SEJARAH ORDO KARMEL
“Jika kita yang hidup sekarang ini tidak menyimpang dari apa yang dihayati para pendahulu kita, maka mereka yang akan mengikuti kita akan berbuat seperti para pendahulu kita dan bangunan akan selalu kokoh.”
(St. Teresa Avila)
Pelindung Paroki Tigalingga adalah Maria dari Gunung Karmel. Dari nama pelindung tersebut, tentu jelas bahwa paroki kita ini didirikan oleh para karmelit dan hingga saat ini dilayani oleh Para Karmelit.
Oleh karena itulah kiranya, kita perlu sedikit mengenal siapa dan bagaimana sejarah Ordo karmel. Tulisan ini kami sadur dari tulisan yang terdapat dalam Blog Karmelindo. Untuk lebih mengenal lebih mendalam lagi tentang Ordo Karmel, Lihat di sini..atau Lihat di sini..
Sedangkan untuk mengetahui sejarah paroki Tigalingga, atau Lihat di sini..
1. Sejarah Karmel Awal
“Mereka bagaikan lebah-lebah Tuhan yang mengumpulkan kemanisan madu rohani di gua-gua mereka yang sempit”
(Jacques de Vitry, Uskup Arce, 1216-1228)
Sekitar abad XI, orang-orang Eropa pergi ke Palestina untuk berziarah dan mewujudkan pertobatan. Dengan pergi ke Tanah Suci mereka ingin mengikuti Kristus secara radikal. Banyak peziarah itu singgah di Gunung Karmel untuk mengagumi keindaan dan mengenang karya para nabi.
Maka, ada pula di antara mereka yang menggunakan kesunyian tempat itu untuk berdoa dan bertapa. Akhirnya, mereka tinggal di sekitar suatu sumber yang disebut sumber Elia.
Elia dipandang Bapa inspirator hidup para pertapa yang memilih hidup kontemplatif dalam kesendirian dan kesunyian.
Sesuai permohonan mereka, St. Albertus, Uskup Yerusalem, membuat suatu peraturan hidup bagi para pertapa Karmelit (1214). Peraturan itu mengarahkan hidup mereka untuk mengikuti Kristus dengan hati yang suci dan nurani yang murni dengan mempersembahkan ketaatan dan kemiskinan religius dalam satu komunitas saling melayani. Peraturan itu berkembang menjadi Regula Karmel sekarang ini.
Devosi kepada Maria juga mendapat tempat istimewa dalam hidup para Karmelit. Maria dipandang sebagai Kusuma Karmel, Bunda Pelindung dan saudari. Nama Kapel yang mereka gunakan untuk menyatukan diri dalam perayaan Ekaristi mereka persembahkan kepada Sang Perawan. Karena itu, mereka menamakan diri sebagai Para Saudara Santa Maria dari Gunung Karmel.
Setelah Tanah Suci dikuasai orang-orang Sarasin, mulai sekitar tahun 1238, secara bergelombang para Karmelit berpindah ke Eropa. Di Eropa, Regula mereka disesuaikan dengan situasi baru, namun tetap mempertahankan ciri kontemplatif. Mereka diperbolehkan melayani secara aktif sebagaimana Ordo-ordo mendikan (para pengemis). Dari Eropa, Ordo Karmel berkembang ke seluruh dunia.
2.Sejarah Karmel Indonesia
Para Karmelit pertama kali datang untuk menangani misi wilayah Indonesia pada tahun 1923. Mereka dikirim dari Provinsi Boxmeer, Belanda. Kedatangan mereka menanggapi permintaan Kongregasi Misi agar menggantikan pelayanan misi Yesuit di daerah Malang, Besuki, dan Madura. Mereka memulai pelayanan paroki dari Gereja Kayutangan, Malang.
Karya tersebut makin bertumbuh dan meluas, tersebar banyak paroki di Keuskupan Malang hingga sekarang. Karya parokial ini terdapat pula di Keuskupan Jakarta, Medan, Ende, Sorong, dan Palangkaraya.
Setelah menjadi provinsi tersendiri dan berkarya lebih dari 80 tahun, Ordo Karmel Indonesia melayani pula bidang-bidang kategorial. Karya pendidikan calon imam calon imam mereka rintis dengan mendirikan Seminari Tinggi dan Seminari Menengah.
Mereka juga menangani pendidikan sekolah. SMA St. Albertus (Dempo), Malang mulai dibuka tahun 1930 dan SMA St. Paulus, Jember tahun 1951.
Sekarang mereka pelayanan rohani, retret-rekoleksi, pendampingan kaum muda, kaderisasi, karya sosial, dan beberapa karya lain sesuai kharisma mereka. Ordo Karmel juga melayani di Keuskupan Agung Medan dan melayani 8 paroki yakni: Paroki Pasar Merah Medan, Paroki Kisaran, Paroki Perdagangan, Paroki Sumbul Dairi, Paroki Sidikalang Dairi, Paroki Parongil Dairi, Paroki Tanjung Balai Dairi dan Paroki Tigalingga Dairi. Dan sejak tahun 2006 Karmel sumatera sudah mempunyai rumah biara dan sekaligus tempat pembinaan para postulat Karmel. Hal yang istimewa sesudah sekitar 40 tahun Ordo Karmel di Keuskupan Agung Medan, baru tahun itulah mempunyai rumah Biara sendiri, selama ini hanya ‘menumpang’ di paroki yang merupakan milik Keuskupan Agung Medan.