Uskup ingatkan sekularisme sebagai tantangan umat dunia modern
Ekaristi menjadi sumber kekuatan iman umat di zaman modern yang ditandai dengan tantangan sekularisme, demikian Uskup Agung Jakarta Mgr Ignatius Suharyo.
”Sekularisme berawal dari sekularisasi yakni pengakuan akan otonomi manusia yang disertai sikap menyingkirkan Allah. Bila dahulu, segala persoalan selalu dikaitkan atau dilihat dalam hubungannya dengan Allah, maka sekarang semua dianggap sebagai urusan manusia,” ujarnya dalam seminar tentang Ekaristi dengan para pengikut St. Fransiskus dari Asisi di Jakarta, kemarin.
Menurutnya, sekularisme terjadi karena perkembangan teknologi maupun cara berpikir manusia dalam hampir semua dimensi kehidupan.
”Sadar atau tidak sadar orang beragama pun sudah menganggap Allah tidak ada, sehingga keputusan-keputusan yang diambil dalam hidup tidak lagi mencermikan pengakuan adanya Allah,” katanya.
Sekularisme, lanjutnya, membuat manusia tidak lagi mengakui dirinya sebagai ciptaan, tetapi menjadikannya sombong dan merasa bisa melakukan segala-galanya.
”Inilah awal dari kehancuran kehidupan kita,” tegasnya.
Untuk menghindari bahaya ini, maka perlu ada pemaknaan kembali dan terus-menerus akan iman yang dihayati.
Ia mengungkapkan, dalam konteks ini, salah satu sarana yang mengingatkan kembali identitas manusia adalah Ekaristi.
”Di dalam Ekaristi, kita mampu menemukan siapa diri kita, yakni sebagai ciptaan. Karena itu, Ekaristi mesti selalu membarui hidup kita,” lanjutnya.
Bila manusia sungguh menghayati Ekaristi, lanjutnya, maka ia akan menemukan dirinya sebagai pribadi yang tak bisa lepas dari keberadaan Allah, yang menemukan dirinya sebagai ciptaan, yang setara dengan makhluk lainnya.
”Untuk itulah maka upaya memaknai kembali Ekaristi sebagai sumber dan puncak iman kita menjadi perhatian Gereja, termasuk Gereja Keuskupan Agung Jakarta yang menjadikan tahun ini sebagai Tahun Ekaristi,” katanya.
Ia juga menegaskan, Ekaristi menjadi sumber inspirasi bagi pembentukan komunitas hidup bersama.
”Kehidupan bersama akan menjadi harmonis bila setiap pribadi mampu mengalahkan sekularisme yang tampak dalam kecenderungan-kecenderungan untuk menganggap diri berkuasa dan mampu melakukan segalanya.”
Menurutnya, cara menghadapi hal ini antara lain dengan terus memaknai kembali iman, salah satunya adalah dalam Ekaristi.
“Dalam Ekaristi kita merayakan Allah, Allah yang sungguh terlibat dalam hidup kita, Allah yang berkuasa atas kita. Jadi, bukan kita yang berkuasa atas hidup dan dunia ini, sebagaimana menjadi ciri sekularisme,” tambahnya.
Oleh Ryan Dagur, Jakarta
Disadur dari: indonesia.ucanews.com
0 comments:
Post a Comment
Syalom. Terimakasih atas kunjungan dan komentarnya.Semoga Tuhan memberkati para Saudara.