RENUNGAN HARI BIASA PEKAN 12, RABU 23 JUNI 2011
(Paulinus Nola, Yohanes Fisher, Thomas More, Yulia Billiart)
Kej 15:1-12,17-18, Mzm 105:1-2,3-4,6-7,8-9, Mat 7:15-20
(Paulinus Nola, Yohanes Fisher, Thomas More, Yulia Billiart)
Kej 15:1-12,17-18, Mzm 105:1-2,3-4,6-7,8-9, Mat 7:15-20
BACAAN INJIL:
Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga. Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi nama-Mu, dan mengusir setan demi nama-Mu, dan mengadakan banyak mujizat demi nama-Mu juga? Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!" "Setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan melakukannya, ia sama dengan orang yang bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas batu. Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, tetapi rumah itu tidak rubuh sebab didirikan di atas batu. Tetapi setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan tidak melakukannya, ia sama dengan orang yang bodoh, yang mendirikan rumahnya di atas pasir. Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, sehingga rubuhlah rumah itu dan hebatlah kerusakannya." Dan setelah Yesus mengakhiri perkataan ini, takjublah orang banyak itu mendengar pengajaran-Nya, sebab Ia mengajar mereka sebagai orang yang berkuasa, tidak seperti ahli-ahli Taurat mereka.
RENUNGAN:
Pasti hampir semua orang mengenal yang namanya FB atau Facebook. Hal yang menarik, banyak orang yang berFB ria bukan hanya sekedar untuk berkenalan dengan orang lain, bukan hanya untuk bersenang-senang, tetapi banyak yang menggunakannya sebagai bentuk pewartaan iman. Dari sekian banyak orang, begitu banyak yang menuliskan kata-kata iman di dinding FB dan ada yang selalu mengutip ayat-ayat Kitab Suci. Hal ini sangat menyenangkan. Tetapi apakah semuanya keluar sebagai ungkapan iman saja, atau hanya dalam kata-kata atau tulisan saja.
Sekali waktu, di dinding seseorang tertulis demikian, “Tuhan, kasih-Mu sungguh besar, dengan apakah aku harus membalas kasih-Mu? Saya ingin memberi yang terbaik bagi-Mu.” Orang tersebut kerap menuliskan kalimat-kalimat ungkapan iman dan saya lihat orang ini sering menulis demikian. Saya berpikir bahwa dia orang beriman dan tentu murah hati karena menyadari kemurahan hati Tuhan atas dirinya. Oleh karena itu, saya beberapa kali mencoba mengirimkam gambar pembangunan Gereja Paroki di dindingnya dan juga mengirimkan pesan dan permohonan pembangunan Gereja paroki Tigalingga. Saya menunggu reaksi dari beliau, namun setelah beberapa lama saya perhatikan tidak ada tanggapan atas foto yang saya kirim dan pesan sayapun tidak berbalas. Bukannya dia tidak aktif di FB karena dindingnya selalu update setiap hari. Hal yang sama saya lakukan kepada beberapa orang, yang tentunya umat katolik, tetapi hal yang saya pula saya temukan, tidak ada tanggapan baik. Pikiran nakalku muncul dengan mengatakan bahwa sering kita begitu lihai untuk menucapkan kata-kata indah, tapi kata-kata itu tidak seindah dengan kerelaan berbuat seperti yang dikatakan. Juga seringkali kita dengan mudah untuk mengatakan ayat-ayat suci atau sabda Tuhan, namun kadang kala hanya sebagai lafal saja. Juga bisa saja kita seringkali dengan mudah mengatakan bahwa kita bersyukur atas anugerah Tuhan bagi kita dan kita ingin membalasnya, namun ketika ada sesama yang meminta pertolongan dari kita, kita mengabaikannya. Kita kadang bukannya memberi bantuan karena sebenarnya dimampukan Allah untuk memberi bantuan, tetapi kita malah memberi nasihat yang panjang-panjang. Yang baik hanya sekedar dan sebatas kata-kata, belum pada tindakan nyata.
Apa yang saya alami dan katakan di atas, tentu jangan digunakan sebagai patokan atau ukuran untuk semua orang. Gambaran di atas terlintas saat membaca sabda Yesus hari ini yang mengatakan bahwa tidak semua orang berseru ‘Tuhan,Tuhan akan masuk kerajaan surga. Namun mungkin hal demikianlah yang seringkali terjadi dalam hidup beriman. Seringkali kita menganggap bahwa hidup beriman dan untuk beroleh hidup kekal cukup hanya mengatakan bahwa kita percaya pada Tuhan. Adapula yang menganggap bahwa seseorang itu beriman kalau hafal sabda Tuhan, hafal ayat-ayat kitab suci dan menuliskannya di status FB. Semuanya itu memang juga baik, tetapi kiranyalah tidak cukup. Yesus mengatakan bahwa orang beriman hanya dalam kata-kata, mereka seperti orang yang membangun rumah di atas pasir. Tetapi orang yang mendengarkan sabda Tuhan dan melaksanakannya, mereka membangu rumah di atas batu yang kokoh sehingga bila hujan badai datang, rumah itu berdiri kokoh.
Kehidupan beriman digambarkan Yesus seperti sedang membangun rumah. Membangun rumah di atas pasir, bila kita hanya mendengar Sabda Tuhan, hanya beriman dalam kata-kata atau kalimat tetapi tidak melaksanakannya. Tetapi hidup kita sungguh merupakan suatu persiapan membangun rumah kehidupan kekal di atas batu yang kokoh bila kita mendengarkan sabda Tuhan dan melakukannya. Semoga kita menjadi pelaku-pelaku Sabda Tuhan. Amin.
Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga. Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi nama-Mu, dan mengusir setan demi nama-Mu, dan mengadakan banyak mujizat demi nama-Mu juga? Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!" "Setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan melakukannya, ia sama dengan orang yang bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas batu. Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, tetapi rumah itu tidak rubuh sebab didirikan di atas batu. Tetapi setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan tidak melakukannya, ia sama dengan orang yang bodoh, yang mendirikan rumahnya di atas pasir. Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, sehingga rubuhlah rumah itu dan hebatlah kerusakannya." Dan setelah Yesus mengakhiri perkataan ini, takjublah orang banyak itu mendengar pengajaran-Nya, sebab Ia mengajar mereka sebagai orang yang berkuasa, tidak seperti ahli-ahli Taurat mereka.
RENUNGAN:
Pasti hampir semua orang mengenal yang namanya FB atau Facebook. Hal yang menarik, banyak orang yang berFB ria bukan hanya sekedar untuk berkenalan dengan orang lain, bukan hanya untuk bersenang-senang, tetapi banyak yang menggunakannya sebagai bentuk pewartaan iman. Dari sekian banyak orang, begitu banyak yang menuliskan kata-kata iman di dinding FB dan ada yang selalu mengutip ayat-ayat Kitab Suci. Hal ini sangat menyenangkan. Tetapi apakah semuanya keluar sebagai ungkapan iman saja, atau hanya dalam kata-kata atau tulisan saja.
Sekali waktu, di dinding seseorang tertulis demikian, “Tuhan, kasih-Mu sungguh besar, dengan apakah aku harus membalas kasih-Mu? Saya ingin memberi yang terbaik bagi-Mu.” Orang tersebut kerap menuliskan kalimat-kalimat ungkapan iman dan saya lihat orang ini sering menulis demikian. Saya berpikir bahwa dia orang beriman dan tentu murah hati karena menyadari kemurahan hati Tuhan atas dirinya. Oleh karena itu, saya beberapa kali mencoba mengirimkam gambar pembangunan Gereja Paroki di dindingnya dan juga mengirimkan pesan dan permohonan pembangunan Gereja paroki Tigalingga. Saya menunggu reaksi dari beliau, namun setelah beberapa lama saya perhatikan tidak ada tanggapan atas foto yang saya kirim dan pesan sayapun tidak berbalas. Bukannya dia tidak aktif di FB karena dindingnya selalu update setiap hari. Hal yang sama saya lakukan kepada beberapa orang, yang tentunya umat katolik, tetapi hal yang saya pula saya temukan, tidak ada tanggapan baik. Pikiran nakalku muncul dengan mengatakan bahwa sering kita begitu lihai untuk menucapkan kata-kata indah, tapi kata-kata itu tidak seindah dengan kerelaan berbuat seperti yang dikatakan. Juga seringkali kita dengan mudah untuk mengatakan ayat-ayat suci atau sabda Tuhan, namun kadang kala hanya sebagai lafal saja. Juga bisa saja kita seringkali dengan mudah mengatakan bahwa kita bersyukur atas anugerah Tuhan bagi kita dan kita ingin membalasnya, namun ketika ada sesama yang meminta pertolongan dari kita, kita mengabaikannya. Kita kadang bukannya memberi bantuan karena sebenarnya dimampukan Allah untuk memberi bantuan, tetapi kita malah memberi nasihat yang panjang-panjang. Yang baik hanya sekedar dan sebatas kata-kata, belum pada tindakan nyata.
Apa yang saya alami dan katakan di atas, tentu jangan digunakan sebagai patokan atau ukuran untuk semua orang. Gambaran di atas terlintas saat membaca sabda Yesus hari ini yang mengatakan bahwa tidak semua orang berseru ‘Tuhan,Tuhan akan masuk kerajaan surga. Namun mungkin hal demikianlah yang seringkali terjadi dalam hidup beriman. Seringkali kita menganggap bahwa hidup beriman dan untuk beroleh hidup kekal cukup hanya mengatakan bahwa kita percaya pada Tuhan. Adapula yang menganggap bahwa seseorang itu beriman kalau hafal sabda Tuhan, hafal ayat-ayat kitab suci dan menuliskannya di status FB. Semuanya itu memang juga baik, tetapi kiranyalah tidak cukup. Yesus mengatakan bahwa orang beriman hanya dalam kata-kata, mereka seperti orang yang membangun rumah di atas pasir. Tetapi orang yang mendengarkan sabda Tuhan dan melaksanakannya, mereka membangu rumah di atas batu yang kokoh sehingga bila hujan badai datang, rumah itu berdiri kokoh.
Kehidupan beriman digambarkan Yesus seperti sedang membangun rumah. Membangun rumah di atas pasir, bila kita hanya mendengar Sabda Tuhan, hanya beriman dalam kata-kata atau kalimat tetapi tidak melaksanakannya. Tetapi hidup kita sungguh merupakan suatu persiapan membangun rumah kehidupan kekal di atas batu yang kokoh bila kita mendengarkan sabda Tuhan dan melakukannya. Semoga kita menjadi pelaku-pelaku Sabda Tuhan. Amin.
0 comments:
Post a Comment
Syalom. Terimakasih atas kunjungan dan komentarnya.Semoga Tuhan memberkati para Saudara.