Renungan: Kamis 2 Desember 2010
Yes 26:1-6,Mzm 118:1,8-9,19-21,25-27a, Mat 7:21,24-27
(Maria Angela Astroch, S Edmund Campion, S. Robertus Southwell)
Yes 26:1-6,Mzm 118:1,8-9,19-21,25-27a, Mat 7:21,24-27
(Maria Angela Astroch, S Edmund Campion, S. Robertus Southwell)
"Iman itu canggih di dalam dan canggih di luar".
BACAAN INJIL:
Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga. "Setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan melakukannya, ia sama dengan orang yang bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas batu. Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, tetapi rumah itu tidak rubuh sebab didirikan di atas batu. Tetapi setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan tidak melakukannya, ia sama dengan orang yang bodoh, yang mendirikan rumahnya di atas pasir. Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, sehingga rubuhlah rumah itu dan hebatlah kerusakannya."
Demikianlah Sabda Tuhan bagi kita hari ini.
PERMENUNGAN:
Zaman ini banyak ungkapan yang mengatakan, “Untuk apa beriman atau beragama, kalauh toh hidup dan perbuatannya tidak sesuai dengan ajaran iman atau agama yang dianutnya.” “Lebih baik tidak masuk agama tertentu, yang penting tetap melakukan perbuatan baik.” Masih banyak lagi ungkapan-ungkapan yang senada yang kesannya mempersoalkan dan mempertanyaan agama dan makna seseorang masuk dalam agama tertentu. Memang kenyataannya saat ini banyak orang yang begitu aktif dalam proyek kemanusiaan, tetapi bila diselidiki apa agama mereka, mereka mengatakan bahwa mereka tidak punya agama dan mengatakan bahwa mereka melakukannya bukan karena dorongan iman atau agama mereka tetapi melulu karena rasa kemanusiaan saja. Tidak jarang juga kita dengarkan bahwa di di Eropa atau di Negara Barat sana, Gereja-Gereja sudah pada tutup. Kalaupun masih ada yang bertahan, umatnya umumnya sudah tua-tua. Mengapa demikian? Mungkin bisa dikatakan bahwa saat ini banyak orang jatuh pada pola hidup ateis.
Melihat kenyataan ini, kita yang masih setia beriman dan beragama mungkin menjadi resah dan berpikir dalam hati, “Masih adakah gunanya kita setia beriman dan beragama?” Pernyataan-pernyataan di atas mucul bisa karena kenyataan bahwa banyak orang beriman yang tidak hidup seperti iman itu atau kurang menghayati imannya. Bahkan ada pula yang terjadi bahwa lembaga agama itu bukan untuk mempersatukan, bukan membawa kebersamaan tetapi menjadi pemicu perpecahan dan perselisihan. Bisa juga pernyataan itu muncul hanya sebagai alasan atau pembenaran diri dari orang-orang yang tidak mau repot dalam ikatan kebersamaan, orang yang merasa ingin bebas berbuat sesuka hatinya atau dalam arti orang yang tidak suka akan aturan-aturan hidup bersama.
Dengan demikian apapun ungkapan dan alasan yang memperdebatkan atau mempertanyakan agama, itu bukan membuat kita goyah dalam iman tetapi suatu peringatan bagi kita agar kita hidup dan menghayati iman kita. Hidup kita hendaknya selaras dan pancaran dari iman kita. Kita harus ingat apa yang pernah dikatakan oleh rasul Paulus, “Iman tanpa perbuatan, adalah sia-sia.” Dengan demikian, dari kenyataan pola hidup yang mengarah pada ateis yang menggejala saat ini, hendaknya kita merenungkan bagaimana kehidupan beriman kita. Bisa saja kita sendiri menjadi salah satu pemicu pembenaran dari ungkapan-ungkapan di atas tadi. Memang saat ini, banyak diantara kita tidak hidup sesuai dengan iman kita. Orang seringkali menganggap bahwa iman kita hanya seputar altar atau seputar dalam liturgy saja. Seakan iman dan hidup sehari-hari merupakan 2 sisi yang berbeda, yang tidak bisa disatukan. Padahal sebenarnya iman itu harus juga menjadi fondasi kehidupan kita, iman itu harus menjadi pola dasar dari kehidupan kita. Yang kami maksudnya di sini, iman itu harus diwujudnyatakan dalam perilaku hidup setiap hari. Ini pula yang diperingatkan Yesus pada kita dalam bacaan injil hari ini. Lewat pernyataan Yesus dalam injil hari ini, kita diingatkan keembali bahwa tujuan atau kerinduan kita adalah untuk meraih kebahagiaan hidup yang sekarang dan untuk sampai kepada kehidupan kekal. Jalan untuk sampai ke sana adalah dengan beriman kepada Tuhan. Dengan beriman kepada Tuhan, kita mempunyai pegangan yang jelas dan tujuan yang jelas yang akan kita capai. Sedangkan orang-orang yang pola pikirnya mengarah ke Ateis, mereka itu tidak punya pola atau pegangan yang jelas, mereka hanya digerakkan oleh rasa manusiawi belaka, dorongan situasi dan bisa saja semuanya ditunggangi oleh egoism, ambisi pribadi dan bentuk kejahatan lain yang kelihatannya samar. Mereka juga sebenarnya tidak mempunyai tujuan yang hendak dicapai, hanya sekedar dorongan manusiawi belaka. Pada dasarnya bila apa yang mereka lakukan mendapat tantangan dan perlawanan, mereka pasti akan mundur dan bila sudah melakukan apa yang mereka perbuat, pasti mereka tidak merasakan apa-apa, hanya kepuasan semu dan pada akhirnya akan meresakan kehampaan hidup. Tetapi bila perbuatan baik kita itu didorong atau diresapi oleh iman dan ajaran Gereja, maka kita punya pegangan yang kuat dan arah yang jelas untuk kita capai yakni keselamatan kekal. Pegangan dan arah ini yang akan membantu, mengarahkan dan menghindarkan kita dari hal-hal negative dari perbuatan yang kita lakukan. Iman yang menjadi dasar dan landasan perbuatan baik kita, itu yang menjadi kekuatan dasyat yang memampukan kita dapat bertahan untuk hidup dan dalam perbuatan baik dan kerinduan, harapan akan kehidupan kekal, itu pula yang menjadi pemberi semangat dan harapan untuk tetap berjuang. Inilah kiranya yang dikatakan oleh Yesus dari ungkapan, "Setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan melakukannya, ia sama dengan orang yang bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas batu.”
Oleh karena itu, marilah kita menghayati ajaran Yesus Kristus dalam perbuatan-perbuatan baik yang nyata kepada sesama. Iman itu harus diungkapkan dalam perbuatan-perbuatan nyata, yakni melaksanakan kehendak dan perintah-perintah Tuhan. Semoga.
REFLEKSI PRIBADI:
1. Apakah selama ini kita sudah menjadikan iman dan Sabda Tuhan sebagai pola dasar dan pegangan hidup kita?
2. Usahakanlah agar hari ini tidak Anda lewatkan tanpa satu perbuatan baik dan lakukanlah itu dengan diresapi iman kepada Tuhan!
Demikianlah Sabda Tuhan bagi kita hari ini.
PERMENUNGAN:
Zaman ini banyak ungkapan yang mengatakan, “Untuk apa beriman atau beragama, kalauh toh hidup dan perbuatannya tidak sesuai dengan ajaran iman atau agama yang dianutnya.” “Lebih baik tidak masuk agama tertentu, yang penting tetap melakukan perbuatan baik.” Masih banyak lagi ungkapan-ungkapan yang senada yang kesannya mempersoalkan dan mempertanyaan agama dan makna seseorang masuk dalam agama tertentu. Memang kenyataannya saat ini banyak orang yang begitu aktif dalam proyek kemanusiaan, tetapi bila diselidiki apa agama mereka, mereka mengatakan bahwa mereka tidak punya agama dan mengatakan bahwa mereka melakukannya bukan karena dorongan iman atau agama mereka tetapi melulu karena rasa kemanusiaan saja. Tidak jarang juga kita dengarkan bahwa di di Eropa atau di Negara Barat sana, Gereja-Gereja sudah pada tutup. Kalaupun masih ada yang bertahan, umatnya umumnya sudah tua-tua. Mengapa demikian? Mungkin bisa dikatakan bahwa saat ini banyak orang jatuh pada pola hidup ateis.
Melihat kenyataan ini, kita yang masih setia beriman dan beragama mungkin menjadi resah dan berpikir dalam hati, “Masih adakah gunanya kita setia beriman dan beragama?” Pernyataan-pernyataan di atas mucul bisa karena kenyataan bahwa banyak orang beriman yang tidak hidup seperti iman itu atau kurang menghayati imannya. Bahkan ada pula yang terjadi bahwa lembaga agama itu bukan untuk mempersatukan, bukan membawa kebersamaan tetapi menjadi pemicu perpecahan dan perselisihan. Bisa juga pernyataan itu muncul hanya sebagai alasan atau pembenaran diri dari orang-orang yang tidak mau repot dalam ikatan kebersamaan, orang yang merasa ingin bebas berbuat sesuka hatinya atau dalam arti orang yang tidak suka akan aturan-aturan hidup bersama.
Dengan demikian apapun ungkapan dan alasan yang memperdebatkan atau mempertanyakan agama, itu bukan membuat kita goyah dalam iman tetapi suatu peringatan bagi kita agar kita hidup dan menghayati iman kita. Hidup kita hendaknya selaras dan pancaran dari iman kita. Kita harus ingat apa yang pernah dikatakan oleh rasul Paulus, “Iman tanpa perbuatan, adalah sia-sia.” Dengan demikian, dari kenyataan pola hidup yang mengarah pada ateis yang menggejala saat ini, hendaknya kita merenungkan bagaimana kehidupan beriman kita. Bisa saja kita sendiri menjadi salah satu pemicu pembenaran dari ungkapan-ungkapan di atas tadi. Memang saat ini, banyak diantara kita tidak hidup sesuai dengan iman kita. Orang seringkali menganggap bahwa iman kita hanya seputar altar atau seputar dalam liturgy saja. Seakan iman dan hidup sehari-hari merupakan 2 sisi yang berbeda, yang tidak bisa disatukan. Padahal sebenarnya iman itu harus juga menjadi fondasi kehidupan kita, iman itu harus menjadi pola dasar dari kehidupan kita. Yang kami maksudnya di sini, iman itu harus diwujudnyatakan dalam perilaku hidup setiap hari. Ini pula yang diperingatkan Yesus pada kita dalam bacaan injil hari ini. Lewat pernyataan Yesus dalam injil hari ini, kita diingatkan keembali bahwa tujuan atau kerinduan kita adalah untuk meraih kebahagiaan hidup yang sekarang dan untuk sampai kepada kehidupan kekal. Jalan untuk sampai ke sana adalah dengan beriman kepada Tuhan. Dengan beriman kepada Tuhan, kita mempunyai pegangan yang jelas dan tujuan yang jelas yang akan kita capai. Sedangkan orang-orang yang pola pikirnya mengarah ke Ateis, mereka itu tidak punya pola atau pegangan yang jelas, mereka hanya digerakkan oleh rasa manusiawi belaka, dorongan situasi dan bisa saja semuanya ditunggangi oleh egoism, ambisi pribadi dan bentuk kejahatan lain yang kelihatannya samar. Mereka juga sebenarnya tidak mempunyai tujuan yang hendak dicapai, hanya sekedar dorongan manusiawi belaka. Pada dasarnya bila apa yang mereka lakukan mendapat tantangan dan perlawanan, mereka pasti akan mundur dan bila sudah melakukan apa yang mereka perbuat, pasti mereka tidak merasakan apa-apa, hanya kepuasan semu dan pada akhirnya akan meresakan kehampaan hidup. Tetapi bila perbuatan baik kita itu didorong atau diresapi oleh iman dan ajaran Gereja, maka kita punya pegangan yang kuat dan arah yang jelas untuk kita capai yakni keselamatan kekal. Pegangan dan arah ini yang akan membantu, mengarahkan dan menghindarkan kita dari hal-hal negative dari perbuatan yang kita lakukan. Iman yang menjadi dasar dan landasan perbuatan baik kita, itu yang menjadi kekuatan dasyat yang memampukan kita dapat bertahan untuk hidup dan dalam perbuatan baik dan kerinduan, harapan akan kehidupan kekal, itu pula yang menjadi pemberi semangat dan harapan untuk tetap berjuang. Inilah kiranya yang dikatakan oleh Yesus dari ungkapan, "Setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan melakukannya, ia sama dengan orang yang bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas batu.”
Oleh karena itu, marilah kita menghayati ajaran Yesus Kristus dalam perbuatan-perbuatan baik yang nyata kepada sesama. Iman itu harus diungkapkan dalam perbuatan-perbuatan nyata, yakni melaksanakan kehendak dan perintah-perintah Tuhan. Semoga.
REFLEKSI PRIBADI:
1. Apakah selama ini kita sudah menjadikan iman dan Sabda Tuhan sebagai pola dasar dan pegangan hidup kita?
2. Usahakanlah agar hari ini tidak Anda lewatkan tanpa satu perbuatan baik dan lakukanlah itu dengan diresapi iman kepada Tuhan!
0 comments:
Post a Comment
Syalom. Terimakasih atas kunjungan dan komentarnya.Semoga Tuhan memberkati para Saudara.