RENUGAN HARI MINGGU BIASA XI
Minggu 17 Juni 2012
Yeh 17:22-24, Mzm 92:2-3,13-14,15-16, 2 Kor 5:6-10, Mrk 4:26-34
BACAAN INJIL: Mrk 4:26-34
Memang biji itu paling kecil di antara segala jenis benih, tetapi apabila ditaburkan, ia tumbuh menjadi lebih besar.
Sekali peristiwa Yesus mengajar di hadapan orang banyak, kata-Nya, “ "Beginilah hal Kerajaan Allah itu: seumpama orang yang menaburkan benih di tanah, lalu pada malam hari ia tidur dan pada siang hari ia bangun, dan benih itu mengeluarkan tunas dan tunas itu makin tinggi, bagaimana terjadinya tidak diketahui orang itu. Bumi dengan sendirinya mengeluarkan buah, mula-mula tangkainya, lalu bulirnya, kemudian butir-butir yang penuh isinya dalam bulir itu. Apabila buah itu sudah cukup masak, orang itu segera menyabit, sebab musim menuai sudah tiba." Kata-Nya lagi: "Dengan apa hendak kita membandingkan Kerajaan Allah itu, atau dengan perumpamaan manakah hendaknya kita menggambarkannya? Hal Kerajaan itu seumpama biji sesawi yang ditaburkan di tanah. Memang biji itu yang paling kecil dari pada segala jenis benih yang ada di bumi. Tetapi apabila ia ditaburkan, ia tumbuh dan menjadi lebih besar dari pada segala sayuran yang lain dan mengeluarkan cabang-cabang yang besar, sehingga burung-burung di udara dapat bersarang dalam naungannya." Dalam banyak perumpamaan yang semacam itu Ia memberitakan firman kepada mereka sesuai dengan pengertian mereka, dan tanpa perumpamaan Ia tidak berkata-kata kepada mereka, tetapi kepada murid-murid-Nya Ia menguraikan segala sesuatu secara tersendiri.
RENUNGAN:
Orang yang melakukan hal-hal yang besar, itulah biasanya yang sangat dihargai dan dibanggakan orang lain. Orang kaya, orang berpangkat, orang kuasa, itulah pula yang sangat dihormati oleh banyak orang. Dari sebab itulah banyak orang yang bermimpi untuk menjadi orang besar dan melakukan hal-hal yang besar supaya mendapat penghargaan dari orang lain. Dari sebab itulah banyak iklan produk menawarkan sesuatu yang katanya akan membuat orang dapat melakukan hal-hal besar dalam hidupnya.
Berbeda halnya dengan Yesus Kristus. Yesus dalam tugas pewartaannya mewartakan Kerajaan Allah bukanlah hal yang kecil atau bukanlah pekerjaan yang sederhana atau pekerjaan mudah. Tugas perutusan Yesus adalah perkara besar, namun kiranya Yesus mengumpakan tugas mewartakan kerajaan Allah itu seumpamaan pekerjaan seorang penabur benih di ladang. Penabur itu tidak tahu kapan benih itu tumbuh dan akhirnya berbuah. Tetapi yang jelas benih yang ditaburkan itu tumbuh dan akhirnya berbuah. Yesus juga mengumpamakan kerajaan Allah itu seumpama benih biji sesawi.
Biji itu yang paling kecil dari semua benih, tetapi bila ditaburkan ke tanah, biji itu tumbuh dan menjadi lebih besar dari pada segala sayuran yang lain dan mengeluarkan cabang-cabang yang besar, sehingga burung-burung di udara dapat bersarang dalam naungannya.
Yesus menggambarkan Kerajaan Allah yang mahabesar itu dengan benih yang kecil dan Yesus mewujudkan Kerajaan Allah itu lewat jalan kecil. Sungguh bertolak belakang dengan pikiran manusia yang lebih condong pada yang besar dan mencoba melakukan hal-hal besar dengan jalan yang besar pula. Orang kurang bisa melihat hal yang kecil itu menjadi jalan untuk menghasilkan hal yang besar dan orang kurang bisa menghargai yang kelihatannya kecil. Namun Yesus justru menghargai yang kelihatan kecil dan sederhana.
Ini adalah suka cita besar bagi kita yang mungkin kecil, kurang diperhitungkan oleh dunia. Tuhan sangat menghargai kita, Tuhan sungguh mengasihi kita. Sehingga patutlah kita bersyukur bahwa walaupun kita kecil, Allah tetap menghargai dan mengasihi kita semua. Kalau sekiranya Tuhan hanya menghargai yang besar dan jalan yang besar, tentu kita yang kelompok kecil tidak akan kebagian kasih Allah.
Bahkan sebagaimana kita dengarkan dalam Injil tadi, Yesus menggunakan jalan kecil untuk mewartakan Kerajaan Allah yang Maha Besar itu.
Maka jelas bagi kita bahwa Tuhanpun memakai kita untuk menghadirkan Kerajaan Allah. Sehingga tidak ada lagi pikiran bagi kita bahwa kita bukan orang penting, kita hanya orang kecil tidak punya apa-apa sehingga tidak bisa berbuat apa-apa untuk ambil bagian dalam tugas mewartakan Kerajaan Allah. Justru Tuhan juga memakai kita.
Tugas kita seperti seorang penabur yang menaburkan benih, dia tidak tahu bagaimana benih itu tumbuh karena Allah menyediakan makanan yang cukup lewat tanah sehingga benih itu tumbuh dan akhirnya berbuah. Tugas kitapun demikian, kita menaburkan benih Kerajaan Allah dan Allah sendiri akan bekerja sehingga benih yang kita taburkan akan tumbuh dan berkemab sehingga menghasilkan buah.
Kita tidak usah terlalu berpikir bagaimana benih yang kita taburkan itu akan tumbuh dan berbuah, itu urusan Tuhan dan Tuhan akan bekerja sehingga benih yang kita taburkan itu tumbuh dan berbuah. Hanya memang dituntut kesabaran dari kita, sebab sama seperti benih yang ditaburkan tidak langsung tumbuh dan berbuah. Tetapi benih yang ditaburkan itu membutuhkan proses yang lama agar tumbuh dan berbuah. Demikianpun benih Kerajaan Surga yang kita taburkan juga membutuhkan proses dan dalam hal kita hendaknya sabar, menyerahkannya pada Tuhan.
Kita juga harus ingat bahwa Yesus mengumpamakan Kerajaan Allah itu seperti benih biji sesawi yang sangat kecil. Tetapi dari benih yang kecil itu tumbuh menjadi lebih besar dari tanaman sayuran yang lain. Yang kecil itu dalam Tuhan akan tumbuh menjadi besar. Sehingga walaupun yang bisa kita lakukan adalah hal-hal yang kecil karena memang itu kemampuan kita, dalam Tuhan yang kecil itu akan tumbuh menjadi besar. Sehingga sekecil apapun yang bisa kita berikan untuk mewartakan Kerajaan Allah, bila Tuhan memberkati, yang kecil itu sangat berkenan pada Tuhan dan akan menghasilkan buah yang besar pula.
Maka semoga kita menjadi penabur benih kerajaan Allah.
Apapun yang kita lakukan untuk menaburkan benih kerajaan Allah, walaupun itu kelihatan kecil tetapi itu berkenan pada Tuhan dan Tuhan akan membuatnya tumbuh menjadi besar dan akhirnya menghasilkan buah bagi banyak orang. Amin.
0 comments:
Post a Comment
Syalom. Terimakasih atas kunjungan dan komentarnya.Semoga Tuhan memberkati para Saudara.