuk orang yang mudah dikasihi, dibina, dibentuk atau dituntun?
Nah para saudaraku, jelaslah bagi kita sabda Tuhan yang kita dengar adalah benih kehidupan yang memberi kita hidup dan kebahagiaan. Tetapi sabda yang diberikan oleh Allah kepada semua orang tidak berbuah, bukan karena Tuhan memberikan benih yang baik kepada orang-orang tertentu saja, bukan karena Tuhan tidak memelihara hidup orang itu, bukan pula karena Allah tidak menghendaki orang itu selamat. Tetapi karena orang yang mendengarkan sabda itu tidak hidup sebagai ladang yang subur. Hal itu bisa terjadi karena mereka hidup dalam bahwa Tuhan telah menyediakan apa yang perlu bagi hidupnya. Pemazmur menyadarkan kita bahwa Tuhan telah menyediakan hidup yang baik kepada kita, senantiasa mengaliri dengan rahmat dan berkat-Nya sehingga menghasilkan buah setiap saat. Namun kita kurang percaya dan meyakininya sehingga hidup kita tidak menjadi lahan yang subur atas sabda Tuhan.
Oleh karena itu, baiklah kita berusaha menjadikan diri dan hidup kita menjadi lahan yang subur sehingga sabda Tuhan yang kita dengarkan tumbuh dalam diri kita sehingga mengubah hidup kita sesuai dengan Sabda itu dan pada menghasilkan buah yang berlipat ganda. Ingatlah apa yang dikatakan oleh Yesaya dalam bacaan pertama hari ini, kasih karunia Tuhan dicurahkan kepada semua orang, berkat-Nya juga diberikan kepada setiap orang seperti hujan yang membasahi semua bumi. Namun Tuhan mengharapkan kebaikan-Nya menghasilkan buah dan tidak kita sia-siakan, “demikianlah firman-Ku yang keluar dari mulut-Ku: ia tidak akan kembali kepada-Ku dengan sia-sia, tetapi ia akan melaksanakan apa yang Kukehendaki, dan akan berhasil dalam apa yang Kusuruhkan kepadanya.” (Yes 55:11). Maka semoga kita berusaha menjadikan hidup kita menjadi ladang yang subur untuk sabda Tuhan. Amin.
0 comments:
Post a Comment
Syalom. Terimakasih atas kunjungan dan komentarnya.Semoga Tuhan memberkati para Saudara.