RENUNGAN HARI BIASA KHUSUS ADVEN 3:
KAMIS 20 DESEMBER 2012
Yes 7:10-14,Mzm 24:1-2,3-4ab,5-6, Luk 1:26-38
BACAAN INJIL:
Dalam bulan yang keenam Allah menyuruh malaikat Gabriel pergi ke sebuah kota di Galilea bernama Nazaret, kepada seorang perawan yang bertunangan dengan seorang bernama Yusuf dari keluarga Daud; nama perawan itu Maria. Ketika malaikat itu masuk ke rumah Maria, ia berkata: "Salam, hai engkau yang dikaruniai, Tuhan menyertai engkau." Maria terkejut mendengar perkataan itu, lalu bertanya di dalam hatinya, apakah arti salam itu. Kata malaikat itu kepadanya: "Jangan takut, hai Maria, sebab engkau beroleh kasih karunia di hadapan Allah. Sesungguhnya engkau akan mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki dan hendaklah engkau menamai Dia Yesus. Ia akan menjadi besar dan akan disebut Anak Allah Yang Mahatinggi. Dan Tuhan Allah akan mengaruniakan kepada-Nya takhta Daud, bapa leluhur-Nya, dan Ia akan menjadi raja atas kaum keturunan Yakub sampai selama-lamanya dan Kerajaan-Nya tidak akan berkesudahan." Kata Maria kepada malaikat itu: "Bagaimana hal itu mungkin terjadi, karena aku belum bersuami?" Jawab malaikat itu kepadanya: "Roh Kudus akan turun atasmu dan kuasa Allah Yang Mahatinggi akan menaungi engkau; sebab itu anak yang akan kaulahirkan itu akan disebut kudus, Anak Allah. Dan sesungguhnya, Elisabet, sanakmu itu, iapun sedang mengandung seorang anak laki-laki pada hari tuanya dan inilah bulan yang keenam bagi dia, yang disebut mandul itu. Sebab bagi Allah tidak ada yang mustahil." Kata Maria: "Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu." Lalu malaikat itu meninggalkan dia.
RENUNGAN:
Tawaran Tuhan kepada bunda Maria adalah rencana yang sangat besar, tawaran yang mulia , kepercayaan besar bagi Maria dan mendatangkan menggembirakan bagi banyak orang. Namun tawaran itu bukanlah sesuatu yang mudah bagi Maria. Maria memang pasti menyadari sukacita iman karena Tuhan memilih dia untuk mewujudkan rencana mulia Tuhan. Namun Maria juga sadar akan beratnya tugas itu. Maria menyadari dirinya adalah manusia biasa, wanita lemah sehingga tawaran Tuhan baginya dia sadari sangat berat untuk dia laksanakan, melebihi kekuatan dan kemampuannya, apalagi saat itu dia belum bersuami. Maria tahu apa resiko yang dia akan alami dengan menerima tawaran Tuhan. Namun pada akhirnya bunda Maria menerima tawaran itu.
Maria menerima tawaran Tuhan bukan dengan terpaksa tetapi karena sedaran iman bahwa dia adalah seorang hamba yang harus taat melaksankan kehendak Tuhan. Maria juga belum sepenuhnya tahu apa yang akan dihadapinya kelak. Namun Maria menyarahkan diri sepenuhnya kepada tuhan. Maria sungguh menyerahkan diri pada kehendak Tuhan.
Maria sungguh gambaran orang beriman.
Sebagai orang beriman, kita hendaknya menghayati iman sebagai hambat Tuhan, harus taat pada kehendak Tuhan. Kita adalah hambat Tuhan, Tuhan menjadi tuan atas seluruh hidup kita. Dengan demikian, sebagai hambat kita harus melaksanakan kehendak Tuhan dalam hidup kita, walaupun seperti bunda Maria, kitapun seringkali tidak mengetahui atau memahami dengan pasti kehendak Tuhan atas hidup kita. Namun sebagai seorang hamba Tuhan, kita mempercayakan diri pada kehendak Tuhan. Semoga kita seperti bunda Maria berani berkat, “Aku ini hambat Tuhan, terjadilah padaku menurut perkataan-Mu. Amin.
0 comments:
Post a Comment
Syalom. Terimakasih atas kunjungan dan komentarnya.Semoga Tuhan memberkati para Saudara.