RENUNGAN HARI BIASA: SABTU 9 FEBRUARI 2013
(Aloisius Versiglia, Callistus Caravario)
Ibr. 13:15-17,20-21; Mzm. 23:1-3a,3b-4,5,6; Mrk. 6:30-34
BACAAN INJIL:
Kemudian rasul-rasul itu kembali berkumpul dengan Yesus dan memberitahukan kepada-Nya semua yang mereka kerjakan dan ajarkan. Lalu Ia berkata kepada mereka: "Marilah ke tempat yang sunyi, supaya kita sendirian, dan beristirahatlah seketika!" Sebab memang begitu banyaknya orang yang datang dan yang pergi, sehingga makanpun mereka tidak sempat. Maka berangkatlah mereka untuk mengasingkan diri dengan perahu ke tempat yang sunyi. Tetapi pada waktu mereka bertolak banyak orang melihat mereka dan mengetahui tujuan mereka. Dengan mengambil jalan darat segeralah datang orang dari semua kota ke tempat itu sehingga mendahului mereka. Ketika Yesus mendarat, Ia melihat sejumlah besar orang banyak, maka tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka seperti domba yang tidak mempunyai gembala. Lalu mulailah Ia mengajarkan banyak hal kepada mereka.
RENUNGAN
Cuti dari pekerjaan merupakan hak dari setiap orang. Sangat wajar bila orang mengambil beberapa hari keluar dari pekerjaan atau rutinitasnya dengan mengisinya dengan kegiatan pribadi. Cuti bisa diisi dengan santai di rumah, atau rekreasi dan juga ada yang mengisi dengan ziarah rohani. Intinya orang keluar sejenak dari rutinitas pekerjaan sehari-hari dengan mengisinya dengan kegiatan di luar pekerjaan. Apa yang dilakukan, tentu tidak melakukan kebiasaan pekerjaan sehari-hari.
Hal yang sama kiranya kita dengarkan dalam Injil hari ini. Para murid yang diutus kembali berkumpul dengan Yesus dan memberitahukan kepada-Nya semua yang mereka kerjakan dan ajarkan. Mereka pasti sudah lelah, karena itu Yesus mengajak mereka untuk pergi ke tempat sunyi agar mereka sendirian dan beristirahat. Yesus mengajak para murid cuti.
Namun kiranya cuti yang dimaksudkan oleh Yesus bukanlah dalam arti yang biasa kita lakukan, yakni santai dan rekreasi. Yesus mengajak para murid mengasingkan diri adalah untuk merenungkan perjalanan hidup mereka dan juga tentunya untuk merenungkan karya pelayanan yang sudah mereka lakukan.
Namun ketika mereka sampai di tempat sunyi, Yesus melihat banyak orang yang mengikuti dan menanti Dia. Yesus yang semula ingin menyendiri dengan para murid, tidak tega melihat dan membiarkan orang-orang banyak itu yang rindu dan seperti domba yang kehilangan gembalanya. Sehingga pada akhirnya Yesus tidak jadi menyendiri, tetapi mengajar mereka.
Sungguh Yesus tidak pernah lelah memperhatikan dan berbuat baik kepada manusia. Yesus lebih mementingkan kepentingan manusia dibanding kepentingan diri-Nya sendiri. Seluruh hidup Yesus, Dia berikan untuk manusia.
Dalam kesibukan kita setiap hari, kita tentu menghabiskan waktu untuk pekerjaan dan untuk hidup kita.
Kita juga perlu mengambil cuti atau mengambil beberapa waktu keluar dari rutinitas pekerjaan harian, pergi ke tempa sunyi. Pergi ke tempat sunyi bukan berarti hanya pergi ke tempat tertentu, tetapi tempat sunyi yang dimaksud adalah suasana di mana kita terlepas dari kesibukan harian dan tinggal sendiri bersama dengan Yesus. Dalam kesendirian bersama dengan Yesus, kita merenungkan bagaimana perjalanan hidup kita, kita merenungkan apakah dalam menjalankan tugas itu apakah kita juga sudah hidup seturut kehendak Tuhan. Dalam kesendirian bersama dengan Yesus, kita menimba kekuatan baru dan mencari kehendak Tuhan bagi hidup kita.
Dengan demikian, cuti dari pekerjaan harian tidak selamanya harus rekreasi, bersenang-senang melampiaskan kesenangan diri yang tertunda karena kesibukan harian dalam pekerjaan.
Banyak orang menganggap demikian, sehingga mengusi cuti dengan kegiatan yang memang menyenangkan diri tetapi sia-sia belaka. Sia-sia yang kami maksudkan adalah cuti yang diisi itu tidak memberi kesegaran baru bagi kita, karena hanya kita isi dengan kesenangan diri.
Apa yang dialami oleh Yesus ketika pergi ke tempat sunyi untuk menyendiri tetapi malah bertemu dengan banyak orang dan akhirnya mengajar mereka, bisa kita mengerti bahwa masa-masa cuti harus kita isi dengan kegiatan yang bermanfaat bagi banyak orang. Artinya, kita setiap hari sudah menghabiskan waktu dan tenanga untuk mengurusi pekerjaan kita, yang semuanya demi kepentingan kita, sehingga kita perlu mengambil waktu sejenak keluar dari pekerjaan harian itu dengan mengisi kegiatan yang berguna untuk banyak orang. Perlu kiranya kita memberi waktu untuk sesama kita, membantu sesama yang membutuhkan kita.Janganlah kiranya waktu kita habis hanya untuk pekerjaan dan hanya untuk memikirkan kepentingan kita sendiri. Amin.
0 comments:
Post a Comment
Syalom. Terimakasih atas kunjungan dan komentarnya.Semoga Tuhan memberkati para Saudara.