RENUNGAN HARI BIASA: RABU 9 OKTOBER 2013
(Dionisius, Yohanes Leonardus, Innocentius, Ludovikus Bertrandus,Antonius Patrizi &
Para Beato dr Lecceto)
Yun. 4:1-11; Mzm. 86:3-4,5-6,9-10; Luk. 11:1-4
BACAAN INJIL:
Pada suatu kali Yesus sedang berdoa di salah satu tempat. Ketika Ia berhenti berdoa, berkatalah seorang dari murid-murid-Nya kepada-Nya: "Tuhan, ajarlah kami berdoa, sama seperti yang diajarkan Yohanes kepada murid-muridnya." Jawab Yesus kepada mereka: "Apabila kamu berdoa, katakanlah: Bapa, dikuduskanlah nama-Mu; datanglah Kerajaan-Mu. Berikanlah kami setiap hari makanan kami yang secukupnya dan ampunilah kami akan dosa kami, sebab kamipun mengampuni setiap orang yang bersalah kepada kami; dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan."
RENUNGAN:
"Tuhan, ajarlah kami berdoa, sama seperti yang diajarkan Yohanes kepada murid-muridnya." Pertanyaan ini dilontarkan oleh murid-murid Yesus kepada Yesus ketika melihat Dia selesai berdoa. Kita tidak tahu apakah memang Yesus tidak pernah mengajar muri-murid-Nya berdoa atau tidak. Yang jelas para murid cemburu terhadap murid-murid Yohanes yang diajari berdoa, sedangkan Yesus merasa tidak mengajari mereka berdoa.
Hal yang sangat menarik adalah bahwa para murid ingin diajari berdoa, mereka punya kerinduan berdoa seperti yang diperbuat oleh Yesus.
Menanggapi pertanyaa para murid-Nya, Yesus memberikan rumusan doa Bapa Kami, doa yang sudah kita kenal dan pasti sudah kita hapal dan pasti sudah sering kita doakan.
Menarik bahwa ketika para murid meminta diajari berdoa, alasannya adalah karena mereka cemburu terhadap murid-murid Yohanes yang diajari berdoa. Para murid Yesus punya keinginan untuk bisa berdoa seperti Yesus. Namun lebih dari itu, sikap doa Yesus dan hidup Yesus membuat para murid begitu kagum sehingga ingin melakukan seperti yang dilakukan oleh Yesus.
Para murid punya kerinduan untuk mengikuti seperti yang diperbuat Yesus juga dalam hal doa.
Bagaimana dengan hidup kita? Begitu sering orang begitu bangga karena banyak orang yang mengagumi mereka apalagi saat kotbah sehingga seakan rindu untuk mendengarkan kotbah mereka. Tidak sedikit orang menganggap bahwa kotbahnya bagus dan perayaan itu sukses bila dihadiri banyak orang dan orang seakan rindu untuk mendengarkan kotbah itu.
Banyak pewarta sabda begitu bangga bahwa banyak orang menghadiri dan mendengarkan kotbahnya dan memuji kotbahnya. Seringkali ukuran kesuksesan dilihat hanya berdasarkan banyaknya umat yang hadir dan juga pujian dari orang lain.
Namun kiranya itu tidak sepenuhnya benar. Para murid Yesus pasti sangat kagum dengan Yesus juga ketika melihat Yesus berdoa. Mereka ingin melakukan seperti yang dilakukan oleh Yesus, yakni ingin berdoa. Dari hal ini, bisa kita katakan bahwa ukuran dari pewartaan kita bukan soal kotbah itu membuat orang tertawa dan senang, bukan juga soal banyaknya orang yang hadir dan memuji kegiatan itu.
Demikian juga, ukuran kita berhasil dalam pewartaan bukan karena orang memuji kita. Namun yang terutama adalah hidup, pewartaan kita dan kegiatan rohani itu bisa kita katakan berhasil bila pada akhirnya membuat orang tertarik ingin belajar berdoa dan pada akhirnya berdoa. Sebab dengan berdoa itu, orang belajar untuk semakin mendekatkan diri dengan Tuhan, doa itu adalah sekolah untuk belajar mencintai Yesus.
Tadi dalam injil para murid Yesus meminta Yesus mengajar mereka cara berdoa. Namun Yesus tidak mengajarkan berdoa, tetapi memberikan doa Bapa Kami.
Doa Bapa Kami bagi kita sangat mendalam. Dalam hal ini, kita tidak lagi membahas kedalaman doa Bapa Kami. Namun yang mau kami katakan bahwa ketika para murid meminta Yesus mengajar mereka berdoa, Yesus malah memberikan rumusan doa Bapa Kami. Dalam hal ini, kami mengatakan bahwa dalam doa yang terpenting bukan soal cara berdoa, bukan soal rumusan tetapi kedalaman doa itu sendiri. Berdoa bukan soal cara, rumusan tetapi soal isi dari doa itu. Seringkali kita berdoa tetapi bukanlah doa, hanya rumusan doa yang kita hapal atau yang berisi daftar permohonan pribadi kepada Tuhan. Kitapun seringkali berdoa karena kita punya kebutuhan yang kita harapkan dari Tuhan.
Doa kita bukan karena iman, tetapi karena punya kebutuhan.
Doa yang sejati adalah doa seperti doa Bapa Kami, yakni doa yang keluar dari kedalaman iman, yang percaya dan ingin memuliakan Tuhan. Doa yang benar adalah doa yang percaya akan kasih Tuhan dan berharap pada-Nya dan percaya bahwa Tuhan akan memberikan yang terbaik. Doa yang sejari juga adalah doa yang keluar dari penghayatan iman yakni tampak dalam kasih kepada sesama. Itulah isi dari doa bapa kami. Sehingga baiklah kita tidak hanya sekedar mendoakan doa Bapa Kami, tetapi mendoakannya dengan penuh iman dan pada akhirnya kita hanyati dalam hidup sehari-hari. Amin.
0 comments:
Post a Comment
Syalom. Terimakasih atas kunjungan dan komentarnya.Semoga Tuhan memberkati para Saudara.