RENUNGAN HARIAN, PEKAN BIASA III:
RABU 29 JANUARI 2014
(Peringatan Wajib St. Tomas Aquino )
2Sam. 6:12b-15,17-19; Mzm. 24:7,8,9,10; Mrk. 3:31-35
INJIL :
Saat itu ketika mereka sendirian, pengikut-pengikut-Nya dan kedua belas murid itu menanyakan Dia tentang perumpamaan itu. Jawab-Nya: "Kepadamu telah diberikan rahasia Kerajaan Allah, tetapi kepada orang-orang luar segala sesuatu disampaikan dalam perumpamaan, supaya: Sekalipun melihat, mereka tidak menanggap, sekalipun mendengar, mereka tidak mengerti, supaya mereka jangan berbalik dan mendapat ampun." Lalu Ia berkata kepada mereka: "Tidakkah kamu mengerti perumpamaan ini? Kalau demikian bagaimana kamu dapat memahami semua perumpamaan yang lain? Penabur itu menaburkan firman. Orang-orang yang di pinggir jalan, tempat firman itu ditaburkan, ialah mereka yang mendengar firman, lalu datanglah Iblis dan mengambil firman yang baru ditaburkan di dalam mereka. Demikian juga yang ditaburkan di tanah yang berbatu-batu, ialah orang-orang yang mendengar firman itu dan segera menerimanya dengan gembira, tetapi mereka tidak berakar dan tahan sebentar saja. Apabila kemudian datang pe
nindasan atau penganiayaan karena firman itu, mereka segera murtad. Dan yang lain ialah yang ditaburkan di tengah semak duri, itulah yang mendengar firman itu, lalu kekuatiran dunia ini dan tipu daya kekayaan dan keinginan-keinginan akan hal yang lain masuklah menghimpit firman itu sehingga tidak berbuah. Dan akhirnya yang ditaburkan di tanah yang baik, ialah orang yang mendengar dan menyambut firman itu lalu berbuah, ada yang tiga puluh kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, dan ada yang seratus kali lipat."
RENUNGAN :
Para saudara,
Yesus menggambarkan Kerajaan Allah itu seperti penabur yang menaburkan benih. Benih yang ditaburkan oleh penabur itu tentu adalah benih yang baik. Namun bila kita simak perumpamaan ini dengan cara berpikir kita, penabur ni mungkin kurang paham akan pertanian karena dia asal menaburkan benihnya begitu saja tanpa melihat dan tidak peduli tanah tempat benih itu ditaburkan, apakah baik atau tidak. Secara manusiawi, kalau penabur itu tahu bahwa benihna itu baik, dan dia berharap benih itu menghasilkan buah bukanhanya sekedar tumbuh, dia pasti tidak menyia-nyiakan benih itu begitu saja di semua tempat, dia pasti menaburkan benih itu hanya di tanah yang subur.
Namun penabur dalam perumpamaan yang kita dengarkan hari ini, tidak berpikir seperti pikiran dan perhitungan manusia. Penabur itu menaburkan benih yang baik ke semua tempat, walaupun dia tahu benih yang jatuh ke tanah yang berbatu-batu dan ke tanah yang berduri. Penabur itu tahu bahwa benih itu tidak akan bertahan hidup dan berbuah. Namun dia tidak merasa sia-sia menaburkan benih itu.
Perumpamaan ini menggambarkan warta Kerajaan Surga yang ditawarkan oleh Yesus kepada semua orang. Warta keselamatan diwartakan dan ditujukan kepada semua orang.
Warta kesalamatan itu adalah seperti benih yang baik, pada hakekatnya sangat perlu untuk manusia. Sedangkan tanah itu adalah manusia atau diri manusia itu sendiri yang mendengarkan warta itu. Sikap manusia tidak sama dalam menerima dan menanggapi warta keselamatan itu. Sikap manusia dalam menerima warta keselamatan ada yang seperti tanah yang berbagu-batu, ada yang seperti tanah yang penuh semak duri dan ada pula tanah yang subur. Sebagaimana dalam perumpamaan tadi, Allah mewartakan keselamtan kepada semua orang tanpa terkeculai, Allah tidak memilih-milih orang, atau warta keselamatan itu tidak hanya diperuntukkan untuk orang tertentu atau bukan hanya orang yang baik seumpama tanah yang subur. Tuhan tahu bahwa tidak semua orang seperti tanah yang subur dalam menanggapi warta keselamatan.
Namun Yesus tidak peduli akan hal itu, warta keselamatan tetap harus ditawarkan kepada semua orang.
Justru kita bersyukur bahwa Tuhan tidak berpikir seperti pikiran kita. Kalau sekiranya Tuhan berpikir seperti pikiran dan perhitungan manusia, mungkin saja warta keselamatan itu tidak sampai kepada kita dan kita tidak selamata. Hal ini kita katakan karena tentunya mungkin saja tidak ada atau tidak semua kita seperti tanah yang subur menjadi tempat benih sabda itu tumbun dan berbuah. Oleh sebab itu, patutlah kita bersyukur kepada Tuhan karena Dia berkenan mewartakan warta keselamatan kepada kita, walaupun kita tahu kita mungkin seperti tanah yang berbatu-batu dan bersemak berduri. Yesus memberi kesempatan kepada kita untuk menerima warta keselamatan itu.
Oleh sebab itu, sekarang menjadi tugas kita adalah agar mengupayakan hidup kita menjadi tanah yang subur, agar benih itu tumbuh dan berbuah. Sebagaimana dalam dunia pertanian, agar tanah itu tetap subur, kita harus mengolahnya dengan baik dan mungkin bila perlu menambah pupuk untuk menambah kesuburan tanah. Maka kitapun harus senantiasa mengolah hidup rohani kita, yakni dengan hidup doa pribadi, dengan memberi waktu untuk mendengarkan atau membaca sabda Tuhan lewa bacaan Kitab Suci atau bacaan rohani, terlibat dalam kegiatan-kegiatan rohani dan pada akhirnya berusaha menghayati sabda Tuhan dalam hidup kita. Bila sudah demikian, warta keselamatan dan sabda Tuhan bukan hanya sekedar tumbuh tetapi berbuah berlimpat ganda. Amin.
0 comments:
Post a Comment
Syalom. Terimakasih atas kunjungan dan komentarnya.Semoga Tuhan memberkati para Saudara.