RENUNGAN HARIAN, PEKAN BIASA IV:
RABU 5 FEBRUARI 2014
(Peringatan Wajib St. Agata)
2Sam. 24:2,9-17; Mzm. 32:1-2,5,6,7; Mrk. 6:1-6
INJIL :
Suatu hari Yesus berangkat dari situ dan tiba di tempat asal-Nya, sedang murid-murid-Nya mengikuti Dia. Pada hari Sabat Ia mulai mengajar di rumah ibadat dan jemaat yang besar takjub ketika mendengar Dia dan mereka berkata: "Dari mana diperoleh-Nya semuanya itu? Hikmat apa pulakah yang diberikan kepada-Nya? Dan mujizat-mujizat yang demikian bagaimanakah dapat diadakan oleh tangan-Nya? Bukankah Ia ini tukang kayu, anak Maria, saudara Yakobus, Yoses, Yudas dan Simon? Dan bukankah saudara-saudara-Nya yang perempuan ada bersama kita?" Lalu mereka kecewa dan menolak Dia. Maka Yesus berkata kepada mereka: "Seorang nabi dihormati di mana-mana kecuali di tempat asalnya sendiri, di antara kaum keluarganya dan di rumahnya." Ia tidak dapat mengadakan satu mujizat pun di sana, kecuali menyembuhkan beberapa orang sakit dengan meletakkan tangan-Nya atas mereka. Ia merasa heran atas ketidakpercayaan mereka.
RENUNGAN :
Memang sangat meyakitkan bila kita ditolak padahal kita tidak melakukan perbuatan yang tidak baik, malah melakukan perbuatan baik. Apalagi kita ditolak hanya karena orang sebelumnya mengenal latar belakang hidup kita atau karena orang mengenal bahwa kita bukan dari keluarga yang berada.
Hal demikianlah yang dialami oleh Yesus di kampung halaman-Nya. Orang sekampung halaman-Nya sudah banyak mendengar tentang apa yang dilakukan oleh Yesus di tempat lain. Seharusnya mereka bangga dengan hal itu dan gembira ketika Yesus datang ke kampung mereka. Namun yang terjadi adalah sebaliknya, orang sekampung halaman Yesus menolak Dia. Mereka menolak Yesus bukan karena perbuatan Yesus yang tidak baik, tetapi hanya karena iri hati akan apa yang bisa diperbuat oleh Yesus.
Mereka iri karena merasa Yesus bukan dari keluarga berada, tetapi dari keluarga miskin tetapi mengapa bisa melakukan demikian. Mereka mengenal Yesus secara manusiawi, tidak mengenal Yesus sesungguhnya adalah Tuhan. Akibat penolakan mereka itu, akhirnya Yesus tidak banyak berbuat mekjizat di kampung halaman mereka. Namun walau demikian, Yesus tetap setia dalam tugas perutusan, mewartakan keselamatan Allah di tempat lain. Menolak Yesus berarti mereka menolak tawaran keselamatan Allah.
Mungkin kitapun sering berlaku seperti orang-orang sekampung halaman Yesus.
Kita menolak orang lain yang berbuat baik, hanya karena cemburu atau iri dengan kemampuan yang dimiliki oleh orang itu. Kita merasa bahwa kita harusnya lebih dari mereka itu. Menolak orang lain apalagi perbuatan orang lain, berarti kita menolak kebaikan Allah lewat orang lain itu yang berbuat baik.
Mungkin saja kita juga mengalami seperti yang dialami oleh Yesus, yakni tidak dihargai atau ditolak di kampung halaman kita sendiri. Kita berusaha untuk berbuat baik di kampung halaman sendiri tetapi kita takut ditolak.
Namun lewat pengalaman Yesus, kita harus tetap setia melakukan perbuatan baik walaupun mendapat penolakan. Penolakan orang lain, hendaknya tidak menyurutkan kita untuk tetap setia melaksanakan perbuatan baik.
0 comments:
Post a Comment
Syalom. Terimakasih atas kunjungan dan komentarnya.Semoga Tuhan memberkati para Saudara.