RENUNGAN HARI BIASA: RABU 13 NOVEMBER 2013
(Artemides Zatti, Eugenius Bossilkoff, Maria Teresia Scrilli,
Didakus dr Alkala, Stanislaus Kostka, Fransiska Xaverius Cabrini )
Keb. 6:1-11; Mzm. 82:3-4,6-7; Luk. 17:11-19
BACAAN INJIL:
Dalam perjalanan-Nya ke Yerusalem Yesus menyusur perbatasan Samaria dan Galilea. Ketika Ia memasuki suatu desa datanglah sepuluh orang kusta menemui Dia. Mereka tinggal berdiri agak jauh dan berteriak: "Yesus, Guru, kasihanilah kami!" Lalu Ia memandang mereka dan berkata: "Pergilah, perlihatkanlah dirimu kepada imam-imam." Dan sementara mereka di tengah jalan mereka menjadi tahir. Seorang dari mereka, ketika melihat bahwa ia telah sembuh, kembali sambil memuliakan Allah dengan suara nyaring, lalu tersungkur di depan kaki Yesus dan mengucap syukur kepada-Nya. Orang itu adalah seorang Samaria. Lalu Yesus berkata: "Bukankah kesepuluh orang tadi semuanya telah menjadi tahir? Di manakah yang sembilan orang itu? Tidak adakah di antara mereka yang kembali untuk memuliakan Allah selain dari pada orang asing ini?" Lalu Ia berkata kepada orang itu: "Berdirilah dan pergilah, imanmu telah menyelamatkan engkau."
RENUNGAN :
Semua orang pasti sudah menerima rahmat dan berkat Tuhan, meskipun berbeda untuk setiap sesuai dengan kebutuhan masing-masing. Namun apakah semua orang menyadari berkat Tuhan padanya dan mau datang kepada Tuhan serta bersyukur kepada-Nya. Ini yang menjadi persoalan. Banyak orang merasa bahwa hidup dan kebaikan yang ada padanya bukan karena berkat Tuhan, tetapi karena usaha dan kerja kerasnya, karena bantuan orang lain dan tidak sedikit yang berpikit bahwa itu adalah kebetulan nasib dia baik.
Inilah kiranya yang mau disampaikan injil hari ini kepada kita. Injil hari ini mengisahkan sepuluh orang kusta yang berteriak dari jauh, “Yesus, Guru, kasihanilah kami!" Mereka berteriak dari jauh karena mereka tahu peraturan saat itu, bahwa mereka dilarang mendekat dengan orang yang sehat. Mereka memohon belaskasihan dari Yesus. Mereka tidak menyebutkan apa yang mereka minta, tetapi jelas mereka meminta kesembuhan dari penyakit mereka yang membebaskan mereka bukan hanya dari penyakit itu tetapi dari hukuman sosial akibat penyakit itu.
Yesus tidak melakukan aktivitas atau kata-kata penyembuhan sebagaimana biasanya kita dengarkan dalam injil, Yesus hanya menyuruh mereka pergi menghadap para imam.
Yesus menyuruh mereka demikian padahal mereka belum sembuh dan kesepuluh orang kusta itu pergi begitu saja mengikuti perintah Yesus. Kita tidak tahu pasti mengapa mereka melakukan demikian. Namun kita yakin bahwa Yesus bukan mau mengusir atau mengabaikan permohonan mereka, Yesus pasti akan menyembuhkan mereka dan pasti punya rencana atas mereka. Maka
ketika kesepuluh orang itu dalam perjalanan menghadap para imam, mereka semua ternyata sembuh namun hanya satu orang yang kembali kepada Yesus.
Oleh sebab itulah Yesus mengatakan, "Bukankah kesepuluh orang tadi semuanya telah menjadi tahir? Di manakah yang sembilan orang itu? Jelas Yesus tahu bahwa kesepuluh orang kusta itu sudah sembuh dan Dia yang menyembuhkan mereka, namun hanya satu orang yang kembali kepada Yesus dan orang itu orang Samaria pula, suku bangsa bukan Yahudi yang dianggap tidak bangsa terpilih atau bukan bangsa beriman. Kemana yang kesembilan oran g yang sudah disembuhkan itu? Mungkin saja mereka tetap pergi menghadap para imam melaksanakan apa yang diperintahkan oleh Yesus.
Kesepuluh orang kusta itu berteriak memohon belaskasihan Tuhan, mereka tidak mengatakan dengan pasti apa yang mereka inginkan namun Tuhan mengetahui apa yang mereka sangat butuhkan saat itu, yakni kesembuhan dari sakit mereka. Kitapun pasti sering memohon belaskasihan Tuhan, bahkan mungkin sangat sering memohon dengan permohonan sangat rinci. Namun kira merasa Tuhan tidak mengabulkan permohonan kita. Lewat injil hari ini, kita diajak untuk percaya bahwa Tuhan selalu mendengarkan seruan permohonan kita, Dia tahu apa yang kita butuhkan dalam hidup kita dan Dia pasti akan mengabulkannya.
Hanya memang seringkali kita memohon pada Tuhan sesuatu yang kita butuhkan, sedangkan Tuhan memberikan apa yang kita butuhkan. Apa yang kita minta belum tentu kita butuhkan tetapi Tuhan memberi yang kita butuhkan, dan itu berbeda dengan apa yang kita mintakan. Oleh sebab itulah kita merasa bahwa Tuhan tidak mendengarkan permohonan kita. Tuhan pasti selalu memberi apa yang memang sungguh kita butuhkan. Karena itu pulalah kita tidak menyadari rahmat dan berkat Tuhan yang kita terima, sehingga kita tidak datang bersyukur kepada-Nya.
Tuhan juga punya banyak cara untuk menyatakan berkat-Nya kepada kita, bahkan cara yang tidak kita sadari. Kepada kesepuluh orang kusta itu, Yesus hanya menyuruh pergi menghadap para imam dan ketika mereka dalam perjalanan itu, Yesus memberi mereka kesembuhan. Yesus punya rencana atas mereka.
Demikian juga Yesus selalu punya rencana indah atas hidup kita, kita diminta untuk senantiasa percaya dan mendengarkan perintah-perintah-Nya. Kita sering berpikir bahwa ketika kita meminta, maunya saat itupula Tuhan mengabulkannya. Padahal Tuhan punya rencana indah atas hidup kita, dari kita dituntut sikap percaya dan pasrah kepada-Nya.
Karena sikap demikian, kita seringkali menganggap bahwa apa yang baik dalam hidup kita adalah bukan karena berkat Tuhan, bukan karena Tuhan mengabulkannya tetapi hanya karena usah kerja keras kita, karena pertolongan orang lain dan bahkan kita berpikir bahwa semuanya itu karena kebetulan saja nasib kita memang baik. Inilah letak persoalannya. Padahal semuanya itu adalah berkat Tuhan. Namun karena kita tidak menyadarinya, kita tidak kembali datang kepada Dia seperti orang Samaria itu, untuk bersyukur atas rahmat yang kita terima. Yesus meminta ucapan syukur kita terutama datang dan percaya kepada Dia.
Maka semoga kita meneladan orang Samaria itu yang disembuhkan karena imannya kepada Yesus dan dia bersyukur atas kesembuhannya dan datang kepada Yesus. Amin.
0 comments:
Post a Comment
Syalom. Terimakasih atas kunjungan dan komentarnya.Semoga Tuhan memberkati para Saudara.