RENUNGAN HARIAN: MASA BIASA PEKAN VIII
SABTU 2 Juni 2012
(Marselinus & Petrus, Yohanes Baptista Skalabrini, Feliks dr Nikosia)
Yud 17,20b-25,Mzm 63:2,3-4,5-6, Mrk 11:27-33
BACAAN INJIL:
Lalu Yesus dan murid-murid-Nya tiba pula di Yerusalem. Ketika Yesus berjalan di halaman Bait Allah, datanglah kepada-Nya imam-imam kepala, ahli-ahli Taurat dan tua-tua, dan bertanya kepada-Nya: "Dengan kuasa manakah Engkau melakukan hal-hal itu? Dan siapakah yang memberikan kuasa itu kepada-Mu, sehingga Engkau melakukan hal-hal itu?" Jawab Yesus kepada mereka: "Aku akan mengajukan satu pertanyaan kepadamu. Berikanlah Aku jawabnya, maka Aku akan mengatakan kepadamu dengan kuasa manakah Aku melakukan hal-hal itu. Baptisan Yohanes itu, dari sorga atau dari manusia? Berikanlah Aku jawabnya!" Mereka memperbincangkannya di antara mereka, dan berkata: "Jikalau kita katakan: Dari sorga, Ia akan berkata: Kalau begitu, mengapakah kamu tidak percaya kepadanya? Tetapi, masakan kita katakan: Dari manusia!" Sebab mereka takut kepada orang banyak, karena semua orang menganggap bahwa Yohanes betul-betul seorang nabi. Lalu mereka menjawab Yesus: "Kami tidak tahu." Maka kata Yesus kepada mereka: "Jika demikian, Aku juga tidak mengatakan kepadamu dengan kuasa manakah Aku melakukan hal-hal itu."
RENUNGAN:
Akhir-akhir ini toleransi beragama di negara kita ini sungguh memprihatinkan. Bahkan karena begitu memprihatinkan, kebebasan beragama di negara kita ini (Indonesia) mendapat perhatian serius dalam sidang Universal Periodic Review (UPR) Dewan HAM PBB di Jenewa, Swiss, pekan lalu, yang diikuti oleh 74 negara termasuk Indonesia tersebut, sebanyak 25 negara mencecar Indonesia dengan berbagai pertanyaan seputar permasalahan kebebasan beragama yang ada di Indonesia.
Buramnya kebebasan beragama di Indonesia ini dilakukan oleh kelompok tertentu yang mengatasnamakan agama tertentu. Memang mereka itu mungkin hanya sebagian kecil dari kelompok agama itu, tetapi mereka bagian dari kelompok agama itu dan mengatasnamakan kelompok agama itu sendiri. Kelompok itu justru bagian dari kelompok agama yang jumlahnya lebih banyak di negera kita ini.
Kelompok ini merasa bahwa hanya kelompok merekalah yang benar, yang boleh ada di negara ini sedangkan yang lain harus ditiadakan. Oleh sebab itu, ketika mereka melihat ada kelompok agama lain mulai muncul, mulai berkembang, mereka merasa terancam dan mereka mulai melakukan aksi penolakan dan bahkan penghilangan kelompok itu. Kelompok ini hampir selalu melakukan penolakan keberadaan kelompok agama lain, walaupun yang dilakukan oleh kelompok lain itu adalah hal yang baik.
Kelompok ini pasti juga melihat bahwa yang dilakukan kelompok lain adalah baik, tetapi mereka tidak mau menerima dan mengakui hal itu, karena menganggap bahwa yang meraka anutlah yang paling benar. Mungkin pasti, masih banyak alasan mereka kelompok ini menolak kehadiran kelompok lain.
Hal yang demikian juga kiranya sudah dialami oleh Yesus. Ketika Yesus mengajarkan hal kerajaan Allah dan melakukan kebenaran, imam-imam kepala, ahli-ahli Taurat dan tua-tua, dan bertanya kepada-Nya: "Dengan kuasa manakah Engkau melakukan hal-hal itu? Dan siapakah yang memberikan kuasa itu kepada-Mu, sehingga Engkau melakukan hal-hal itu?" Mereka mempertanyakan apa yang dilakukan oleh Yesus. Dari segi tindakan, apa yang diajarkan dan dilakukan oleh Yesus adalah benar, yakni melarang orang berjualan di sekitar Bait Allah, karena Bait Allah adalah tempat berdoa namun telah menjadi tempat yang ramai, tempat berbisni. Yesus menegaskan kekudusan Bait Allah. Tindakan ini sungguh benar, tetapi malah dipertanyakan oleh imam-imam kepala, ahli-ahli Taurat dan tua-tua. Mengapa? Tentu tidak ada bedanya dengan apa yang dilakukan oleh kelompok yang menolak agama lain yang terjadi di negara kita ini.
Menghadapi tantangan demikian, Yesus berlaku bijaksana. Yesus tidak takut menghadapi tantangan atas apa yang diajarkan dan dilakukannya. Walaupun ada yang menolak apa yang dilakukan-Nya, Yesus tidak menarik perbuatan benar yang dilakukannya, juga tidak menghadapi dengan kekerasan. Tetapi Yesus menghadapi penolakan itu dengan suatu ajaran agar penolak itu berpikir akan kebenaran. Namun kiranya hati mereka itu sudah bebal, sehingga tetap tidak mau mengakui dan mengatakan yang benar.
Apa yang dilakukan oleh Yesus hendaknya menjadi suatu pengajaran dan teladan bagi kita, Yesus mengajak kita untuk tidak takut mengatakan dan melakukan yang benar, walaupun pasti ada saja yang menolak kita.
Demikian juga dalam beriman, sama seperti Yesus yang mengalami penolakan, kitapun pasti akan mengalami penolakan dari kelompok tertentu. Namun baiklah kiranya kita tidak usah menjadi mundur sehingga tidak lagi berusaha hidup dalam beriman. Malah kita harus tetap setia dalam iman kita. Kita berusaha dan beraharap bahwa dengan kesetiaan menghayati iman itu, orang lain melihat kebenaran dari iman yang kita hanyati.
Dalam Bacaan I, Yudas juga menasihati kepada orang beriman, bahwa akan ada muncul para pengejek yang berusaha menyesatkan iman mereka. Oleh sebab itu, Yudas menasihati agar orang beriman hendaknya tetap teguh dalam iman, bahkan menunjukkan belas kasih kepada yang meragukan dan menolak iman mereka. Nasihat ini menjabarkan ajaran Yesus, bahwa dalam menghadapai penolakan yang memecah belah kita, kita tidak perlu takut, tidak perlu menjadi surut, tetapi tetap teguh dalam iman. Keteguhan kita dalam iman, itu akan menjadi penegasan akan kebenaran iman kita kepada orang-orang yang meragukan dan menolak iman kita.
Lebih dari itu, Yesus juga mengajarkan kepada kita agar kita menjadi orang yang berani mengatakan dan melakukan kebaikan dan kebenaran. Janganlah kiranya kita takut mengatakan dan melakukan yang baik dan benar, karena takut kepada orang lain. Juga baiklah kiranya kita juga mau melihata dan mengakui kebaikan dalam diri sesama, jangan seperti orang-orang yang mempertanyakan kuasa Yesus. Namun hal ini bisa kita lakukan, kalau kita membuang sikap sombong dari dalam diri kita, kita harus menyungkirkan sikap merasa lebih hebat dari orang lain. Selama kita merasa diri lehih hebat dan harus lebih hebat dari orang lain, selama kesombongan ada dalam diri kita, kita tidak akan mampu menerima dan mengakui kebaikan yang ada dan yang dilakukan oleh orang lain.
Oleh karena itu, mari juga kita tanamkan dan hayati kerendahan hati dalam diri kita. Kerendahan hati menjadi salah satu keutamaan kristiani. Amin.
0 comments:
Post a Comment
Syalom. Terimakasih atas kunjungan dan komentarnya.Semoga Tuhan memberkati para Saudara.