Tolak Pembangunan Gereja, Warga Geruduk Rumah Pastur
(Bandung 12/11/10)Seratusan warga kampung Jiwanaya RW 04, Kelurahan Cibeunying, Kecamatan Cimenyan, Kabupaten Bandung, berunjuk rasa di di depan rumah dinas pastur lembaga Pengurus Gereja Amal Katolik Santa Melania di kampung itu, Jumat (12/11) siang. Sambil memajang spanduk, mereka menuntut pemilik dan penghuni rumah dinas tersebut tak menggelar kegiatan kegerejaan dan mengalihfungsikan rumah tinggal dua lantai yang kini dihuni Romo Iwan itu menjadi gereja.
"Kami bertahun-tahun ditipu. Kalau tetap membangun gereja, kami warga laki dan perempuan siap ramai-ramai menghancurkan bangunannya," kata salah seorang warga laki-laki saat berorasi di depan massa kampungnya, Jumat (12/11).
Pendemo lainnya, seorang perempuan, menyatakan, warga Jiwanaya memang kebanyakan bukan orang kaya, namun warga punya iman yang kuat. Kepada massa, wanita berjilbab ini pun bertanya apakah setuju pembangunan gereja di Jiwanaya yang langsung dijawab massa dengan pekik: "Tidak (setuju)."
Sementara itu pada saat yang sama sejumlah perwakilan warga, pihak penghuni dan pemilik rumah dinas, serta Musyawarah Pimpinan Kecamatan setempat, serta sebuah organisasi kemasyarakatan bertemu di lantai dua rumah dinas yang didemo. Pertemuan digelar untuk menuntaskan masalah antara warga dengan penghuni dan pemilik rumah dinas hari ini juga.
Agus, perwakilan warga, menjelaskan, keresahan warga bermula sekitar dua tahun lalu kala beberapa orang yang mengatasnamakan Yayasan Pengurus Gereja Amal Katolik membagikan uang Rp 350 ribu kepada sejumlah warga kampung Jiwanaya. "Menurut seorang warga, uang itu dibagikan untuk kompensasi debu dan kebisingan terkait rencana pembangunan gereja di area rumah ini (dinas pastur)," jelas anggota tim khusus warga itu saat pertemuan para pihak.
Pembagian duit itu lalu memicu keresahan antara warga yang menerima dan menolak duit yang diduga kompensasi pembangunan gereja itu. "Sejak itu terjadi saling curiga antar sesama warga Jiwanaya. Sayangnya, sejak itu pula tak ada penjelasan dari pihak PGAK (Pengurus Gereja Amal Katolik) maupun penghuni rumah terkait itu sehingga warga semakin resah," jelas Agus.
Lewat pertemuan tersebut, Agus berharap pihak Pengurus Gereja maupun penghuni rumah memastikan kalau rumah dua lantai yang tampak paling megah di Jiwanaya itu tetap berfungsi sebagai rumah tinggal.
"Kami berharap pertemuan ini bisa menuntaskan masalah yang sudah terjadi sejak lama pada hari ini juga. Kami meminta pihak PGAK berkomitmen supaya rumah tinggal ini tak digunakan untuk ritual ibadat dan kegiatan kegerejaan dan tidak membangun gereja di sini," tandas Agus.
Sementara itu, mewakili Pengurus Gereja, Romo Antonius Julistiana, menyangkal kalau pihaknya hendak membangun gereja di Jiwanaya. Ia pun memastikan kalau bangunan dua lantai tersebut tetap akan berfungsi sebagai rumah tinggal pastur Pengurus Gereja Amal Katolik paroki Santa Melania yang menangani jemaat di empat kecamatan, termasuk kecamatan Cimenyan, Kabupaten Bandung.
"Tak ada maksud kami untuk membangun gereja dan mengalihfungsikan rumah ini menjadi rumah ibadah. Kalaupun memang sering banyak tamu datang ke rumah ini, itu bukan untuk melakukan ibadat," jelas mantan Ketua Pengurus Gereja Amal Kristen itu.
Adapun Romo Iwan, yang kini menghuni rumah dinas Jiwanaya, justru mengajak agar warga sekitar percaya pada dirinya dan tak mencurigai akan adanya kegiatan kegerejaan di rumah dinasnya. "Mari kita mempererat silaturahmi, tempat kami terbuka,"kata dia.
Dimulai sekitar pukul 13.00, pertemuan dan konflik berakhir setelah para pihak menandatangani naskah kesepakatan tentang tak adanya pembangunan gereja sekitar pukul 15.00. Para pendemo pun membubarkan diri setelah pihak Pengurus Gereja dan perwakilan warga mengumumkan komitmen masing-masing terkait kesepakatan tersebut.
(tempointeraktif.com)
Disadur dari http://www.mirifica.net/
"Kami bertahun-tahun ditipu. Kalau tetap membangun gereja, kami warga laki dan perempuan siap ramai-ramai menghancurkan bangunannya," kata salah seorang warga laki-laki saat berorasi di depan massa kampungnya, Jumat (12/11).
Pendemo lainnya, seorang perempuan, menyatakan, warga Jiwanaya memang kebanyakan bukan orang kaya, namun warga punya iman yang kuat. Kepada massa, wanita berjilbab ini pun bertanya apakah setuju pembangunan gereja di Jiwanaya yang langsung dijawab massa dengan pekik: "Tidak (setuju)."
Sementara itu pada saat yang sama sejumlah perwakilan warga, pihak penghuni dan pemilik rumah dinas, serta Musyawarah Pimpinan Kecamatan setempat, serta sebuah organisasi kemasyarakatan bertemu di lantai dua rumah dinas yang didemo. Pertemuan digelar untuk menuntaskan masalah antara warga dengan penghuni dan pemilik rumah dinas hari ini juga.
Agus, perwakilan warga, menjelaskan, keresahan warga bermula sekitar dua tahun lalu kala beberapa orang yang mengatasnamakan Yayasan Pengurus Gereja Amal Katolik membagikan uang Rp 350 ribu kepada sejumlah warga kampung Jiwanaya. "Menurut seorang warga, uang itu dibagikan untuk kompensasi debu dan kebisingan terkait rencana pembangunan gereja di area rumah ini (dinas pastur)," jelas anggota tim khusus warga itu saat pertemuan para pihak.
Pembagian duit itu lalu memicu keresahan antara warga yang menerima dan menolak duit yang diduga kompensasi pembangunan gereja itu. "Sejak itu terjadi saling curiga antar sesama warga Jiwanaya. Sayangnya, sejak itu pula tak ada penjelasan dari pihak PGAK (Pengurus Gereja Amal Katolik) maupun penghuni rumah terkait itu sehingga warga semakin resah," jelas Agus.
Lewat pertemuan tersebut, Agus berharap pihak Pengurus Gereja maupun penghuni rumah memastikan kalau rumah dua lantai yang tampak paling megah di Jiwanaya itu tetap berfungsi sebagai rumah tinggal.
"Kami berharap pertemuan ini bisa menuntaskan masalah yang sudah terjadi sejak lama pada hari ini juga. Kami meminta pihak PGAK berkomitmen supaya rumah tinggal ini tak digunakan untuk ritual ibadat dan kegiatan kegerejaan dan tidak membangun gereja di sini," tandas Agus.
Sementara itu, mewakili Pengurus Gereja, Romo Antonius Julistiana, menyangkal kalau pihaknya hendak membangun gereja di Jiwanaya. Ia pun memastikan kalau bangunan dua lantai tersebut tetap akan berfungsi sebagai rumah tinggal pastur Pengurus Gereja Amal Katolik paroki Santa Melania yang menangani jemaat di empat kecamatan, termasuk kecamatan Cimenyan, Kabupaten Bandung.
"Tak ada maksud kami untuk membangun gereja dan mengalihfungsikan rumah ini menjadi rumah ibadah. Kalaupun memang sering banyak tamu datang ke rumah ini, itu bukan untuk melakukan ibadat," jelas mantan Ketua Pengurus Gereja Amal Kristen itu.
Adapun Romo Iwan, yang kini menghuni rumah dinas Jiwanaya, justru mengajak agar warga sekitar percaya pada dirinya dan tak mencurigai akan adanya kegiatan kegerejaan di rumah dinasnya. "Mari kita mempererat silaturahmi, tempat kami terbuka,"kata dia.
Dimulai sekitar pukul 13.00, pertemuan dan konflik berakhir setelah para pihak menandatangani naskah kesepakatan tentang tak adanya pembangunan gereja sekitar pukul 15.00. Para pendemo pun membubarkan diri setelah pihak Pengurus Gereja dan perwakilan warga mengumumkan komitmen masing-masing terkait kesepakatan tersebut.
(tempointeraktif.com)
Disadur dari http://www.mirifica.net/
0 comments:
Post a Comment
Syalom. Terimakasih atas kunjungan dan komentarnya.Semoga Tuhan memberkati para Saudara.