PENDIDIKAN IMAN KATOLIK SISWA-SISWI
Pendidikan iman Katolik bagi anak-anak yang sekolah Negeri atau swasta bukan katolik, tanggungjawab siapa?
Pendidikan iman Katolik bagi anak-anak yang sekolah Negeri atau swasta bukan katolik, tanggungjawab siapa?
"Seringkali terjadi anak-anak sudah berpisah dari orang tuanya atau keluarganya demi melanjutkan pendidikan. Mereka terpaksa tidak lagi satu rumah dengan orangtua mereka, dan orang tuapun ‘terpaksa’ melepas anak-anak mereka demi sekolah di tempat lain. Hal ini tentu demi pendidikan dan masa depan anak. Hanya seringkali yang memprihatinkan adalah pendidikan iman anak-anak. Pada umumnya di daerah pedesaan, anak-anak tinggal di tempat kost atau kost di rumah orang atau keluarga yang bukan katolik. Tentu hal ini akan berdampak bagi pendidikan dan penghayatan iman katolik anak. Kerap terjadi anak-anak menjadi ‘terikut’ dengan iman tempat mereka kost. Belum lagi pada umumnya anak-anak yang melanjutkan sekolah di sekolah Negeri, seringkali tidak ada pendidikan atau guru agama katolik, sehingga anak-anak Katolik digabung dengan anak-anak dari Gereja lain, dan mereka mengikuti pendidikan agama Protestan. Tetapi anehnya, ketika ujian akhir kepada mereka disuguhi ujian materi agama katolik. Selama pendidikan mereka mendapat pendidikan agama protestan, tetapi ketika ujian mereka diberi materi Katolik, tentu merepotkan mereka, sehingga tentu nilai agama dalam rapot jadi jelek. Pihak sekolah sendiri nampaknya tidak peduli dengan hal ini, dan seakan-akan tidak peduli dengan iman anak-anak katolik. Seringkali alasan yang diberikan adalah karena anak-anak katolik jumlahnya sedikit sehingga ‘rugi’ mencari guru honor untuk pendidikan agama Katolik untuk anak-anak yang katolik. Memang di sisi lain, seringkali kita kesulitan dalam tenaga pendidikan agama katolik untuk sekolah-sekolah di pedesaan. Sekarang ini orang berlomba-lomba mengajar di perkotaan. Saya rasa bukan karena tidak banyak lulusan dari sekolah pendidikan agama katolik, tetapi mungkin mereka hanya mengkhususkan diri mendidik anak-anak perkotaan.
Hal lain yang dapat kita temui adalah bahwa kalaupun di sekolah tertentu ada pendidikan agama Katolik dan ada gurunya, tetapi seringkali pendidikan agama hanya sebagai sampingan, sambilan dibandingkan dengan kurikulum lain. Sering kami temua bahwa pendidikan agama katolik dilakukan pada jam-jam kosong saja, misalnya hari tertentu setelah jam pelajaran selesai. Hal ini tentu kurang mendukung dan kurang baik, Karena anak-anak sudah lapar, lelah dan seharusnya sudah pulang tetapi ‘seakan terpaksa’ mengikuti pelajaran agama Katolik. Ada pula yang terjadi mereka disatukan dalam suatau ruangan ‘aula’ atau sebenarnya bukan local yang layak untuk tempat pembelajaran. Semuanya ini, tanpa sadar menanamkan kepada benak anak, bahwa pendidikan Agama Katolik itu hanya sambilan, hal yang kurang penting, bukan suatu kebutuhan dalam hidup.
Demikian kiranya gambaran singkat dari situasi pendidikan Agama Katolik bagi anak-anak kita yang menjalani pendidikan di sekolah sekolah negeri dan mereka tinggal kost. Apakah orang tua pernah mempertimbangkan dan memikirkan hal ini? Orang tua kerapkali kurang memperhatikan hal ini, mereka hanya taunya anaknya sekolah. Apakah pendidikan agama mereka terjamin atau tidak, mereka kurang perhatian. Anak-anak yang sekolah di sekolah yayasan Katolik, mungkin hal ini kuran menjadi persoalan. Persoalan ini seringkali ada bila anak-anak sekolah di sekolah negeri. Selain kenyataan itu, bisa dikatakan hampir semua anak-anak yang melanjutkan sekolah di sekolah negeri dan tinggal kost, tidak ke Gereja pada hati Minggu. Jadi komplit sudah keprihatinan atas pendidikan iman Katolik anak-anak kita. Ini tanggungjawab siapa? Dari kenyataan ini, kita tidak usah heran bila kita tidak memiliki banyak Generasi Gereja kita yang militant. Kita juga tidak usah heran bila banyak anak-anak katolik yang akhirnya berpaling ke agama atau ke gereja lain. Ini adalah keprihatinan kita bersama.
Atas dasar inilah, makanya di paroki Tigalingga diadakan misa khusus untuk siswa-siswa Katolik yang sekolah di negeri. Kegiatan itu diadakan setiap Sabtu malam pada akhir bulan. Pesertanya adalah anak-anak katolik dari SMP Negeri 1, SMP Swasta Nusantara, SMA negeri 1 dan SMA Swasta Nusantara. Kegiatan ini baru dimulai dan sampai saat ini, banyak anak yang hadir, walaupun belum semuanya. Kegiatan yang diadakan adalah Misa bersama di Gereja dan setelah itu diadakan pembinaan atau menonton bersama di Aula paroki. Anak-anak yang kost, menginap di Aula paroki. Paroki bersama guru agama mereka masih mencoba dan berusaha mencari format yang pas, sehingga anak-anak mempunyai kerinduan untuk berkumpul dan juga pembinaan dan pendidikan Iman Katolik yang tidak mereka dapatkan, mereka peroleh dalam kegiatan tersebut. Kami mencoba dan akan berusaha. Kami yakin pengalaman ini, juga pasti dailami para orang tua dan terjadi di paroki-paroki lain. Sehingga lewat coretan ini, kami hanya mau berbagi dan sekaligus mengajak kita bermenung bersama sehubungan dengan pendidikan agama katolik bagi generasi Gereja kita. Sekian, semoga Tuhan memberkati kita semua.
Hal lain yang dapat kita temui adalah bahwa kalaupun di sekolah tertentu ada pendidikan agama Katolik dan ada gurunya, tetapi seringkali pendidikan agama hanya sebagai sampingan, sambilan dibandingkan dengan kurikulum lain. Sering kami temua bahwa pendidikan agama katolik dilakukan pada jam-jam kosong saja, misalnya hari tertentu setelah jam pelajaran selesai. Hal ini tentu kurang mendukung dan kurang baik, Karena anak-anak sudah lapar, lelah dan seharusnya sudah pulang tetapi ‘seakan terpaksa’ mengikuti pelajaran agama Katolik. Ada pula yang terjadi mereka disatukan dalam suatau ruangan ‘aula’ atau sebenarnya bukan local yang layak untuk tempat pembelajaran. Semuanya ini, tanpa sadar menanamkan kepada benak anak, bahwa pendidikan Agama Katolik itu hanya sambilan, hal yang kurang penting, bukan suatu kebutuhan dalam hidup.
Demikian kiranya gambaran singkat dari situasi pendidikan Agama Katolik bagi anak-anak kita yang menjalani pendidikan di sekolah sekolah negeri dan mereka tinggal kost. Apakah orang tua pernah mempertimbangkan dan memikirkan hal ini? Orang tua kerapkali kurang memperhatikan hal ini, mereka hanya taunya anaknya sekolah. Apakah pendidikan agama mereka terjamin atau tidak, mereka kurang perhatian. Anak-anak yang sekolah di sekolah yayasan Katolik, mungkin hal ini kuran menjadi persoalan. Persoalan ini seringkali ada bila anak-anak sekolah di sekolah negeri. Selain kenyataan itu, bisa dikatakan hampir semua anak-anak yang melanjutkan sekolah di sekolah negeri dan tinggal kost, tidak ke Gereja pada hati Minggu. Jadi komplit sudah keprihatinan atas pendidikan iman Katolik anak-anak kita. Ini tanggungjawab siapa? Dari kenyataan ini, kita tidak usah heran bila kita tidak memiliki banyak Generasi Gereja kita yang militant. Kita juga tidak usah heran bila banyak anak-anak katolik yang akhirnya berpaling ke agama atau ke gereja lain. Ini adalah keprihatinan kita bersama.
Atas dasar inilah, makanya di paroki Tigalingga diadakan misa khusus untuk siswa-siswa Katolik yang sekolah di negeri. Kegiatan itu diadakan setiap Sabtu malam pada akhir bulan. Pesertanya adalah anak-anak katolik dari SMP Negeri 1, SMP Swasta Nusantara, SMA negeri 1 dan SMA Swasta Nusantara. Kegiatan ini baru dimulai dan sampai saat ini, banyak anak yang hadir, walaupun belum semuanya. Kegiatan yang diadakan adalah Misa bersama di Gereja dan setelah itu diadakan pembinaan atau menonton bersama di Aula paroki. Anak-anak yang kost, menginap di Aula paroki. Paroki bersama guru agama mereka masih mencoba dan berusaha mencari format yang pas, sehingga anak-anak mempunyai kerinduan untuk berkumpul dan juga pembinaan dan pendidikan Iman Katolik yang tidak mereka dapatkan, mereka peroleh dalam kegiatan tersebut. Kami mencoba dan akan berusaha. Kami yakin pengalaman ini, juga pasti dailami para orang tua dan terjadi di paroki-paroki lain. Sehingga lewat coretan ini, kami hanya mau berbagi dan sekaligus mengajak kita bermenung bersama sehubungan dengan pendidikan agama katolik bagi generasi Gereja kita. Sekian, semoga Tuhan memberkati kita semua.
0 comments:
Post a Comment
Syalom. Terimakasih atas kunjungan dan komentarnya.Semoga Tuhan memberkati para Saudara.