30 Okt - Ef 6:1-9; Luk 14:1, 7-11
"Kerendahan hati dan kesederhanaan, adalah keutamaan kristiani!"
(Flp 1:18b-26,Luk 14:1, 7-11)
"Kerendahan hati dan kesederhanaan, adalah keutamaan kristiani!"
(Flp 1:18b-26,Luk 14:1, 7-11)
Pada suatu hari Sabat Yesus datang ke rumah salah seorang pemimpin dari orang-orang Farisi untuk makan di situ. Semua yang hadir mengamat-amati Dia dengan saksama. Karena Yesus melihat, bahwa tamu-tamu berusaha menduduki tempat-tempat kehormatan, Ia mengatakan perumpamaan ini kepada mereka: "Kalau seorang mengundang engkau ke pesta perkawinan, janganlah duduk di tempat kehormatan, sebab mungkin orang itu telah mengundang seorang yang lebih terhormat dari padamu, supaya orang itu, yang mengundang engkau dan dia, jangan datang dan berkata kepadamu: Berilah tempat ini kepada orang itu. Lalu engkau dengan malu harus pergi duduk di tempat yang paling rendah. Tetapi, apabila engkau diundang, pergilah duduk di tempat yang paling rendah. Mungkin tuan rumah akan datang dan berkata kepadamu: Sahabat, silakan duduk di depan. Dan dengan demikian engkau akan menerima hormat di depan mata semua tamu yang lain. Sebab barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan."
demikian kutipan Warta Gembira hari ini.
Permenungan:
Sekarang ini begitu menjamur ‘sekolah-sekolah tinggi’ yang menjamin lulusan akan mendapat gelar, bahkan menjadi akan ‘cepat lulus’. Sehingga tidak jarang seseorang baru kuliah beberapa tahun, sudah wisuda dan mendapat gelar S1 atau S2 atau S3. Ada pula yang menawarkan gelar HC. Semua ini merupakan gambaran hidup sekarang ini yang ‘gila’ akan hormat dan pangkat/gelar. Sehingga bisa saja dalam nama seseorang bayak gelar yang menggantung. Kadang saya berpikir, kapan dia itu berkarya dan memberi waktu kepada keluarga kalau selama hidup hanya sekolah-sekolah untuk mendapatkan gelar. Jadi permenungan kita, ‘Apakah gelar, kehormatan yang diberikan kepada seseorang hal itu menunjukkan mutu seseorang? Rasanya secara umum orang menganggap gelar, kehormatan dsb, dianggap sebagai kebanggan dan mutu seseorang. Ituah pikiran manusia sekarang ini sehingga orang berlomba untuk mendapat gelar, mengejar kehormatan, kedudukan dan seakan berlomba untuk mempertahankan nama baik. Saat ini, banyak orang yang menganggap dirinya ‘penting’, terhormat’ dan harus disanjung-sanjung.
Sabda Yesus hari ini, rasanya beda dengan paham yang hidup dalam kehidupan kita. Gelar dan pangkat, atau sesuatu penampilan luar yang seringkali kita perjuangan dan kejar, itu tidaklah menunjukkan mutu seseorang apalagi di hadapan Tuhan. Apa yang dikatakan oleh Yesus dalam warta gembira ini, merupakan hal yang benar dan sekaligus mengingatkan kita bahwa pikiran Tuhan tidak seperti pikiran kita. Perumpamaan yang diberikan oleh Yesus sungguh menarik. Coba kita bayangkan, kalau kita merasa diri kita terhormat, sehingga ketika menghadiri sebuah pesta langsung menempati tempat terhormat, padahal ada undangan yang lebih terhormat dari kita dan tempat itu disediakan bagi dia. Tentu tuan rumah ‘akan mengusir’ kita, sehingga tentu rasa malu yang akan kita tanggung. Sehingga lebih ‘aman’ seperti yang dikatakan oleh Yesus, bersikap rendah hati dan sederhana. Tetapi sikap ini hendaknya menjadi sikap batin dan prinsip hidup kita. Justru dengan sikap hidup demikian, kita mengaayati hidup iman bahwa semua yang kita miliki adalah anugerah Tuhan, sehingga tidak perlu untuk disombongkan. Sikap batin demikian juga akan melahirkan hidup yang bermutu dan bahkan justru kita akan mendapat hormat dari banyak orang. Tetapi hal itu kita hanyati bukan untuk mencari hormat, tetapi karena itulah sikap batin kita. Nah, beranikah kita bersikap rendah hati dan hidup sederhana?
demikian kutipan Warta Gembira hari ini.
Permenungan:
Sekarang ini begitu menjamur ‘sekolah-sekolah tinggi’ yang menjamin lulusan akan mendapat gelar, bahkan menjadi akan ‘cepat lulus’. Sehingga tidak jarang seseorang baru kuliah beberapa tahun, sudah wisuda dan mendapat gelar S1 atau S2 atau S3. Ada pula yang menawarkan gelar HC. Semua ini merupakan gambaran hidup sekarang ini yang ‘gila’ akan hormat dan pangkat/gelar. Sehingga bisa saja dalam nama seseorang bayak gelar yang menggantung. Kadang saya berpikir, kapan dia itu berkarya dan memberi waktu kepada keluarga kalau selama hidup hanya sekolah-sekolah untuk mendapatkan gelar. Jadi permenungan kita, ‘Apakah gelar, kehormatan yang diberikan kepada seseorang hal itu menunjukkan mutu seseorang? Rasanya secara umum orang menganggap gelar, kehormatan dsb, dianggap sebagai kebanggan dan mutu seseorang. Ituah pikiran manusia sekarang ini sehingga orang berlomba untuk mendapat gelar, mengejar kehormatan, kedudukan dan seakan berlomba untuk mempertahankan nama baik. Saat ini, banyak orang yang menganggap dirinya ‘penting’, terhormat’ dan harus disanjung-sanjung.
Sabda Yesus hari ini, rasanya beda dengan paham yang hidup dalam kehidupan kita. Gelar dan pangkat, atau sesuatu penampilan luar yang seringkali kita perjuangan dan kejar, itu tidaklah menunjukkan mutu seseorang apalagi di hadapan Tuhan. Apa yang dikatakan oleh Yesus dalam warta gembira ini, merupakan hal yang benar dan sekaligus mengingatkan kita bahwa pikiran Tuhan tidak seperti pikiran kita. Perumpamaan yang diberikan oleh Yesus sungguh menarik. Coba kita bayangkan, kalau kita merasa diri kita terhormat, sehingga ketika menghadiri sebuah pesta langsung menempati tempat terhormat, padahal ada undangan yang lebih terhormat dari kita dan tempat itu disediakan bagi dia. Tentu tuan rumah ‘akan mengusir’ kita, sehingga tentu rasa malu yang akan kita tanggung. Sehingga lebih ‘aman’ seperti yang dikatakan oleh Yesus, bersikap rendah hati dan sederhana. Tetapi sikap ini hendaknya menjadi sikap batin dan prinsip hidup kita. Justru dengan sikap hidup demikian, kita mengaayati hidup iman bahwa semua yang kita miliki adalah anugerah Tuhan, sehingga tidak perlu untuk disombongkan. Sikap batin demikian juga akan melahirkan hidup yang bermutu dan bahkan justru kita akan mendapat hormat dari banyak orang. Tetapi hal itu kita hanyati bukan untuk mencari hormat, tetapi karena itulah sikap batin kita. Nah, beranikah kita bersikap rendah hati dan hidup sederhana?
0 comments:
Post a Comment
Syalom. Terimakasih atas kunjungan dan komentarnya.Semoga Tuhan memberkati para Saudara.