Why 5:1-10, Mzm 149:1-2,3-4,5-6a,9b, Kis 28:11-16,30-31, Mat 14:22-33
(P. Fak Pemberkatan Gereja Basilik St. Petrus dan Paulus Rasul)
"Hai orang yang kurang percaya, mengapa engkau bimbang?"(P. Fak Pemberkatan Gereja Basilik St. Petrus dan Paulus Rasul)
BACAAN:
Sesudah itu Yesus segera memerintahkan murid-murid-Nya naik ke perahu dan mendahului-Nya ke seberang, sementara itu Ia menyuruh orang banyak pulang. Dan setelah orang banyak itu disuruh-Nya pulang, Yesus naik ke atas bukit untuk berdoa seorang diri. Ketika hari sudah malam, Ia sendirian di situ. Perahu murid-murid-Nya sudah beberapa mil jauhnya dari pantai dan diombang-ambingkan gelombang, karena angin sakal. Kira-kira jam tiga malam datanglah Yesus kepada mereka berjalan di atas air. Ketika murid-murid-Nya melihat Dia berjalan di atas air, mereka terkejut dan berseru: "Itu hantu!", lalu berteriak-teriak karena takut. Tetapi segera Yesus berkata kepada mereka: "Tenanglah! Aku ini, jangan takut!" Lalu Petrus berseru dan menjawab Dia: "Tuhan, apabila Engkau itu, suruhlah aku datang kepada-Mu berjalan di atas air." Kata Yesus: "Datanglah!" Maka Petrus turun dari perahu dan berjalan di atas air mendapatkan Yesus. Tetapi ketika dirasanya tiupan angin, takutlah ia dan mulai tenggelam lalu berteriak: "Tuhan, tolonglah aku!" Segera Yesus mengulurkan tangan-Nya, memegang dia dan berkata: "Hai orang yang kurang percaya, mengapa engkau bimbang?" Lalu mereka naik ke perahu dan anginpun redalah. Dan orang-orang yang ada di perahu menyembah Dia, katanya: "Sesungguhnya Engkau Anak Allah."
Demikianlah warta gembira bagi kita hari ini.
PERMENUNGAN:
Tidak ada hidup yang mulus berjalan atau terlepas dari persoalan. Hidup kita juga hidup beriman seringkali harus menghadapi badai atau persoalan yang kadangkala membuat hidup kita diombang-ambingkan, iman kita yang semula mungkin kuta, bisa saja pada akhirnya goyah karena badai kehidupan ini. Ketika hidup itu seakan lanjar, ketika kita tidak menghadapi persoalan, pasti kita akan mudah merasakan kehadiran Tuhan, mudah mengatakan bahwa Tuhan hadir dalam hidup kita. Namun ketika ‘badai’ kehidupan datang menerjang perahu kehidupan kita, saat itu seringkali kita meragukan kasih dan kehadiran Tuhan dalam kehidupan kita. Lebih dari itu, kita bisa jadi malah meragukan kuasa Tuhan yang sanggup membantu kita dalam mengatasi persoalan yang sedang kita hadapi.
Hal demikian pula yang dialami oleh para murid, ketika perahu mereka diombang-ambingkan oleh ombak, apalagi dikatakan bahwa hal itu terjadi pada malam hari. Mereka semua ketakukan, padahal jelas bahwa dalam kisah sebelumnya mereka sudah menyaksikan mukjijat yang diperbuat oleh Yesus, yakni mempergandakan 5 roti dan 2 ikan dan memberi makan 5 ribu orang laki-laki belum termasuk perempuan dan anak-anak. Mereka melupakan hal itu, karena ternyata tidak ada diantara mereka yang berseru mohon pertolongan Yesus. Bahkan ketika Yesus hadir untuk memberi pertolongan, mereka bukannya gembira, iman mereka bukannya bangkit, tetapi malah mengatakan bahwa Yesus yang hadir adalah hantu. Dalam situasi ketakutan, Yesus memperkenalkan diri-Nya tetapi Petrus masih ragu-ragu, walaupun sudah mulai yakin bahwa yang mereka lihat adalah Yesus. Tetapi karena keyakinannya kurang kuat dan disamping gelombang ombak yang dasyat, dia hampir tenggelam. Syukur bahwa dia langsung sadar dan berseru, “Tuhan, tolonglah aku.” Yesuspun menolongnya dan dia selamat.
Perikop ini sungguh menarik, menggambarkan bahwa hidup kita adalah seperti sebuah perahu yang mengarungi lautan luas. Dalam perjalanan perahu kehidupan kita, kita pasti mengalami gelombang badai kehidupan yang mengombang-ambingkan perahu kehidupan kita. Hidup iman kita yang semula lancar, bisa menjadi goyah dan seakan kita menjalani hidup dalam malam gelap dan penuh dengan gelombang yang siap untuk menghanyutkan atau menggulingkan perahu kehidupan kita. Biasanya dalam situasi demikian, kita mulai mempersoalkan kehadiran dan kuasa Tuhan atas kita, iman mulai kita pertanyakan. Kita mulai merasa bahwa Tuhan tidak hadir dalam kehidupan kita. Mungkin saja kita mulai ‘bangkit’ yakni dengan berdoa, tetapi karena kita memikirkan bahwa badai itu begitu besar, kita jadinya meragukan kehadiran dan meragukan kuasa Tuhan yang akan mampu membantu kita.
Perikop ini menjadi suatu peneguhan bagi kita, terutama bagi iman kita akan kehadiran Yesus dan kuasa-Nya yang senantiasa hadir untuk kita. Lewat perikop ini, kepada kita dikatakan bahwa Yesus senantiasa mengetahui semua perjalanan hidup kita terutama menakalai kita mengalami badai kehidupan. Saat badai itu datang dan iman kita mulai goyah, sebenarnya Yesus hadir dan menyatakan kehadiran-Nya lewat tanda-tanda yang diharapkan iman kita dikuatkan. Namun pikiran kita hanya terarah pada badai yang sedang kita alami, kita menjadi ragu akan kehadiran Tuhan dan kuasa-Nya. Persoalan atau badai kehidupan itu semakin terasa berat, manakala pikiran kita hanya tercurah padanya dan kita tidak pernah lagi memikirkan Tuhan, atau kita melupakan kehadiran Tuhan, tidak sempat lagi memikirkan Tuhan. Oleh karena itu, mari kita menyadari bahwa bagaimanapun besarnya badai kehidupan yang kita alami, kita berusaha tetap meyakinkan diri bahwa Tuhan ada dalam hidup kita dan Dia siap menolong kita. Hal ini kita nyatakan dalam doa-doa kita. Dalam doa kita berseru, “Tuhan, tolonglah aku.” Doa ini kita lakukan berulang-ulang sehingga keyakinan dan sikap mengharapkan pertolongan Tuhanlah yang mengisi pikiran kita, bukan badai itu saja. Melakukan hal ini, bukan berarti kita menghindar dari badai yang sedang kita hadapi. Tetapi dengan berdoa atau berseru-seru kepada Tuhan, kita memohon pertolongan Tuhan. Yakinlah, Tuhan pasti akan datang, hadir untuk menolong kita, terutama pada saat seakan-akan kita tidak akan sanggup lagi untuk menghadapi badai kehidupan itu. Nah beranikah kita percaya akan hal ini?
REFLEKSI PRIBADI:
1. Rasakan, sadari dan yakinkanlah dirimu bahwa Yesus senantiasa hadir dan siap menolong senantiasa, terutama menakala kita mengalami badai kehidupan ini.
2. Hari ini, bila mengalami ‘badai’ kehidupan, ‘berserulah’ kepada Tuhan, “Tuhan, tolonglah aku.”
Sesudah itu Yesus segera memerintahkan murid-murid-Nya naik ke perahu dan mendahului-Nya ke seberang, sementara itu Ia menyuruh orang banyak pulang. Dan setelah orang banyak itu disuruh-Nya pulang, Yesus naik ke atas bukit untuk berdoa seorang diri. Ketika hari sudah malam, Ia sendirian di situ. Perahu murid-murid-Nya sudah beberapa mil jauhnya dari pantai dan diombang-ambingkan gelombang, karena angin sakal. Kira-kira jam tiga malam datanglah Yesus kepada mereka berjalan di atas air. Ketika murid-murid-Nya melihat Dia berjalan di atas air, mereka terkejut dan berseru: "Itu hantu!", lalu berteriak-teriak karena takut. Tetapi segera Yesus berkata kepada mereka: "Tenanglah! Aku ini, jangan takut!" Lalu Petrus berseru dan menjawab Dia: "Tuhan, apabila Engkau itu, suruhlah aku datang kepada-Mu berjalan di atas air." Kata Yesus: "Datanglah!" Maka Petrus turun dari perahu dan berjalan di atas air mendapatkan Yesus. Tetapi ketika dirasanya tiupan angin, takutlah ia dan mulai tenggelam lalu berteriak: "Tuhan, tolonglah aku!" Segera Yesus mengulurkan tangan-Nya, memegang dia dan berkata: "Hai orang yang kurang percaya, mengapa engkau bimbang?" Lalu mereka naik ke perahu dan anginpun redalah. Dan orang-orang yang ada di perahu menyembah Dia, katanya: "Sesungguhnya Engkau Anak Allah."
Demikianlah warta gembira bagi kita hari ini.
PERMENUNGAN:
Tidak ada hidup yang mulus berjalan atau terlepas dari persoalan. Hidup kita juga hidup beriman seringkali harus menghadapi badai atau persoalan yang kadangkala membuat hidup kita diombang-ambingkan, iman kita yang semula mungkin kuta, bisa saja pada akhirnya goyah karena badai kehidupan ini. Ketika hidup itu seakan lanjar, ketika kita tidak menghadapi persoalan, pasti kita akan mudah merasakan kehadiran Tuhan, mudah mengatakan bahwa Tuhan hadir dalam hidup kita. Namun ketika ‘badai’ kehidupan datang menerjang perahu kehidupan kita, saat itu seringkali kita meragukan kasih dan kehadiran Tuhan dalam kehidupan kita. Lebih dari itu, kita bisa jadi malah meragukan kuasa Tuhan yang sanggup membantu kita dalam mengatasi persoalan yang sedang kita hadapi.
Hal demikian pula yang dialami oleh para murid, ketika perahu mereka diombang-ambingkan oleh ombak, apalagi dikatakan bahwa hal itu terjadi pada malam hari. Mereka semua ketakukan, padahal jelas bahwa dalam kisah sebelumnya mereka sudah menyaksikan mukjijat yang diperbuat oleh Yesus, yakni mempergandakan 5 roti dan 2 ikan dan memberi makan 5 ribu orang laki-laki belum termasuk perempuan dan anak-anak. Mereka melupakan hal itu, karena ternyata tidak ada diantara mereka yang berseru mohon pertolongan Yesus. Bahkan ketika Yesus hadir untuk memberi pertolongan, mereka bukannya gembira, iman mereka bukannya bangkit, tetapi malah mengatakan bahwa Yesus yang hadir adalah hantu. Dalam situasi ketakutan, Yesus memperkenalkan diri-Nya tetapi Petrus masih ragu-ragu, walaupun sudah mulai yakin bahwa yang mereka lihat adalah Yesus. Tetapi karena keyakinannya kurang kuat dan disamping gelombang ombak yang dasyat, dia hampir tenggelam. Syukur bahwa dia langsung sadar dan berseru, “Tuhan, tolonglah aku.” Yesuspun menolongnya dan dia selamat.
Perikop ini sungguh menarik, menggambarkan bahwa hidup kita adalah seperti sebuah perahu yang mengarungi lautan luas. Dalam perjalanan perahu kehidupan kita, kita pasti mengalami gelombang badai kehidupan yang mengombang-ambingkan perahu kehidupan kita. Hidup iman kita yang semula lancar, bisa menjadi goyah dan seakan kita menjalani hidup dalam malam gelap dan penuh dengan gelombang yang siap untuk menghanyutkan atau menggulingkan perahu kehidupan kita. Biasanya dalam situasi demikian, kita mulai mempersoalkan kehadiran dan kuasa Tuhan atas kita, iman mulai kita pertanyakan. Kita mulai merasa bahwa Tuhan tidak hadir dalam kehidupan kita. Mungkin saja kita mulai ‘bangkit’ yakni dengan berdoa, tetapi karena kita memikirkan bahwa badai itu begitu besar, kita jadinya meragukan kehadiran dan meragukan kuasa Tuhan yang akan mampu membantu kita.
Perikop ini menjadi suatu peneguhan bagi kita, terutama bagi iman kita akan kehadiran Yesus dan kuasa-Nya yang senantiasa hadir untuk kita. Lewat perikop ini, kepada kita dikatakan bahwa Yesus senantiasa mengetahui semua perjalanan hidup kita terutama menakalai kita mengalami badai kehidupan. Saat badai itu datang dan iman kita mulai goyah, sebenarnya Yesus hadir dan menyatakan kehadiran-Nya lewat tanda-tanda yang diharapkan iman kita dikuatkan. Namun pikiran kita hanya terarah pada badai yang sedang kita alami, kita menjadi ragu akan kehadiran Tuhan dan kuasa-Nya. Persoalan atau badai kehidupan itu semakin terasa berat, manakala pikiran kita hanya tercurah padanya dan kita tidak pernah lagi memikirkan Tuhan, atau kita melupakan kehadiran Tuhan, tidak sempat lagi memikirkan Tuhan. Oleh karena itu, mari kita menyadari bahwa bagaimanapun besarnya badai kehidupan yang kita alami, kita berusaha tetap meyakinkan diri bahwa Tuhan ada dalam hidup kita dan Dia siap menolong kita. Hal ini kita nyatakan dalam doa-doa kita. Dalam doa kita berseru, “Tuhan, tolonglah aku.” Doa ini kita lakukan berulang-ulang sehingga keyakinan dan sikap mengharapkan pertolongan Tuhanlah yang mengisi pikiran kita, bukan badai itu saja. Melakukan hal ini, bukan berarti kita menghindar dari badai yang sedang kita hadapi. Tetapi dengan berdoa atau berseru-seru kepada Tuhan, kita memohon pertolongan Tuhan. Yakinlah, Tuhan pasti akan datang, hadir untuk menolong kita, terutama pada saat seakan-akan kita tidak akan sanggup lagi untuk menghadapi badai kehidupan itu. Nah beranikah kita percaya akan hal ini?
REFLEKSI PRIBADI:
1. Rasakan, sadari dan yakinkanlah dirimu bahwa Yesus senantiasa hadir dan siap menolong senantiasa, terutama menakala kita mengalami badai kehidupan ini.
2. Hari ini, bila mengalami ‘badai’ kehidupan, ‘berserulah’ kepada Tuhan, “Tuhan, tolonglah aku.”
0 comments:
Post a Comment
Syalom. Terimakasih atas kunjungan dan komentarnya.Semoga Tuhan memberkati para Saudara.