Kamis 14 Oktober 2010
Luk 11:47-54
Kita sebagai umat Allah, tidak ada gunanya mengaku diri sebagai umat Allah kalau kita tidak hidup sebagai umat Allah yang sesungguhnya dalam kehidupan nyata.
Luk 11:47-54
Kita sebagai umat Allah, tidak ada gunanya mengaku diri sebagai umat Allah kalau kita tidak hidup sebagai umat Allah yang sesungguhnya dalam kehidupan nyata.
Seringkali terjadi di satu wilayah Gereja, tercatat bahwa umat berjumlah sekian KK, tetapi kenyataan yang aktif beribadah setiap Minggu atau dalam kegiatan Gereja tidak ada separoh dari jumlah tersebut. Mengapa demikian? Alasan klise mungkin mengatakan bahwa mereka seibuk mencari nafkah. Ada juga mungkin yang mengatakan bahwa kegiatan ibadah kurang menarik, dengan pengandaian yang menarik itu maunya seperti kemauannya sendiri atau mengandaikan bahwa seperti yang dipikirkannya itulah yang pas dan paling baik. Sehingga tidak sedikit umat yang hampir tidak aktif sebagai umat, tetapi tetap mengaku sebagai umat Allah. Ada pula yang mungkin aktif dalam kehidupan menggereja, rajin ibadah pada hari Minggu dan juga kegiatan lainnya, tetapi dalam kehidupan sehari-hari mereka jauh dari pelaksanaan Sabda Yesus. Mereka hanya sekedar melaksanakan ritual ibadah saja, tanpa mengubah hidup yang lebih baik, tanpa melakukan perbuatan baik kepada sesamanya.
Sikap hidup yang demikian, dapat dikatakan bahwa menjadi umat kristiani adalah yang penting sudah dipermandikan, dan itu sudah cukup dalam beriman kepada Yesus. Itu pikiran manusia. Kehendak Yesus lain. Yesus menuntut lebih dari itu, tidak sekedar nama saja sebagai orang kristiani. Umat kristiani yang sesungguhnya adalah mereka yang mau mengikuti teladan hidup Yesus, mendengar dan melaksanakan sabda Yesus dalam kehidupan sehari-hari. Orang yang demikian tentu juga nyata dalam hidup bersama orang lain, baik itu dalam kehidupa masyarakat dan juga dalam kehidupan beribadah bersama dengan umat lainnya. Karena pada waktu kita bergabung dengan sesame seiman, saat itu kita menyatakan diri bahwa kita adalah saudara bagi sesama, saat itu kita menghayati kerendahan hati, yang mana kita mau menerima situasi yang demikian, yang mungkin tidak seperti yang kita harapakan, tetapi terbuka pada hal yang baik dari sesuatu yang berbeda dari keinginan kita. Orang kristiani juga perduli dengan sesame/ gerejanya dan kepedulian itu, dinyatakan dengan upaya berbuat baik dan melakukan perbuatan cinta kasih kepada sesamanya. Amin.
Sikap hidup yang demikian, dapat dikatakan bahwa menjadi umat kristiani adalah yang penting sudah dipermandikan, dan itu sudah cukup dalam beriman kepada Yesus. Itu pikiran manusia. Kehendak Yesus lain. Yesus menuntut lebih dari itu, tidak sekedar nama saja sebagai orang kristiani. Umat kristiani yang sesungguhnya adalah mereka yang mau mengikuti teladan hidup Yesus, mendengar dan melaksanakan sabda Yesus dalam kehidupan sehari-hari. Orang yang demikian tentu juga nyata dalam hidup bersama orang lain, baik itu dalam kehidupa masyarakat dan juga dalam kehidupan beribadah bersama dengan umat lainnya. Karena pada waktu kita bergabung dengan sesame seiman, saat itu kita menyatakan diri bahwa kita adalah saudara bagi sesama, saat itu kita menghayati kerendahan hati, yang mana kita mau menerima situasi yang demikian, yang mungkin tidak seperti yang kita harapakan, tetapi terbuka pada hal yang baik dari sesuatu yang berbeda dari keinginan kita. Orang kristiani juga perduli dengan sesame/ gerejanya dan kepedulian itu, dinyatakan dengan upaya berbuat baik dan melakukan perbuatan cinta kasih kepada sesamanya. Amin.