RENUNGAN HARIAN, PEKAN BIASA VII:
SELASA 24 FEBRUARI 2014
Yak. 4:1-10; Mzm. 55:7-8,9-10a,10b-11a,10b-11a,23; Mrk. 9:30-37
INJIL :
Suatu hari Yesus dan murid-murid-Nya pergi dan melewati Galilea, dan Yesus tidak mau hal itu diketahui orang; sebab Ia sedang mengajar murid-murid-Nya. Ia berkata kepada mereka: "Anak Manusia akan diserahkan ke dalam tangan manusia, dan mereka akan membunuh Dia, dan tiga hari sesudah Ia dibunuh Ia akan bangkit." Mereka tidak mengerti perkataan itu, namun segan menanyakannya kepada-Nya.
Kemudian tibalah Yesus dan murid-murid-Nya di Kapernaum. Ketika Yesus sudah di rumah, Ia bertanya kepada murid-murid-Nya: "Apa yang kamu perbincangkan tadi di tengah jalan?" Tetapi mereka diam, sebab di tengah jalan tadi mereka mempertengkarkan siapa yang terbesar di antara mereka. Lalu Yesus duduk dan memanggil kedua belas murid itu. Kata-Nya kepada mereka: "Jika seseorang ingin menjadi yang terdahulu, hendaklah ia menjadi yang terakhir dari semuanya dan pelayan dari semuanya." Maka Yesus mengambil seorang anak kecil dan menempatkannya di tengah-tengah mereka, kemudian Ia memeluk anak itu dan berkata kepada mereka: "Barangsiapa menyambut seorang anak seperti ini dalam nama-Ku, ia menyambut Aku. Dan barangsiapa menyambut Aku, bukan Aku yang disambutnya, tetapi Dia yang mengutus Aku."
RENUNGAN :
Para saudara,
ketika Yesus menyatakan bagaimana perjalanan hidup-Nya bahwa Dia akan mengalami penderitaan, dibunuh tetapi bangkit pada hari ketika, para murid malah sibuk berdebat tentang siapa yang paling besar diantara mereka. Penginjil mengatakan bahwa mereka tidak mengerti apa maksud perkataan Yesus, tetapi tidak mau bertanya namun malah sibuk berdebat tentang siapa yang terbesar di antara mereka.
Memang mereka tidak mengerti maksud perkataan Yesus tetapi sepertinya mereka berpikir siapa yang akan menjadi pemimpin mereka setelah Yesus wafat. Mereka berpikir suksesi.
Para murid wajar berpikir demikian karena itulah jalan pikiran manusia pada umumnya, juga karena memang jelas bahwa mereka belum sepenuhnya mengerti maksud mereka mengikuti Yesus. Pada masa itu dan juga pada masa sekarang orang pasti ingin menjadi pemimpin yang mempunyai kuasa atas orang banyak. Orang berpikir bahwa menjadi pemimpin berarti punya kuasa, bisa memerintah orang lain dan orang lain pun melayaninya.
Yesus tahu jalan pikiran mereka sehingga mengingatkan mereka akan tujuan mengikuti Dia dan sekaligus mengajarkan bagaimana seharusnya seorang pemimpin dan bagaimana menjadi terkemuka.
Apa yang ajarkan oleh Yesus bertolak belakang dengan jalan pikiran atau pemikiran manusia tentang pemimpjn dan kekuasaan. Yesus dengan tegas mengatakan bahwa seseorang sungguh menjadi pemimpin dan menjadi terkemuka bukan terutama karena jabatan dan kekuasaan yang ada padanya, tetapi bila orang itu bersikap rendah hati dan mau menjadi pelayan bagi manusia. Seorang pemimpin dan akan menjadi terkemuka haruslah selalu bersikap rendah hati dan menjadi pelayan bagi sesama.
Seseorang yang merasa dirinya kekurangan, dia pasti banyak menuntut dari orang lain, menuntut perhatian dari orang lain dan mengharapkan dilayani orang lain. Jadi seorang pemimpin yang menggunakan kuasanya untuk memerintah orang lain agar tunduk padanya dan melayaninya, justru menjadi tanda dia seorang pemimpin yang kekuarangan. Sehingga seseorang itu menjadi pemimpin dan terkemukan tidak ditentukan oleh jabatan dan kuasa, tetapi sikap rendah hati dan pelayanannya.
Para murid ternyata belum sepenuhnya mengerti untuk apa mereka mengikuti Yesus dan untuk apa Yesus memanggil mereka menjadi murid-murid-Nya. Yesus memanggil para murid untuk suatu tugas pelayanan kepada sesama seperti yang diperbuat-Nya sendiri. Dengan demikian, Yesus juga mengajarkan bahwa mengikuti Dia bukan untuk mengejar jabatan atau kuasa, tetapi untuk ikut ambil bagian menjadi pelayan bagi sesama.
Yesus tidak melarang kita menjadi pemimpin dan mempunyai kuasa atas jabatan yang ada pada kita. Bahkan Yesus mengharapkan kita menjadi pemimpin dan hidup terkemuka tetapi bukan menurut pikiran manusia, tetapi menurut pikiran Tuhan yakni senantiasa bersikap rendah hati, pelayanan yang tulus kepada sesama. Jabatan dan kuasa yang ada pada kita hendaknya kita gunakan untuk melayani sesama, bahkan sesama yang seperti anak kecil sekalipun.
KIta harus menjadi pemimpin bagi diri sendiri dengan mengusahakan hidup seturut kehendak Allah, memimpin diri sendiri untuk sampai kepada kebahagiaan kekal. Kita menjadi pemimpin bagi orang lain untuk memimpin orang lain sampai kepada Allah. Kita harus mempunya kuasa atas diri sendiri yakni dengan menguasai diri agar sesuai dengan kehendak Tuhan. Demikian juga halnya dalam hubungan dengan orang lain, kuasa yang ada pada kita, kita gunakan sebaik-baiknya bukan supaya orang takut kepada kita tetapi untuk membantu orang lain dapat sampai kepada kehidupan kekal.
Selamat beraktifitas. Tuhan memberkati.
0 comments:
Post a Comment
Syalom. Terimakasih atas kunjungan dan komentarnya.Semoga Tuhan memberkati para Saudara.