Din ajak umat Kristiani dialog dengan kaum radikal
Konradus Epa
Konradus Epa
Ketua PP Muhammadiyah Din Syamsuddin
Ketua PP Muhammadiyah Din Syamsuddin mengajak umat Katolik dan Protestan tak hanya berdialog dengan kelompok moderat tapi juga kelompok radikal untuk mencegah meningkatnya intoleransi.
“Umat Kristiani harus berdialog dengan kelompok radikal, jangan hanya kelompok Muslim moderat,” kata Din dalam seminar Bulan Oikumene baru-baru ini.
Seminar yang diselenggarakan oleh Forum Komunikasi Kristiani Jakarta (FKKJ) dihadiri sekitar 160 peserta Protestan dan Katolik.
“Kesatuan tidak hanya di forum ekumenis seperti ini, tapi kita bergabung bersama-sama menjangkau akar rumput dan kelompok-kelompok radikal,” lanjut Din.
Ia mengakui kelompok-kelompok radikal itu tidak hanya menjadi masalah bagi umat Kristiani tetapi juga bagi komunitas Islam. Meski minoritas dalam komunitas Muslim, tapi mereka memiliki suara keras.
Din mengatakan masalah intoleransi saat ini masih terjadi, sebagai protes kelompok radikal terhadap Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama (NU), dua organisasi besar karena mengusung pluralisme.
”Meskipun dialog yang diadakan terus menerus namun kekerasan masih terjadi. Oleh karena itu kita harus mengubah strategi,” katanya.
“Kami tidak hanya membangun dialog tetapi juga melakukan koalisi di antara kita seperti dilakukan oleh para tokoh agama yang tergabung dalam gerakan lintas agama melawan kebohongan publik,” ungkap Din.
Ada sejumlah persoalan yang dihadapi oleh Muslim termasuk penyebaran agama, pembangunan tempat ibadah dan kawin campur diantara Islam dan Kristen, tambahnya.
Sementara itu Pendeta Andreas Yewangoe, ketua umum PGI, menegaskan, ”Gereja tidak boleh terkooptasi dengan negara. Jika Gereja terkooptasi maka suara profetisnya akan mati. Gereja harus menjadi Gereja yang mengabdi.”
Theophilus Bela ketua FKKJ dan juga sebagai sekretaris jenderal Komite Indonesia untuk Agama dan Perdamaian (IComRP) mengatakan, “Kami menggunakan FKKJ untuk memperkuat forum ekumenis dan IComRP sebagai wahana untuk dialog antaragama.”
Awam Katolik itu mengatakan, selama ini ia sering bertemu dengan kelompok radikal untuk berkomunikasi dan dialog. ”Kita harus inisiatif untuk melakukan pendekatan dengan mereka,” kata Theo.
Disadur dari : cathnewsindonesia.com Tanggal publikasi: 3 Juni 2011
“Umat Kristiani harus berdialog dengan kelompok radikal, jangan hanya kelompok Muslim moderat,” kata Din dalam seminar Bulan Oikumene baru-baru ini.
Seminar yang diselenggarakan oleh Forum Komunikasi Kristiani Jakarta (FKKJ) dihadiri sekitar 160 peserta Protestan dan Katolik.
“Kesatuan tidak hanya di forum ekumenis seperti ini, tapi kita bergabung bersama-sama menjangkau akar rumput dan kelompok-kelompok radikal,” lanjut Din.
Ia mengakui kelompok-kelompok radikal itu tidak hanya menjadi masalah bagi umat Kristiani tetapi juga bagi komunitas Islam. Meski minoritas dalam komunitas Muslim, tapi mereka memiliki suara keras.
Din mengatakan masalah intoleransi saat ini masih terjadi, sebagai protes kelompok radikal terhadap Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama (NU), dua organisasi besar karena mengusung pluralisme.
”Meskipun dialog yang diadakan terus menerus namun kekerasan masih terjadi. Oleh karena itu kita harus mengubah strategi,” katanya.
“Kami tidak hanya membangun dialog tetapi juga melakukan koalisi di antara kita seperti dilakukan oleh para tokoh agama yang tergabung dalam gerakan lintas agama melawan kebohongan publik,” ungkap Din.
Ada sejumlah persoalan yang dihadapi oleh Muslim termasuk penyebaran agama, pembangunan tempat ibadah dan kawin campur diantara Islam dan Kristen, tambahnya.
Sementara itu Pendeta Andreas Yewangoe, ketua umum PGI, menegaskan, ”Gereja tidak boleh terkooptasi dengan negara. Jika Gereja terkooptasi maka suara profetisnya akan mati. Gereja harus menjadi Gereja yang mengabdi.”
Theophilus Bela ketua FKKJ dan juga sebagai sekretaris jenderal Komite Indonesia untuk Agama dan Perdamaian (IComRP) mengatakan, “Kami menggunakan FKKJ untuk memperkuat forum ekumenis dan IComRP sebagai wahana untuk dialog antaragama.”
Awam Katolik itu mengatakan, selama ini ia sering bertemu dengan kelompok radikal untuk berkomunikasi dan dialog. ”Kita harus inisiatif untuk melakukan pendekatan dengan mereka,” kata Theo.
Disadur dari : cathnewsindonesia.com Tanggal publikasi: 3 Juni 2011
0 comments:
Post a Comment
Syalom. Terimakasih atas kunjungan dan komentarnya.Semoga Tuhan memberkati para Saudara.