RENUNGAN HARI BIASA PEKAN XXIV, Kamis 15 September 2011
Santa Perwan Maria Berdukacita
1Kor 12:31-13:13, atau Ibr 5:7-9, Mzm 33:2-3,4-5,12,22, Luk 7:31-35, atau Luk 2:33-35
Santa Perwan Maria Berdukacita
1Kor 12:31-13:13, atau Ibr 5:7-9, Mzm 33:2-3,4-5,12,22, Luk 7:31-35, atau Luk 2:33-35
BACAAN INJIL:
Dan bapa serta ibu-Nya amat heran akan segala apa yang dikatakan tentang Dia. Lalu Simeon memberkati mereka dan berkata kepada Maria, ibu Anak itu: "Sesungguhnya Anak ini ditentukan untuk menjatuhkan atau membangkitkan banyak orang di Israel dan untuk menjadi suatu tanda yang menimbulkan perbantahan dan suatu pedang akan menembus jiwamu sendiri, supaya menjadi nyata pikiran hati banyak orang."
RENUNGAN:
Adakah hidup yang tidak mempunyai persoalan dan penderitaan? Tentu tidak ada. Tidak ada manusia yang tidak lepas dari persoalan dan penderitaan hidup, Bunda Maria sendiri juga mengalami persoalan dan penderitaan hidup.
Hari ini kita memperingati Santa Perawan Maria yang berdukacita. Sering orang menggambarkan Maria sebagai wanita yang bahagia dalam arti dia seorang wanita atau ibu yang tidak mengalami penderitaan atau persoalan hidup. Kita menggambarkan bunda Maria sebagai wanita yang tidak menderita karena ulah suami, anaknya atau keluarganya, berbeda dengan yang dialami oleh kaum wanita atau ibu rumah tangga yang banyak mengalami persoalan dan penderitaan karena ulah suami, anak-anak, keluarga, orang lain dan ekonomi. Kiranya pemahaman seperti itu sungguh keliru. Bunda Maria tidak ada ubahnya seperti kita manusia biasa, juga mengalami penderitaan seperti yang kita alami, bahkan sebenarnya melebihi apa yang kita alami.
Penderitaan itu menghampiri kita bisa karena kesalahan kita sendiri, karena orang lain dan demi iman. Namun seringkali penderitaan itu kita alami karena kita sendiri, sehingga tentu hal ini wajar kita harus tanggung. Namun bunda Maria sebagaimana dikatakan dalam Injil hari ini, mengalami penderitaan bukan karena dari dirinya sendiri atau kesalahannya, tetapi karena demi karaya keselamatan Allah. Simeon meramalkan atau menggambarkan bahwa hati Maria akan tertusuk pedang, mengalami sakit bukan karena kesalahannya karena supaya menjadi nyata pikiran hati banyak orang. Kata-kata Simeon ini berarti bahwa Maria mengalami penderitaan hidup karena iman dan kesetiaan pada Allah juga pada rencana keselamatan Allah atas manusia. Sehingga penderitaan Maria menjadi jalan mendatangkan keselamatan bagi manusia dan sekaligus menjadi suatu pernyataan pada manusia bahwa dalam kesetiaan iman kepada Allah, kita juga harus siap menderita. Jelaslah bahwa Bunda Maria menderita karena ikut dalam karya keselamatan Allah dan demi keselamatan manusia. Penderitaan ini tentu sangat berat dan hampir tidak ada orang yang mau menderita bagi orang lain. Namun Maria melakukannya. Bahkan Gereja melihat bahwa Maria mengalami penderitaan seumur hidupnya karena keikutsertaannya dalam karya keselamatan Allah. Oleh karena itulah, Gereja hari ini memmperingati Santa Perawan Maria yang berdukacita.
Bunda Maria sanggup menerima dan mengjalani semuanya itu bukan karena dia wanita yang perkasa, tidak. Dia sama dengan kita manusia biasa dan lemah. Tetapi bunda Maria menjadi wanita yang kuat menjalani dan menerima penderitaan itu karena dia selalu setia pada Allah an selalu berserah pada Allah. Dalam hal ini coba kita ingat ketika peristiwa malaikat Gabriel mengatakan bahwa dia akan mengandung dari Roh Kudus, Maria mengatakan, “Aku ini hamba Tuhan, terjadilah padaku menurut perkataanmu”, ini adalah suatu ungkapan iman dan penyerahan diri sepenuhnya pada Allah.
Maka para Saudara putera-puteri Maria, bila penderitaan hidup menghampiri kita, mari kita belajar dan meneladan bunda Maria, yakni dengan selalu setia dan berserah diri sepenuhnya pada Tuhan. Percayalah bahwa Tuhan akan menguatkan dan membantu kita dalam mengatasi penderitaan hidup yang menghampiri kita sehingga penderitaan itu bukan lagi sesuatu yang membinasakan kita tetapi menjadi jalan menuju kepada Allah. Amin.
Dan bapa serta ibu-Nya amat heran akan segala apa yang dikatakan tentang Dia. Lalu Simeon memberkati mereka dan berkata kepada Maria, ibu Anak itu: "Sesungguhnya Anak ini ditentukan untuk menjatuhkan atau membangkitkan banyak orang di Israel dan untuk menjadi suatu tanda yang menimbulkan perbantahan dan suatu pedang akan menembus jiwamu sendiri, supaya menjadi nyata pikiran hati banyak orang."
RENUNGAN:
Adakah hidup yang tidak mempunyai persoalan dan penderitaan? Tentu tidak ada. Tidak ada manusia yang tidak lepas dari persoalan dan penderitaan hidup, Bunda Maria sendiri juga mengalami persoalan dan penderitaan hidup.
Hari ini kita memperingati Santa Perawan Maria yang berdukacita. Sering orang menggambarkan Maria sebagai wanita yang bahagia dalam arti dia seorang wanita atau ibu yang tidak mengalami penderitaan atau persoalan hidup. Kita menggambarkan bunda Maria sebagai wanita yang tidak menderita karena ulah suami, anaknya atau keluarganya, berbeda dengan yang dialami oleh kaum wanita atau ibu rumah tangga yang banyak mengalami persoalan dan penderitaan karena ulah suami, anak-anak, keluarga, orang lain dan ekonomi. Kiranya pemahaman seperti itu sungguh keliru. Bunda Maria tidak ada ubahnya seperti kita manusia biasa, juga mengalami penderitaan seperti yang kita alami, bahkan sebenarnya melebihi apa yang kita alami.
Penderitaan itu menghampiri kita bisa karena kesalahan kita sendiri, karena orang lain dan demi iman. Namun seringkali penderitaan itu kita alami karena kita sendiri, sehingga tentu hal ini wajar kita harus tanggung. Namun bunda Maria sebagaimana dikatakan dalam Injil hari ini, mengalami penderitaan bukan karena dari dirinya sendiri atau kesalahannya, tetapi karena demi karaya keselamatan Allah. Simeon meramalkan atau menggambarkan bahwa hati Maria akan tertusuk pedang, mengalami sakit bukan karena kesalahannya karena supaya menjadi nyata pikiran hati banyak orang. Kata-kata Simeon ini berarti bahwa Maria mengalami penderitaan hidup karena iman dan kesetiaan pada Allah juga pada rencana keselamatan Allah atas manusia. Sehingga penderitaan Maria menjadi jalan mendatangkan keselamatan bagi manusia dan sekaligus menjadi suatu pernyataan pada manusia bahwa dalam kesetiaan iman kepada Allah, kita juga harus siap menderita. Jelaslah bahwa Bunda Maria menderita karena ikut dalam karya keselamatan Allah dan demi keselamatan manusia. Penderitaan ini tentu sangat berat dan hampir tidak ada orang yang mau menderita bagi orang lain. Namun Maria melakukannya. Bahkan Gereja melihat bahwa Maria mengalami penderitaan seumur hidupnya karena keikutsertaannya dalam karya keselamatan Allah. Oleh karena itulah, Gereja hari ini memmperingati Santa Perawan Maria yang berdukacita.
Bunda Maria sanggup menerima dan mengjalani semuanya itu bukan karena dia wanita yang perkasa, tidak. Dia sama dengan kita manusia biasa dan lemah. Tetapi bunda Maria menjadi wanita yang kuat menjalani dan menerima penderitaan itu karena dia selalu setia pada Allah an selalu berserah pada Allah. Dalam hal ini coba kita ingat ketika peristiwa malaikat Gabriel mengatakan bahwa dia akan mengandung dari Roh Kudus, Maria mengatakan, “Aku ini hamba Tuhan, terjadilah padaku menurut perkataanmu”, ini adalah suatu ungkapan iman dan penyerahan diri sepenuhnya pada Allah.
Maka para Saudara putera-puteri Maria, bila penderitaan hidup menghampiri kita, mari kita belajar dan meneladan bunda Maria, yakni dengan selalu setia dan berserah diri sepenuhnya pada Tuhan. Percayalah bahwa Tuhan akan menguatkan dan membantu kita dalam mengatasi penderitaan hidup yang menghampiri kita sehingga penderitaan itu bukan lagi sesuatu yang membinasakan kita tetapi menjadi jalan menuju kepada Allah. Amin.
0 comments:
Post a Comment
Syalom. Terimakasih atas kunjungan dan komentarnya.Semoga Tuhan memberkati para Saudara.