RENUNGAN HARI BIASA PEKAN XXXIII, Jumat 18 Nopember 2011
(Pemberkatan Gereja-gereja Basilik St.Petrus & Paulus, Rasul)
1Mak 4:36-37,52-59, MT 1Taw 29:10,11abc,11d-a2a,12bcd, Luk 19:45-48
(Pemberkatan Gereja-gereja Basilik St.Petrus & Paulus, Rasul)
1Mak 4:36-37,52-59, MT 1Taw 29:10,11abc,11d-a2a,12bcd, Luk 19:45-48
BACAAN INJIL:
Lalu Yesus masuk ke Bait Allah dan mulailah Ia mengusir semua pedagang di situ, kata-Nya kepada mereka: "Ada tertulis: Rumah-Ku adalah rumah doa. Tetapi kamu menjadikannya sarang penyamun." Tiap-tiap hari Ia mengajar di dalam Bait Allah. Imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat serta orang-orang terkemuka dari bangsa Israel berusaha untuk membinasakan Dia, tetapi mereka tidak tahu, bagaimana harus melakukannya, sebab seluruh rakyat terpikat kepada-Nya dan ingin mendengarkan Dia.
RENUNGAN:
Satu saat sehabis perayaan ekaristi di stasi, saya melihat umat langsung menyalakan rokok dan merokok di dalam gereja. Saya melarang beliau dan mengatakan bahwa di dalam Gereja maupun di pintu teras umat tidak boleh merokok. Sambil mematikan rokoknya dia menjawab, “Loh, ini kan bukan gereja paroki pastor, dan toh di sini tidak ada Tabernakel.” Suatu jawaban yang mungkin logis. Dari cerita bebarapa umat, umat masih seringkali merokok di gereja, orang tidak merokok hanya kalau pastor datang ke stasi. Inilah suatu kenyataan di beberapa gereja kita, umat tidak bisa lagi menghayati nilai kekudusan gedung gereja sebagai tempat yang dikuduskan untuk Tuhan. Masih banyak umat yang menganggap bahwa gedung gereja tidak ada ubahnya seperti gedung serbaguna dan bahkan kedai tuak sehingga kurang menjaga kesakralan gedung gereja. Malahan kerap terjadi, umat kalau di rumah sungguh menjaga kebersihan, mengajar anaknya agar tidak membuang sampah sembarangan di dalam rumah, membuka sepatu atau sandal bila di dalam rumah, tetapi hal sebaliknya saat di gereja, umat kurang menjaga kebersihan, malahan dengan seenaknya membuang tissu atau memberi makan anaknya saat di dalam gereja dan bungkusnya dibiarkan begitu saja di dalam gereja.
Kenyataan ini terjadi di daerah pedalaman karena kurangnya pemahaman dan keyakinan umat bahwa gereja adalah tempat yang dikuduskan bagi Tuhan. Namun hal ini juga bisa kurang dipahami karena kenyataan banyak bentuk dan mutu gedung gereja di pedesaan kurang mendukung nilai kekudusan gedung gereja tersebut karena gereja itu sangat sederhana, jauh dari keindahan dan bahkan seringkali jauh lebih bagus rumah umat sekitar. Gedung gereja yang sangat sederhana, yang sebenarnya tidak layak itu bisa memperngaruhi penghargaan dan penghayatan umat akan kesakralan gedung gereja tersebut. Dari sebab itulah, gedung gereja hendaknya juga mendukung hakekat gereja itu sendiri. Namun untuk daerah-daerah pedesaan atau pedalaman, hal ini umumnya sulit diwujudkan karena pada umumnya banyak gereja di pedalaman sebeanarnya dari segi fisik tidak mendukung kekudusan gereja itu sendiri, karena umat tidak mempunyai biaya untuk membangun gedung gereja yang layak.
Namun kiranya penghayatan umat akan nilai luhur atau kekudusan gedung gereja tidak sepenuhnya ditentukan oleh bentuk fisik bangunan tersebut. Sebab yang menjadikan gedung gereja itu dikuduskan adalah iman bahwa gereja itu disepersembahkan kepada Tuhan sebagai tempat umat untuk bertemu dengan Allah, tempat umat bersama-sama memuji memuliakan Allah. Kalau umat sungguh-sungguh hidup dalam iman, tentu bagaimanapun jeleknya gedung gereja itu, umat akan tetap menjaga kebersihan, memelihara dan menjaga sikap selama berada di dalam gereja atau disekitarnya.
Apa yang kami katakan di atas tentu tidak atau hampir tidak pernah terjadi di gereja-gereja yang ada di kota-kota. Sebab pada umumnya gedung gereja di kota-kota bentuknya sangat bagus, mewah, anggun dan malah yang mana semuanya itu sangat mendukung penghayatan umat akan keyakinan bahwa gereja adalah tempat yang kudus. Juga suatu kenyataan bahwa gedung gereja di kota-kota jelas jauh lebih bagus daripada rumah sendiri. Namun bukan berarti bahwa sudah semua umat sungguh menghayati kekudusan gereja itu. Sebab kitapun bisa menjadi gereja menjadi sarang penyamun sebagaimana yang dikatakan oleh Yesus dalam injil hari ini. Hal ini bisa terjadi bila mana kita tidak berlaku sopan saat berada di dalam gereja. Sebab sudah suatu hal yang biasa kita temui bahwa orang datang ke gereja dengan berpaikan yang biasa dipakai ke mall-mall, atau ke tempat rekreasi atau bahkan memakai pakaian yang layaknya dipakai ke pantai. Ada juga yang memakai sandal jepit yang biasa dipakai ke kamar mandi. Seringkali alasan yang dilontarkan adalah bahwa yang terpenting bukan pakaian atau apa yang dikenakan, tetapi hati yang datang untuk memuji Tuhan. Aneh memang, bila kita menghadiri suatu resepsi atau menghadiri rapat, kita pasti mengenakan pakaian yang layak dan pantas, tetapi untuk menghadiri perjamuan Tuhan di gereja kita justru mengenakan pakaian atau alas kaki yang tidak layak. Memang benar, yang penting adalah hati, tetapi penampilan luar juga menampilkan isi hati atau isi iman kita selama di dalam gereja.
Selain itu, juga kita menjadikan gereja sebagai sarang penyamun bila mana kita tidak berlaku sopan selama di dalam gereja. Lebih parah lagi bila hati dan pikiran kita tidak bersih, misalnya di dalam gereja kita masih sibuk memikirkan bisnis, rencana-rencana kerja, memelihara kebencian apalagi bila kita melihat orang yang kita benci juga ada di dalam gereja, dan lebih parah lagi bila di dalam gereja kita malah merencanakan perbuatan yang tidak baik. Tidak sedikit umat yang datang ke gereja, badannya di gereja tetapi hati dan pikirannya menembus dinding gereja dan malah jauh di tempat lain.
Oleh sebab itu, baiklah teguran Yesus dalam injil hari ini kita perhatikan dan kita renungkan. Sejauhmana penghayatan kita akan kekudusan gereja sebagai tempat yang telah dikuduskan untuk Allah.
Lalu Yesus masuk ke Bait Allah dan mulailah Ia mengusir semua pedagang di situ, kata-Nya kepada mereka: "Ada tertulis: Rumah-Ku adalah rumah doa. Tetapi kamu menjadikannya sarang penyamun." Tiap-tiap hari Ia mengajar di dalam Bait Allah. Imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat serta orang-orang terkemuka dari bangsa Israel berusaha untuk membinasakan Dia, tetapi mereka tidak tahu, bagaimana harus melakukannya, sebab seluruh rakyat terpikat kepada-Nya dan ingin mendengarkan Dia.
RENUNGAN:
Satu saat sehabis perayaan ekaristi di stasi, saya melihat umat langsung menyalakan rokok dan merokok di dalam gereja. Saya melarang beliau dan mengatakan bahwa di dalam Gereja maupun di pintu teras umat tidak boleh merokok. Sambil mematikan rokoknya dia menjawab, “Loh, ini kan bukan gereja paroki pastor, dan toh di sini tidak ada Tabernakel.” Suatu jawaban yang mungkin logis. Dari cerita bebarapa umat, umat masih seringkali merokok di gereja, orang tidak merokok hanya kalau pastor datang ke stasi. Inilah suatu kenyataan di beberapa gereja kita, umat tidak bisa lagi menghayati nilai kekudusan gedung gereja sebagai tempat yang dikuduskan untuk Tuhan. Masih banyak umat yang menganggap bahwa gedung gereja tidak ada ubahnya seperti gedung serbaguna dan bahkan kedai tuak sehingga kurang menjaga kesakralan gedung gereja. Malahan kerap terjadi, umat kalau di rumah sungguh menjaga kebersihan, mengajar anaknya agar tidak membuang sampah sembarangan di dalam rumah, membuka sepatu atau sandal bila di dalam rumah, tetapi hal sebaliknya saat di gereja, umat kurang menjaga kebersihan, malahan dengan seenaknya membuang tissu atau memberi makan anaknya saat di dalam gereja dan bungkusnya dibiarkan begitu saja di dalam gereja.
Kenyataan ini terjadi di daerah pedalaman karena kurangnya pemahaman dan keyakinan umat bahwa gereja adalah tempat yang dikuduskan bagi Tuhan. Namun hal ini juga bisa kurang dipahami karena kenyataan banyak bentuk dan mutu gedung gereja di pedesaan kurang mendukung nilai kekudusan gedung gereja tersebut karena gereja itu sangat sederhana, jauh dari keindahan dan bahkan seringkali jauh lebih bagus rumah umat sekitar. Gedung gereja yang sangat sederhana, yang sebenarnya tidak layak itu bisa memperngaruhi penghargaan dan penghayatan umat akan kesakralan gedung gereja tersebut. Dari sebab itulah, gedung gereja hendaknya juga mendukung hakekat gereja itu sendiri. Namun untuk daerah-daerah pedesaan atau pedalaman, hal ini umumnya sulit diwujudkan karena pada umumnya banyak gereja di pedalaman sebeanarnya dari segi fisik tidak mendukung kekudusan gereja itu sendiri, karena umat tidak mempunyai biaya untuk membangun gedung gereja yang layak.
Namun kiranya penghayatan umat akan nilai luhur atau kekudusan gedung gereja tidak sepenuhnya ditentukan oleh bentuk fisik bangunan tersebut. Sebab yang menjadikan gedung gereja itu dikuduskan adalah iman bahwa gereja itu disepersembahkan kepada Tuhan sebagai tempat umat untuk bertemu dengan Allah, tempat umat bersama-sama memuji memuliakan Allah. Kalau umat sungguh-sungguh hidup dalam iman, tentu bagaimanapun jeleknya gedung gereja itu, umat akan tetap menjaga kebersihan, memelihara dan menjaga sikap selama berada di dalam gereja atau disekitarnya.
Apa yang kami katakan di atas tentu tidak atau hampir tidak pernah terjadi di gereja-gereja yang ada di kota-kota. Sebab pada umumnya gedung gereja di kota-kota bentuknya sangat bagus, mewah, anggun dan malah yang mana semuanya itu sangat mendukung penghayatan umat akan keyakinan bahwa gereja adalah tempat yang kudus. Juga suatu kenyataan bahwa gedung gereja di kota-kota jelas jauh lebih bagus daripada rumah sendiri. Namun bukan berarti bahwa sudah semua umat sungguh menghayati kekudusan gereja itu. Sebab kitapun bisa menjadi gereja menjadi sarang penyamun sebagaimana yang dikatakan oleh Yesus dalam injil hari ini. Hal ini bisa terjadi bila mana kita tidak berlaku sopan saat berada di dalam gereja. Sebab sudah suatu hal yang biasa kita temui bahwa orang datang ke gereja dengan berpaikan yang biasa dipakai ke mall-mall, atau ke tempat rekreasi atau bahkan memakai pakaian yang layaknya dipakai ke pantai. Ada juga yang memakai sandal jepit yang biasa dipakai ke kamar mandi. Seringkali alasan yang dilontarkan adalah bahwa yang terpenting bukan pakaian atau apa yang dikenakan, tetapi hati yang datang untuk memuji Tuhan. Aneh memang, bila kita menghadiri suatu resepsi atau menghadiri rapat, kita pasti mengenakan pakaian yang layak dan pantas, tetapi untuk menghadiri perjamuan Tuhan di gereja kita justru mengenakan pakaian atau alas kaki yang tidak layak. Memang benar, yang penting adalah hati, tetapi penampilan luar juga menampilkan isi hati atau isi iman kita selama di dalam gereja.
Selain itu, juga kita menjadikan gereja sebagai sarang penyamun bila mana kita tidak berlaku sopan selama di dalam gereja. Lebih parah lagi bila hati dan pikiran kita tidak bersih, misalnya di dalam gereja kita masih sibuk memikirkan bisnis, rencana-rencana kerja, memelihara kebencian apalagi bila kita melihat orang yang kita benci juga ada di dalam gereja, dan lebih parah lagi bila di dalam gereja kita malah merencanakan perbuatan yang tidak baik. Tidak sedikit umat yang datang ke gereja, badannya di gereja tetapi hati dan pikirannya menembus dinding gereja dan malah jauh di tempat lain.
Oleh sebab itu, baiklah teguran Yesus dalam injil hari ini kita perhatikan dan kita renungkan. Sejauhmana penghayatan kita akan kekudusan gereja sebagai tempat yang telah dikuduskan untuk Allah.
0 comments:
Post a Comment
Syalom. Terimakasih atas kunjungan dan komentarnya.Semoga Tuhan memberkati para Saudara.