RENUNGAN HARIAN, PEKAN BIASA VIII:
RABU 5 MARET 2014
Yak. 5:13-20; Mzm. 141:1-2,3,8; Mrk. 10:13-16
INJIL :
Suatu hari berkatalah Yesus kepada para muridNya: "ingatlah, jangan kamu melakukan kewajiban agamamu di hadapan orang supaya dilihat mereka, karena jika demikian, kamu tidak beroleh upah dari Bapamu yang di sorga.
Apabila engkau memberi sedekah, janganlah engkau mencanangkan hal itu, seperti yang dilakukan orang munafik di rumah-rumah ibadat dan di lorong-lorong, supaya mereka dipuji orang. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya. Tetapi jika engkau memberi sedekah, janganlah diketahui tangan kirimu apa yang diperbuat tangan kananmu. Hendaklah sedekahmu itu diberikan dengan tersembunyi, maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu.
Dan apabila kamu berdoa, janganlah berdoa seperti orang munafik. Mereka suka mengucapkan doanya dengan berdiri dalam rumah-rumah ibadat dan pada tikungan-tikungan jalan raya, supaya mereka dilihat orang. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya. Tetapi jika engkau berdoa, masuklah ke dalam kamarmu, tutuplah pintu dan berdoalah kepada Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu.
Apabila kamu berpuasa, janganlah muram mukamu seperti orang munafik. Mereka mengubah air mukanya, supaya orang melihat bahwa mereka sedang berpuasa. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya. Tetapi apabila engkau berpuasa, minyakilah kepalamu dan cucilah mukamu, supaya jangan dilihat oleh orang bahwa engkau sedang berpuasa, melainkan hanya oleh Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu."
RENUNGAN
Para saudara, hari ini kita memasuki awal masa Prapaskah dengan merayakan hari Rabu Abu. Pada awal masa Prapaskah kita menerima abu di dahi kita. Menerima abu pada awal Prapaskah ini mau mengingatkan bahwa kita adalah manusia biasa yang diciptakan Tuhan dari debu tanah, mengingatkan kita seperti abu yang kotor dan bukan siapa-siapa tanpa Tuhan, juga bahwa hidup kita seperti abu karena melakukan banyak kesalahan dan dosa. Dari sebab itu, dengan menerima abu pada awal Prapaskah ini, kita diingatkan bahwa kita semua membutuhkan pembersihan diri dengan pertobatan selama masa prapaskah ini.
Yesus mengajak kita untuk merenungkan bagaimana hidup keimanan kita selama ini. Dalam menjalankan hidup keimanan kita, hendaknya kita lakukan dengan tulus karane iman, yang mana kita ingin semakin dekat dengan Tuhan sendiri, bukan untuk mendapat pujian dari sesama kita. Tentu juga bukan untuk mendapat pujian dari Tuhan atau mengharapkan pahala dari Tuhan sehingga berpikir bahwa bila kita melakukan hidup keimanan kita dengan baik, maka kita berhak untuk menuntut berkat dari Tuhan. Kita tidak perlu menuntut berkat dari Tuhan karena merasa sudah berjasa dengan hidup beriman, karena sudah sejak semula Allah menyatakan berkat-Nya kepada kita sebelum kita mengikuti-Nya.
Dengan demikian, kita menghayati iman kita karena kita menyadari kasih dan berkat Tuhan yang sudah kita terima dan kita percaya bahwa hidup dengan segala yang baik yang ada pada kita adalah pemberian Tuhan sendiri.
Oleh sebab itu, pada awal masa prapaskah ini, kita hendaknya merenungkan bagaimana hidup keimanan kita selama ini. Selama masa Prapaskah ini, kita hendak memperbaharui diri dengan pertobatan hidup yang nyata dalam kehidupan sehari-hari.
Pertobatan itu haruslah semakin mendekatkan diri kita kepada Tuhan. Oleh sebab itu, masa prapaskah bukan hanya soal makan dan minum saja.
Berdasarkan injil yang kita dengarkan hari ini. Ada tiga hal yang patut kita lakukan selama masa prapaskah ini, yakni memberi sedekah, berdoa dan berpuasa. Ketiga hal ini kiranya wajib kita lakukan selama masa prapaskah ini, walaupun tidak hanya itu yang bisa kita lakukan.
Memberi sedekah kepada orang miskin atau beramal berarti kita tidak lagi hanya memikirkan diri sendiri, kita ikut memikirkan orang lain yang lebih miskin dari kita.
Mungkin selama ini kita hanya memikirkan diri sendiri, tidak peduli dengan sesama kita yang miskin. Mungkin selama ini kita hanya sibuk untuk mencari harta atau kepuasan diri. Maka selama masa prapaskah ini, kita diajak untuk peka dan pedulid engan sesama yang miskin. Sikap peduli dan peka itu haruslah diwujudkan dengan perbuatan kasih kepada sesama dengan rela berbagi dengan sesama yang jauh lebih miksin dari kita.
Berdoa yang dimaksudkan adalah bukan hanya sekedar mendoakan rumusan doa yang biasa kita lakukan. Mungkin saja kita selama ini sudah berdoa, namun selama masa Parpaskah ini baiklah kita semakin banyak berdoa, atau kita lebih banyak lagi berdoa. Sebagaimana kita ketahui doa adalan membuka hati untuk Tuhan. Dengan membuka hati kepada Tuhan, kita membiarkan Tuhan hadir dalam hidup kita. Doa itu ungkapan iman kita kepada Allah dan lewat doa kita bersatu dengan Tuhan.
Hal ketiga yang wajib kita lakukan selama masa Prapaskah adalah berpantang dan berpuasa makan dan minum. Kita berpantang dan berpuasa dengan tujuan mengekang diri dari keinginan badan atau keinginan tidak terarut. Kita berpantang atas kesenangan diri dan berpuasa dengan mengurangi makan dan minum. Dengan berpantang dan berpuasa, kita berarti berusaha mengatur diri, menjaga diri dari keinginan badan, sehingga bukan lagi badan atau kesenangan diri yang menugasai kita. Dengan berpantang dan berpuasa, kita juga sekaligus ingin ikut merasakan penderitaaan sesama yang miksin. Lebih dari itu, dengan berpantang dan berpuasa kita sekaligus hendak berbagi dengan sesama lewat persembahan dari hasil dan pantang kita.
Namun hendaknya semuanya itu kita lakukan dengan tulus dan penuh iman, bukan karena hendak mendapat pujian dari sesama dan juga dari Allah. Amin.
0 comments:
Post a Comment
Syalom. Terimakasih atas kunjungan dan komentarnya.Semoga Tuhan memberkati para Saudara.