RENUNGAN HARI BIASA:
SABTU 22 SEPTEMBER 2012
(Ignatius dr Santhi, Yohanes Maria dr Salib, Yusuf Calasanz Marqus, Henrikus Saiz)
1Kor 15:35-37,42-49, Mzm 56:10,11-12,13-14, Luk 8:4-15
BACAAN INJIL:
Ketika orang banyak berbondong-bondong datang, yaitu orang-orang yang dari kota ke kota menggabungkan diri pada Yesus, berkatalah Ia dalam suatu perumpamaan: "Adalah seorang penabur keluar untuk menaburkan benihnya. Pada waktu ia menabur, sebagian benih itu jatuh di pinggir jalan, lalu diinjak orang dan burung-burung di udara memakannya sampai habis. Sebagian jatuh di tanah yang berbatu-batu, dan setelah tumbuh ia menjadi kering karena tidak mendapat air. Sebagian lagi jatuh di tengah semak duri, dan semak itu tumbuh bersama-sama dan menghimpitnya sampai mati. Dan sebagian jatuh di tanah yang baik, dan setelah tumbuh berbuah seratus kali lipat."
Setelah berkata demikian Yesus berseru: "Siapa mempunyai telinga untuk mendengar, hendaklah ia mendengar!" Murid-murid-Nya bertanya kepada-Nya, apa maksud perumpamaan itu. Lalu Ia menjawab: "Kepadamu diberi karunia untuk mengetahui rahasia Kerajaan Allah, tetapi kepada orang-orang lain hal itu diberitakan dalam perumpamaan, supaya sekalipun memandang, mereka tidak melihat dan sekalipun mendengar, mereka tidak mengerti.
Inilah arti perumpamaan itu: Benih itu ialah firman Allah. Yang jatuh di pinggir jalan itu ialah orang yang telah mendengarnya; kemudian datanglah Iblis lalu mengambil firman itu dari dalam hati mereka, supaya mereka jangan percaya dan diselamatkan. Yang jatuh di tanah yang berbatu-batu itu ialah orang, yang setelah mendengar firman itu, menerimanya dengan gembira, tetapi mereka itu tidak berakar, mereka percaya sebentar saja dan dalam masa pencobaan mereka murtad. Yang jatuh dalam semak duri ialah orang yang telah mendengar firman itu, dan dalam pertumbuhan selanjutnya mereka terhimpit oleh kekuatiran dan kekayaan dan kenikmatan hidup, sehingga mereka tidak menghasilkan buah yang matang. Yang jatuh di tanah yang baik itu ialah orang, yang setelah mendengar firman itu, menyimpannya dalam hati yang baik dan mengeluarkan buah dalam ketekunan."
RENUNGAN:
Perumpamaan yang kita dengarkan hari ini tentu sudah biasa kita dengarkan dan kita sudah mengerti maksudnya karena Yesus sendiri menjelaskannya. Maka kiranya kali ini tidak perlu dijelaskan secara panjang lebar.
Namun kita diingatkan kembali bahwa penabur yang diumpamakan dalam perumpamaan ini adalah Tuhan sendiri sedangkan benih yang ditaburkan adalah sabda Tuhan.
Kualitas Sang Penabur dan yang ditaburkan tentu tidak diragukan lagi. Sang Penabur adalah Tuhan sendiri dan sabda yang ditaburkan adalah Kerajaan Allah yang membawa manusia ke kehidupan dan kebahagiaan kekal.
Melihat dari segi penabur dan benih yang ditaburkan, tentu benih itu seharusnya tumbuh berkembang dan berbuah. Namun kenyataannya sebagaimana dikatakan oleh Yesus, benih yang ditaburkan itu tidak semuanya tumbuh dan berbuah, bahkan ada yang mati.
Benih sabda Tuhan yang ditaburkan itu tumbuh dan berbuah atau sebaliknya bukan karena faktor si penabur dan kualitas benih itu, tetapi tergantung tanah tempat benih itu ditaburkan yang dalam hal ini adalah diri si penerima. Memang selain itu Yesus mengatakan adanya faktor lain yang menghalangi sabda Tuhan itu tumbuh dan berkembang yakni situasi dari luar atau tantangan hidup atau setan yang tidak menghendaki sabda itu tumbuh dan berkembang. Namun kiranya yang terpenting dan utama adalah keadaan orang yang menerima sabda itu.
Sabda Yesus hari ini mengingatkan kita kembali bahwa Allah telah menaburkan sabda-Nya kepada kita semua. Allah tidak memilih-milih orang dan tidak memperhitungkan orang yang ditaburi sabda Tuhan. Sikap Allah demikian bukan karena mau menyia-nyiakan sabda itu, tetapi karena Allah menghendaki semua orang mendengar sabda-Nya dan semua orang diselamatkan.
Namun kita perlu bertanya, “Apakah sabda itu yang telah disampaikan kepada kita telah tumbuh berkembang dan berbuah dalam hidup kita?
Sabda Allah dan kasih-Nya adalah jalan membawa kita ke kehidupan dan kebahagiaan kekal. Sabda itu tidak tumbuh berkembang dalam hidup kita memang juga karena ada tantangan dari luar diri kita, tetapi yang terutama agar sabda itu tumbuh dan berkembang adalah tergantung dari diri kita sendiri. Dalam hal ini, dari kita dituntut usaha agar menjadikan diri kita menjadi lahan yang subur untuk menjadi tempat tumbuh dan berkembangnya sabda itu. Agar sabda itu tumbuh dan berbuah, kita harus terbuka menerima sabda itu dan berusaha menghayatinya dalam hidup.
Seringkali diri kita tidak menjadi tempat yang subur adalah karena kita belum memiliki keyakinan yang kuat kepada Tuhan. Kita tidak yakin bahwa Tuhan adalah Allah yang mahakuasa dan mahakasih yang senantiasa memberkati kita sehingga kita seringkali begitu khawatir akan hidup ini. Karena khekawatiran yang begitu besar atas hidup ini, seringkali membuat kita sibuk dengan kesibukan diri, lupa untuk membina hidup kerohanian kita. Dengan demikian, hidup kita menjadi lahan yang kering dan tandus. Maka baiklah kita berusaha memperdalam iman kita dan membina hidup kerohanian kita supaya hidup kita menjadi lahan yang subur untuk tumbuh dan berbuahnya sabda Tuhan yang ditaburkan kepada kita. Amin.
0 comments:
Post a Comment
Syalom. Terimakasih atas kunjungan dan komentarnya.Semoga Tuhan memberkati para Saudara.