RENUNGAN HAR BIASA:
HARI SENIN, 4 Juni 2012
(Yakobus dr Viterbo, Petrus dr Verona)
2Ptr 1:1-7, Mzm 91:1-2,14-15ab,15c-16, Mrk 12:1-12
BACAAN INJIL:
Lalu Yesus mulai berbicara kepada mereka dalam perumpamaan: "Adalah seorang membuka kebun anggur dan menanam pagar sekelilingnya. Ia menggali lobang tempat memeras anggur dan mendirikan menara jaga.
Kemudian ia menyewakan kebun itu kepada penggarap-penggarap lalu berangkat ke negeri lain. Dan ketika sudah tiba musimnya, ia menyuruh seorang hamba kepada penggarap-penggarap itu untuk menerima sebagian dari hasil kebun itu dari mereka. Tetapi mereka menangkap hamba itu dan memukulnya, lalu menyuruhnya pergi dengan tangan hampa. Kemudian ia menyuruh pula seorang hamba lain kepada mereka. Orang ini mereka pukul sampai luka kepalanya dan sangat mereka permalukan.
Lalu ia menyuruh seorang hamba lain lagi, dan orang ini mereka bunuh. Dan banyak lagi yang lain, ada yang mereka pukul dan ada yang mereka bunuh. Sekarang tinggal hanya satu orang anaknya yang kekasih. Akhirnya ia menyuruh dia kepada mereka, katanya: Anakku akan mereka segani.
Tetapi penggarap-penggarap itu berkata seorang kepada yang lain: Ia adalah ahli waris, mari kita bunuh dia, maka warisan ini menjadi milik kita. Mereka menangkapnya dan membunuhnya, lalu melemparkannya ke luar kebun anggur itu. Sekarang apa yang akan dilakukan oleh tuan kebun anggur itu? Ia akan datang dan membinasakan penggarap-penggarap itu, lalu mempercayakan kebun anggur itu kepada orang-orang lain.
Tidak pernahkah kamu membaca nas ini: Batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan telah menjadi batu penjuru: hal itu terjadi dari pihak Tuhan, suatu perbuatan ajaib di mata kita." Lalu mereka berusaha untuk menangkap Yesus, karena mereka tahu, bahwa merekalah yang dimaksudkan-Nya dengan perumpamaan itu. Tetapi mereka takut kepada orang banyak, jadi mereka pergi dan membiarkan Dia.
RENUNGAN:
Pemiliki kebun anggar dalam perumpamaan ini sungguh seorang pemilik yang sangat baik hati. Pemilik kebun anggur itu menyiapkan segala sesuatu yang perlu agar anggur itu menghasilkan buah yang baik dan aman. Kebun anggur itu dipercayakannya kepada para penggarap-penggarap. Ketika tiba musim panen, tentu sebagai pemilik, dia punya hak untuk mendapatkan sebagian dari hasil dari kebun yang dia sewakan. Untuk itu dia menyuruh hambanya untuk menerima sebagian dari hasil kebun anggur itu. Namun apa yang terjadi, para penyewa itu bukan hanya tidak memberi, malahan memukuli para hamba yang disuruh oleh tuan itu.
Demikian terjadi setiap dia menyuruh hambanya untuk menerima sebagian dari hasil kebun itu, bahkan ada hamba yang mereka bunuh. Hingga pada akhirnya pemilik kebun anggur itu menyuruh anaknya meminta sebagian dari hasil kebun itu, dengan pikiran bahwa anaknya pasti disegani oleh penggarap-penggarap kebun itu. Namun anaknyapun mereka bunuh dan lempar keluar dari kebun anggur itu.
Dalam perumpamaan ini sungguh kelihatan jelas kejahatan para penggarap kebun anggur itu. Mereka merasa bahwa kebun itu milik mereka, mereka tidak sadar bahwa pemilik itu sudah sungguh berbaik hati mau menyewakan kebun itu kepada mereka, dan pemilik itu hanya meminta sebagian dari hasil kebun itu, bukan meminta semua hasil. Hal yang wajar bila seorang pemilik meminta sebagian dari hasil kebunnya. Namun penggarap-penggarap itu bukan hanya sekedar tidak mau memberi sebagian dari hasil kebun itu kepada pemiliknya, tetapi ingin merampas kebun itu, dan ingin menjadikan kebun itu sebagai milik mereka.
Perumpamaan ini adalah gambaran Allah yang sangat baik hati, sedangkan kebun anggur adalah hidup kita, dan penggarap-penggarap itu adalah kita. Hidup kita ini adalah anugerah Allah dan kita hidup itu dipercayakan oleh Allah kepada kita untuk kita garap-garap. Allah mempercayakan hidup yang baik kepada kita, bukan sekedar hidup. Karena seperti pada kebun anggur itu, pemilik menyediakan segala sesuatu yang perlu agar kebun anggur itu aman, tumbuh menghasilkan buah, demikianpun Allah memberkati dan menyediakan segala sesuatu agar hidup kita berbuah. Allah sebagai pemilik hidup yang dipercayakan kepada kita, tentu punya hak meminta sebagian dari buah hasil hidup itu, bukan meminta semuanya.
Namun apa yang terjadi?
Seringkali terjadi banyak orang atau kita menganggap bahwa hidup ini adalah milik kita, sehingga merasa hasil dari buah hidup itu hanya untuk kita. Orang merasa bahwa buah dari hidupnya adalah hasil kerja kerasnya, bukan karena anugerah Allah sehingga semuanya untuk dirinya. Namun ingatlah bahwa hidup itu adalah anugerah yang dipercayakan Allah kepada kita masing-masing untuk kita garap dan buahnya harus kita berikan sebagian kepada Allah.
Memberikan sebagian hasil dari buah hidup kita berarti kita mau berbagi buah kehidupan kepada Allah lewat gereja-Nya dan sesama.
Namun banyak orang yang hanya menikmati sendiri buah dari hidup itu, begitu pelitnya untuk berbagi kepada Gereja dan sesama yang membutuhkan. Pada umumnya, kalaupun berbagi kepada sesama atau Gereja, itupun seringkali jumlahnya jauh lebih sedikit daripada yang dihabiskan untuk kesenangan pribadi. Terkadang lebih banyak yang dihabiskan untuk hoby pribadi, misalnya untuk makanan anjing peliharaannya daripada yang dipersembahkannya kepada Gereja atau kepada sesama.
Hidup itu harus menghasilkan buah dan sebagian harus kita persembahkan kepada pemilik yakni Tuhan.
Namun ada orang yang merasa tidak bisa memberikan apa-apa dari hidupnya karena tidak memiliki apa-apa. Atau ada orang yang merasa Tuhan memberi hidup yang kurang baik sehingga tidak dapat menghasilkan buah sebagaimana yang diharapkan oleh Tuhan. Ini tentu tidak benar. Sebab Tuhan memberi hidup dan menyediakan segala sesuatu yang perlu untuk hidup itu agar menghasilkan buah. Hanya persoalannya, kita yang tidak bisa melihatnya sebagai anugerah Allah, tidak bersyukur dan tidak mampu menggarapnya dengan baik. Amin.
0 comments:
Post a Comment
Syalom. Terimakasih atas kunjungan dan komentarnya.Semoga Tuhan memberkati para Saudara.